Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Poin penting
Marvin Kolibonso mendirikan startup Baku pada 2019.
Peternak dan petani dapat memanfaatkan Baku untuk membantu budi daya ternak.
Tim Baku memungut biaya layanan Rp 4.000 per hari.
Bagi Marvin Joseph Kolibonso, pertanian dan peternakan merupakan sektor yang sangat menarik untuk digeluti. Dengan sumbangan 15 persen pada produk domestik bruto (PDB) dan menyerap 30 persen tenaga kerja di Indonesia, sektor pertanian dan peternakan jelas memiliki prospek yang cerah. Persoalannya, para petani dan peternak skala kecil tak menikmati hasil seperti yang mereka harapkan.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Kondisi ini yang membuat Marvin resah dan terdorong untuk menciptakan sesuatu. Pada 2016, dia bersama sejumlah rekannya mendirikan Sayurbox, platform online yang menghubungkan para petani langsung dengan konsumen untuk menjual hasil panen mereka. Dengan platform ini, lulusan Teknik Industri Universitas Pelita Harapan ini bercita-cita membuat bisnis pertanian lebih efisien dan petani skala kecil hingga menengah bisa menikmati hasil kerjanya tanpa bergantung pada rantai pasok yang panjang.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Namun Sayurbox bukan produk terakhir Marvin. Setelah menjalankan platform e-commerce pertanian itu, dia tergerak merancang teknologi yang memungkinkan operasi pertanian dan peternakan lebih efisien. Salah satu yang menarik perhatiannya adalah penyusutan produksi atau hasil panen hingga 30 persen akibat sejumlah faktor, seperti kondisi iklim dan pelepasan benih. "Ini dapat menyebabkan kehilangan hasil panen yang signifikan," kata Marvin, seperti dikutip dari KrAsia.
Kondisi serupa terjadi di bisnis peternakan. Menurut Marvin, sekitar 40 persen produksi unggas di Indonesia dilakukan oleh peternak kecil yang mengoperasikan kandang tradisional yang bersifat terbuka. Padahal kondisi iklim di satu daerah sering kali tidak optimal untuk beternak ayam. Ditambah tingkat kepanasan di dalam kandang sehingga produktivitas turun, bahkan menyebabkan tingginya angka kematian ternak.
Aplikasi Baku. Dok. Baku
Pada 2019, Marvin mendirikan Baku, startup penyedia aplikasi Internet of things untuk membantu operasi petani dan peternak. Marvin dan timnya membuat perangkat keras serta software yang bisa dimanfaatkan oleh peternak dan petani dalam meningkatkan produksinya. Untuk memakai perangkat ini, petani atau peternak awalnya mengisi informasi tentang jenis ternak atau tanaman, siklus produksi, dan populasi. Petani juga menentukan target yang hendak dicapai, volume pakan dan benih, serta obat-obatan atau vitamin.
Dengan peralatan sensor elektronik, tim Baku kemudian menganalisis kondisi tanah, iklim, serta variabel lain yang kemudian dikombinasikan dengan data yang dimasukkan oleh petani atau peternak. Dengan data yang terkumpul, aplikasi dan perangkat keras Baku kemudian menghasilkan laporan untuk petani dan peternak yang bisa dimanfaatkan untuk mengontrol serta mengendalikan kondisi kandang, perawatan ternak, atau pembudidayaan tanaman. Sistem yang diciptakan tim Baku juga bisa mengirimkan peringatan melalui pesan pendek di telepon seluler jika ada kondisi anomali.
Menurut Marvin, timnya memungut biaya Rp 4.000 per hari atau Rp 800 ribu per bulan kepada peternak yang memanfaatkan software dan perangkat keras Baku. Saat ini tim Baku masih harus mengeset perangkat keras dan membantu peternak yang memakai jasa mereka. "Tapi nanti peternak bisa mengoperasikan peralatan itu secara mandiri," kata dia. Marvin mengklaim pengguna aplikasi dan perangkat keras Baku bisa membukukan penurunan pakan hingga 10 persen, meningkatkan produksi, bahkan mengurangi emisi karbon setara dengan 3 kilogram karbon dioksida per hari selama siklus produksi.
Saat ini Baku belum mendapat pendanaan dari investor sehingga operasinya ditunjang oleh fee yang diterima dari peternak dan petani. Menurut Marvin, saat ini ada 200 pengguna aplikasi dan perangkat keras Baku. Dia mengakui bahwa tantangan yang dihadapi Baku adalah lambatnya adopsi teknologi oleh petani dan peternak. Hal ini disebabkan literasi dan kesadaran akan pemanfaatan teknologi baru yang rendah hingga persoalan finansial. Untuk meningkatkan jumlah pengguna, Baku menggandeng kelompok tani dan peternak serta menyediakan uji coba secara gratis. "Setelah merasakan manfaatnya, mereka akan membagikannya kepada rekan-rekannya," kata Marvin.
FERY F. | KRASIA
*Artikel ini merupakan bagian dari kerja sama Koran Tempo dan KrAsia.
- Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
- Akses penuh seluruh artikel Tempo+
- Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
- Fitur baca cepat di edisi Mingguan
- Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo