Scroll ke bawah untuk membaca berita

Logo
Bisnis

Bank Indonesia Diprediksi Tahan Suku Bunga Acuan 5 Persen

Bank Indonesia diperkirakan akan menahan suku bunga acuan.

19 Desember 2019 | 09.14 WIB

Gubernur Bank Indonesia atau BI Perry Warjiyo memberikan keterangan kepada wartawan saat Rapat Dewan Gubernur Bank Indonesia di Jakarta, Rabu, 15 Agustus 2018. Bank Indonesia memutuskan kembali menaikkan suku bunga acuannya atau BI 7-Day Reverse Repo Rate 25 basis poin (bps) atau 0,25 persen menjadi 5,5 persen. TEMPO/Tony Hartawan
Perbesar
Gubernur Bank Indonesia atau BI Perry Warjiyo memberikan keterangan kepada wartawan saat Rapat Dewan Gubernur Bank Indonesia di Jakarta, Rabu, 15 Agustus 2018. Bank Indonesia memutuskan kembali menaikkan suku bunga acuannya atau BI 7-Day Reverse Repo Rate 25 basis poin (bps) atau 0,25 persen menjadi 5,5 persen. TEMPO/Tony Hartawan

Baca berita dengan sedikit iklan, klik disini

Logo

TEMPO.CO, Jakarta - Bank Indonesia atau BI diperkirakan bakal menahan tingkat suku bunga acuan (BI7DRRR) di level 5 persen. Hal ini perlu dilakukan di tengah usaha bank sentral untuk menjaga kondisi likuiditas di dalam sistem perbankan.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik disini

Logo

"Kami melihat bahwa Bank Indonesia perlu mempertahankan tingkat suku bunga kebijakan sampai akhir tahun dengan tetap menjaga likuiditas dalam sistem perbankan," seperti dikutip dari laporan analisis ekonomi makro LPEM FEB Universitas Indonesia, Kamis 19 Desember 2019.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Seperti diketahui, sejak Juli 2019 Bank Indonesia telah memangkas suku bunga kebijakan empat kali yang menunjukkan adanya siklus kebijakan BI yang akomodatif. Tren pelonggaran perlu berhenti sejenak karena kebutuhan mengakumulasi lebih banyak cadangan devisa di tengah konsolidasi jangka pendek pasar keuangan global.

Adapun dalam analisis tersebut, menyatakan bahwa saat ini likuiditas di dalam sistem perbankan telah sedikit membaik. Namun, dari sisi bisnis belum terlihat meningkat akibat produksi juga belum meningkat. Diperkirakan peningkatan kredit baru akan terlihat pada triwulan III 2020.

Di sisi eksternal, masuknya likuiditas sedikit tertahan setelah berkurangnya sikap pelonggaran bank sentral Amerika Serikat (The Fed). Hal ini sejalan dengan membaiknya data-data ekonomi AS. Kondisi itu, ternyata mendorong aliran modal keluar dari negara berkembang untuk saat ini.

Sementara itu, nilai tukar rupiah yang cenderung stabil dan bahkan terapresiasi 3 persen secara year to date (ytd), telah mengurangi tekanan pada current account deficit (CAD) saat ini. Bank Indonesia juga telah berusaha mempertahankan perbedaan suku bunga pada obligasi pemerintah tenor 10 tahun sehingga menarik lebih banyak aliran modal asing sehingga menambah likuiditas.

close

Baca berita dengan sedikit iklan, klik disini

Logo
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus