Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
JAKARTA – Direktur Keuangan PT Bank Central Asia Tbk, Vera Eve Lim, menyatakan pembiayaan berkelanjutan atau sustainable financing industri perbankan di dalam negeri makin berkembang. BCA tercatat memiliki portofolio kredit untuk segmen ini sebesar 25 persen dari total kredit Rp 675 triliun per Juni 2022.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Menurut Vera, pertumbuhan kredit untuk sektor berkelanjutan ini tumbuh signifikan. Per semester I 2022, nilainya naik 21,8 persen secara tahunan menjadi Rp 169,5 triliun. Realisasi ini lebih tinggi dibanding pertumbuhan total kredit perbankan secara keseluruhan, yang mencapai 13,8 persen secara tahunan. "Dan ini bukan tahun pertama, melainkan sudah tiga tahun berturut-turut," katanya, kemarin, 12 Oktober 2022.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Dalam memberikan pembiayaan berkelanjutan, Vera menuturkan, BCA menerapkan persyaratan kredit yang sama. Salah satunya memastikan bahwa proyek tersebut layak dibiayai. Prinsip aspek lingkungan, sosial, dan tata kelola (ESG) menjadi salah satu acuan perusahaan. Sejauh ini, BCA sudah mendanai beragam proyek, seperti efisiensi energi, pengolahan air dan limbah, serta pemanfaatan lahan berkelanjutan. Vera menuturkan pengembangan transportasi ramah lingkungan juga menjadi perhatian utama perusahaan. "Termasuk proyek energi terbarukan yang menjadi rebutan semua bank," ujarnya.
Untuk mengembangkan pembiayaan berkelanjutan, tahun ini BCA mulai mengumpulkan data dari debitor segmen tersebut. Perseroan berencana menganalisis peta penerapan pembiayaan berkelanjutan dan akan menggunakannya untuk evaluasi kredit. "Pemetaan dari debitor sesuai dengan taksonomi hijau Otoritas Jasa Keuangan akan terus kami lakukan. Tahun ini masih dengan 350 debitor, ke depan berkembang lagi," kata dia.
Aktivitas transaksi perbankan di kantor Bank Mandiri Cabang Patra Jasa, Jakarta. TEMPO/Tony Hartawan
Bank Mandiri Targetkan Penambahan Porsi Pembiayaan Berkelanjutan
Sementara itu, PT Bank Mandiri (Persero) Tbk menargetkan penambahan porsi pembiayaan berkelanjutan. Direktur Manajemen Risiko Bank Mandiri, Ahmad Siddik Badruddin, menyatakan kredit untuk segmen ini sudah mencapai Rp 250 triliun sampai semester I 2022. "Angka tersebut sekitar 25 persen dari total portofolio kredit Bank Mandiri," kata dia. Perusahaan berencana meningkatkannya menjadi 30 persen dalam beberapa tahun ke depan.
Selain sebagai implementasi ESG, Siddik menuturkan, kebijakan ini salah satunya dilakukan untuk berkontribusi pada target pemerintah mencapai netral karbon pada 2060. Untuk proyek tersebut, kebutuhan pembiayaan hijau di dalam negeri mencapai US$ 281 miliar. Bank Mandiri menargetkan bisa berkontribusi 21-23 persen dari kebutuhan itu.
Menurut Head of Enterprise Risk Management PT Bank Negara Indonesia, Rayendra M. Goenawan, pihaknya bakal mendukung pembiayaan berkelanjutan ke depan. Sampai paruh pertama tahun ini, BNI menyalurkan Rp 176,7 triliun untuk program tersebut. Mayoritas dana senilai Rp 117,9 triliun digunakan untuk kebutuhan pemberdayaan ekonomi sosial.
BNI juga mendanai pengelolaan sumber daya alam hayati dan penggunaan lahan yang berkelanjutan senilai Rp 16,1 triliun dan pencegahan polusi sebesar Rp 7,2 triliun. "Untuk kebutuhan energi terbarukan, ada Rp 12 triliun," ujarnya.
Perseroan telah menerbitkan Green Bond dengan denominasi Rp 5 triliun pada Juni lalu. Dananya akan menjadi modal untuk penguatan portofolio hijau. "Tentunya banyak inisiasi baru yang potensial bagi penguatan green portfolio kami," ujarnya.
Direktur Penilaian Perusahaan Bursa Efek Indonesia, I Gede Nyoman Yetna, mengatakan isu ESG juga menjadi perhatian investor di pasar modal. Minat terhadap produk-produk berbasis proyek hijau makin meningkat. Salah satu indikatornya terlihat dari peningkatan asset under management (AUM).
Pada 2016, hanya ada satu produk ESG dengan AUM Rp 42 miliar. Tahun ini jumlah produknya sudah berkembang menjadi 18, dengan AUM hampir Rp 2,1 triliun. "Kita lihat kenaikannya dari sisi produk menjadi 18 kali lipat, dengan peningkatan AUM sebesar hampir 52 kali lipat," ujar Nyoman.
VINDRY FLORENTIN | ANT
- Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
- Akses penuh seluruh artikel Tempo+
- Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
- Fitur baca cepat di edisi Mingguan
- Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo