Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
KAYU kampas dan keruing masih sering digunakan sebagai kayu bakar. Padahal, jenis kayu tersebut sangat potensial untuk ikut mendatangkan devisa, terutama bila diproduksi sebagai bantalan rel kereta api. CV Sempurna Kayu Nusantara sudah membuktikannya. Akhir Januari lalu, perusahaan ini mengekspor 45 ton bantalan rel kereta api yang terbuat dari kayu tersebut ke Jepang. Inilah ekspor perdana untuk tahun 1992. Harga per kubiknya US$ 280, lebih tinggi daripada harga pertengahan tahun 1991, yang hanya US$ 170 per kubik. Nilai ekspor bantalan rel dari Sumatera Utara tahun ini diharapkan naik. Kabarnya, sudah ada permintaan dari beberapa negara lain. Tahun lalu, permintaan tersangkut pada jumlah 4.500 ton (senilai US$ 1,56 juta) yang dipasok oleh banyak perusahaan. Menurut Direktur Sempurna Jaya Nusantara kepada TEMPO, mulai tengah tahun lalu tidak ada permintaan dari Jepang. Akibatnya, produksi yang untuk Jepang lalu disimpan karena mustahil dikirim ke Taiwan, Malaysia, Singapura, Thailand, dan Jerman -- karena ukurannya berbeda. Ekspor bantalan rel kereta api dari Sumatera Utara sudah dimulai beberapa tahun silam. Pada tahun 1987 ekspornya 12.800 ton (US$ 2,3 juta), tahun berikutnya naik menjadi 17.600 ton (US$ 4,3 juta). Lalu, pada tahun 1989 menjadi 10.000 ton (US$ 2,7 juta), sedangkan tahun 1990 hanya 3.700 ton (US$ 1,3 juta). Ekspor ke Jepang itu diharapkan dapat menjadi pemicu pasar.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
- Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
- Akses penuh seluruh artikel Tempo+
- Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
- Fitur baca cepat di edisi Mingguan
- Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo