Scroll ke bawah untuk membaca berita

Logo
Bisnis

Begini Cara Pemerintah Tekan Defisit di Program Jaminan Kesehatan

Direktur Utama BPJS Kesehatan Fahmi Idris mengatakan ada opsi
yang digodok pemerintah untuk menekan defisit program jaminan
kesehatan nasional.

30 Maret 2017 | 20.19 WIB

Dirut BPJS Kesehatan Fahmi Idris (kanan) bersama Senior EVP Transaction Banking Bank Mandiri Rico Usthavia Frans (kiri) dan Direktur Corporate Affair Alfamart Solihin (tengah) melakukan pembayaran iuran BPJS Kesehatan kerjasama Bank Mandiri dengan Alfamar
Perbesar
Dirut BPJS Kesehatan Fahmi Idris (kanan) bersama Senior EVP Transaction Banking Bank Mandiri Rico Usthavia Frans (kiri) dan Direktur Corporate Affair Alfamart Solihin (tengah) melakukan pembayaran iuran BPJS Kesehatan kerjasama Bank Mandiri dengan Alfamar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik disini

Logo

TEMPO.CO, Jakarta - Direktur Utama Badan Penyelenggara Jaminan Sosial (BPJS) Kesehatan Fahmi Idris mengatakan ada sejumlah opsi yang sedang digodok pemerintah untuk menekan defisit di program Jaminan Kesehatan Nasional. Dari 27 skenario yang disiapkan, setidaknya ada tiga yang disebutkan oleh Fahmi.

Opsi pertama ialah berbagi pembiayaan (cost sharing) dengan pemerintah daerah. Kedua, mengkaji dana bagi hasil cukai tembakau ke daerah.

Ketiga, memanfaatkan Sisa Lebih Perhitungan Anggaran (SiLPA). "(Skenario) ini untuk defisit," kata Fahmi di Kementerian Koordinator Bidang Pembangunan Manusia dan Kebudayaan, Jakarta, Kamis, 30 Maret 2017.

Dalam pembahasan di rapat koordinasi, kata Fahmi, dari hasil kajian sementara ada dana bagi hasil cukai yang tidak terserap optimal oleh pemerintah daerah. Oleh sebab itu, pemerintah ingin memastikan lagi besaran dana hasil cukai yang belum terserap. "Ini salah satu opsi.”

Dari ketiga skenario itu, Fahmi menyatakan, pelibatan pemerintah daerah dianggap memungkinkan. Bila opsi itu dipilih maka pemerintah memerlukan payung hukum. "Apakah buat peraturan presiden, revisi peraturan presiden atau menerbitkan instruksi presiden," kata dia. Tim yang terdiri dari berbagai kementerian dan lembaga, lanjut Fahmi, diberi waktu satu bulan untuk menentukan skenario mana yang terbaik.

Sebelumnya, pemerintah sedang berusaha mengendalikan defisit pembiayaan di program Jaminan Kesehatan Nasional (JKN). Menteri Koordinator Bidang Pembangunan Manusia dan Kebudayaan Puan Maharani menyatakan ada 27 skenario yang sudah disiapkan timnya. "Saya minta dari 27 itu mana yang bisa dikerucutkan," kata Puan usai rapat koordinasi.

Sejak kali pertama diluncurkan pada 2014, defisit program JKN mencapai Rp 3,3 triliun. Di tahun 2015 angkanya bertambah menjadi Rp 5,7 triliun. Pada 2016 pemerintah memberikan penyertaan modal untuk Badan Penyelenggara Jaminan Sosial (BPJS) Kesehatan sebesar Rp 6,8 triliun.

ADITYA BUDIMAN

Baca berita dengan sedikit iklan, klik disini

Logo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

RR Ariyani

RR Ariyani

Lulus dari Jurusan Perencanaan Wilayah dan Kota Fakultas Teknik Universitas Diponegoro pada tahun 2000. Bergabung dengan Tempo pada tahun 2004. Kini menulis untuk desk ekonomi dan bisnis yang mencakup isu makro ekonomi, finansial, korporasi, sektor riil hingga investasi.

close

Baca berita dengan sedikit iklan, klik disini

Logo
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus