Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
TEMPO.CO, Madiun -Banjir yang merendam sejumlah wilayah di Kabupaten Madiun, Jawa Timur sudah mulai surut pada Kamis malam, 7 Maret 2019. Mayoritas warga dari puluhan desa di delapan kecamatan yang sebelumnya mengungsi sudah kembali ke rumah.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
"Pagi tadi, mereka ingin melihat rumah sekaligus bersih-bersih," kata Pelaksana Tugas Kepala Badan Penanggulangan Bencana Daerah atau BPBD Kabupaten Madiun, Supriyanto, Jumat, 8 Maret 2019.
Untuk menuju ke rumah, ia melanjutkan, sebagian warga Desa Garon, Glonggong, Kecamatan Balerejo dan Desa Bagi Kecamatan Madiun harus melalui jalan yang masih tergenang banjir dengan ketinggian sekitar 20 hingga 30 sentimeter. Bila dibandingkan dengan kondisi sehari sebelumnya atau Kamis pagi, ketinggian air sudah menyusut sekitar 50 persen dari 70 sentimeter hingga satu meter.
Kepala Desa Garon, Kecamatan Balerejo, Kuswanto mengatakan bahwa hingga saat ini pihaknya masih dihantui banjir susulan. Sebab, kondisi cuaca masih mendung dan berpotensi turun hujan deras.
Debit air di Kali Jerohan (anakan Bengawan Madiun) sewaktu-waktu bisa kembali meningkat dan meluber ke permukiman warga. "Kalau hujan deras, sangat mungkin warga akan mengungsi lagi," ujar dia ditemui di posko penanggulangan banjir di Desa Garon.
Sementara, banjir yang sempat menutup jalur artileri Madiun - Surabaya di Desa Garon, Kecamatan Balerejo pada Rabu hingga Kamis kemarin juga sudah surut. Arus lalu lintas yang sebelumnya terhambat sudah kembali normal.
Banjir di Kabupaten Madiun yang diakibatkan tingginya curah hujan mulai terjadi Rabu dini hari. Aliran air di beberapa kali yang bermuara ke Kali Jerohan meluap hinnga masuk ke permukiman, menutup jalan, dan menggenangi areal persawahan. Bencana itu menerjang sebagian wilayah Kecamatan Saradan, Pilangkenceng, Mejayan, Wonoasri, Wungu, Balerejo, Madiun, dan Saradan.