Scroll ke bawah untuk membaca berita

Logo
Ekonomi

Berita Tempo Plus

Ramai-ramai Kurangi Emisi

Dari Asia Pulp & Paper Sinar Mas hingga Danone Indonesia ramai-ramai berbenah demi mengurangi emisi karbon. Tantangan terbesarnya adalah biaya investasi yang besar.

21 Oktober 2022 | 00.00 WIB

Cerobong asap produksi asam sulfat pabrik kimia di kawasan Cakung, Jakarta Timur, 2019. ANTARA/Dewa Wiguna
Perbesar
Cerobong asap produksi asam sulfat pabrik kimia di kawasan Cakung, Jakarta Timur, 2019. ANTARA/Dewa Wiguna

Baca berita dengan sedikit iklan, klik disini

Logo

JAKARTA - Sejumlah pelaku usaha berbenah demi mengurangi emisi yang mereka hasilkan. Inisiatif ini bakal membantu mengurangi kontribusi sektor industri pada emisi karbon Indonesia, yang ditargetkan bisa netral pada 2060 nanti.

Asia Pulp & Paper (APP) Sinar Mas salah satu yang menjalankan inisiatif tersebut. Selain untuk menjaga lingkungan, perusahaan terdorong permintaan pasar ekspor. "Kita juga berhubungan dengan beberapa brand yang sudah berkomitmen netral karbon sehingga kita harus bangun peta jalan (pengurangan emisi)," ujar Chief Sustainability Officer APP Sinar Mas, Elim Sritaba, dalam acara Tempo Energy Day 2022, kemarin, 20 Oktober.

Perusahaan memulainya dengan mengganti sumber energi untuk produksi dari batu bara ke biomassa. Elim mencontohkan, energi untuk pabrik kertas perusahaan yang berada di kawasan Sumatera Selatan sudah 98 persen ditopang biomassa. Secara paralel, APP Sinar Mas mencari alternatif lain untuk mengganti fasilitas produksi yang lebih ramah lingkungan.

Dorongan dari pasar global juga dirasakan Sritex Group yang sekitar 70 persen produknya diekspor. "Beberapa importir sudah mulai menerapkan harus netral karbon, jadi kami harus berubah juga," tutur Direktur Human Capital Sritex Group, Bagus Wiratama.

Perusahaan berkomitmen mengurangi 2 persen emisi tiap tahunnya sampai 2025 dan netral karbon pada 2030. Strategi perusahaan antara lain efisiensi energi lewat penggunaan lampu LED, pemasangan atap transparan, hingga transformasi mesin-mesin di pabrik. Selain itu, produsen tekstil ini menjajaki pemanfaatan energi surya dan bahan bakar nabati sebagai pengganti energi fosil.

Menurut Bagus, upaya ini tak mudah. Salah satu tantangan terbesarnya adalah biaya investasi yang besar. Perusahaan harus cermat menjalankan program pengurangan emisi ini tanpa mempengaruhi biaya produksi dan berujung pada kenaikan harga jual. "Kami harapkan jangan sampai industri tekstil malah kalah dengan luar. Otomatis ekspor akan beralih," tuturnya.

Public Affairs Manager PT Multi Bintang Indonesia Tbk (MBI), Agam Subarkah, pun sepakat bahwa upaya pengurangan emisi lewat efisiensi energi maupun transisi ke energi terbarukan bakal mempengaruhi biaya produksi. Namun produsen bir ini menghitung bakal ada biaya eksternal lain yang lebih besar yang harus ditanggung jika inisiatif netral karbon tidak dilaksanakan. Contohnya, biaya yang bisa timbul dari bencana alam akibat perubahan iklim.

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya
Vindry Florentin

Lulus dari Fakultas Ilmu Budaya Universitas Padjadjaran tahun 2015 dan bergabung dengan Tempo di tahun yang sama. Kini meliput isu seputar ekonomi dan bisnis. Salah satu host siniar Jelasin Dong! di YouTube Tempodotco

close

Baca berita dengan sedikit iklan, klik disini

Logo
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus