Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
TEMPO.CO, Jakarta - Ekonom Lembaga Penyelidikan Ekonomi dan Masyarakat (LPEM) FEB UI Teuku Riefky menilai Bank Indonesia harus tetap mempertahankan suku bunga kebijakannya di 5,75 persen guna menjaga stabilitas harga dan nilai tukar rupiah.
"Kami melihat bahwa BI harus tetap mempertahankan suku bunga kebijakannya di 5,75 persen untuk saat ini guna menjaga stabilitas harga dan nilai tukar sambil melanjutkan langkah-langkah makroprudensial agar tetap akomodatif untuk mendukung pertumbuhan ekonomi," kata Riefky dalam keterangan resmi yang diterima di Jakarta, Rabu 21 Juni 2023.
Ia memperkirakan inflasi akan semakin menurun dan kembali berada dalam kisaran target BI sebesar 3 plus minus 1 persen secara tahunan dengan inflasi inti yang masih terkendali.
"Meski menyempit, neraca perdagangan Indonesia tetap mencatatkan surplus. Selain itu, kondisi ekonomi domestik juga masih kuat dengan permintaan yang meningkat, menunjukkan adanya tanda-tanda perbaikan," katanya.
Dari sisi eksternal, jeda kenaikan suku bunga kebijakan bank sentral AS The Fed saat ini membawa angin segar bagi Indonesia untuk menikmati arus modal masuk.
"Permintaan obligasi Indonesia masih menjanjikan karena perbedaan imbal hasil antara obligasi pemerintah Indonesia dan US Treasury masih menarik. Episode aliran modal masuk yang terus berlangsung mendorong rupiah menguat ke kisaran Rp14.800-14.900 per dolar AS," katanya.
Selain itu, tingkat cadangan devisa saat ini juga masih cukup untuk mendukung ketahanan eksternal.
"Terlepas dari itu, BI harus tetap mencermati langkah the Fed dalam pertemuan FOMC di bulan depan. Begitu The Fed menaikkan suku bunga acuannya, hal itu dapat memengaruhi perbedaan imbal hasil dan memicu arus modal keluar," katanya.
Pilihan editor: Bank Indonesia Catat Utang Indonesia April Turun Menjadi USD 403,1 Miliar
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini