Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
AKHIR pekan tak lagi cukup mengasyikkan buat Nita. Kemacetan yang menjelujur di ruas-ruas jalan utama Kota Bandung membuat mojang Priangan ini kerap memilih mengurung diri di rumah ketimbang harus terjebak di tengah kerumunan mobil yang beringsut siput. Acara rutin kongkow bareng dengan teman-temannya pun dipindah ke hari biasa, seusai kuliah. Sejak ruas jalan tol Cikampek-Purwakarta-Padalarang—biasa disingkat Cipularang—dibuka pada pertengahan 2005, Bandung memang terus kebanjiran mobil asal Jakarta.
Mobil berpelat nomor polisi B itu menyemut mulai dari pintu tol Pasteur (pintu keluar tol dari arah Jakarta menuju Bandung) hingga jembatan layang Paspati. ”Jalanan dipenuhi mobil Jakarta,” kata Nita, Jumat pekan lalu. Pusat factory outlet di kawasan Dago dan Jalan Riau termasuk tempat favorit yang kerap dibanjiri wisatawan Ibu Kota—mereka biasanya memborong busana eceran harga pabrik itu.
Hadirnya tol Cipularang memang memudahkan akses Jakarta-Bandung. Lewat jalan bebas hambatan 129 kilometer ini, waktu tempuh kedua kota ini hanya sekitar satu setengah jam. Padahal sebelumnya perjalanan dengan mobil mesti ditempuh 4-5 jam lewat rute Padalarang-Purwakarta-Cianjur. Jika ingin lebih cepat, cuma tiga jam, ya, pakai kereta api. Tapi ongkosnya jauh lebih mahal.
Buat warga Bandung, tol ini membawa berkah yang tidak kecil. Pengusaha perhotelan, pariwisata, dan pengusaha di pusat belanja termasuk yang menikmati manisnya cipratan rezeki Cipularang. General Manager Arion Swiss Bell Hotel di Bandung, Andy Irawan, misalnya, tidak perlu bersusah payah merancang strategi pemasaran agar kamar hotelnya terisi. Baru dua tahun berdiri, tingkat hunian hotelnya sudah 65 persen. ”Tidak hanya akhir pekan, hari biasa pun hotel dipenuhi tamu asal Jakarta,” katanya.
Bandung sedang tumbuh, memang. Melihat kenyataan ini, tak mengherankan jika dalam laporan pertanggungjawaban Wali Kota Bandung kepada DPRD tahun lalu, disebutkan bahwa laju pertumbuhan ekonomi Bandung pada 2006 mencapai 7,8 persen—naik dari tahun sebelumnya 7,5 persen. Pendapatan domestik regional bruto pun meningkat 25 persen dari Rp 34,8 triliun menjadi Rp 43,5 triliun. Kian mudahnya akses transportasi rupanya memicu peningkatan nilai investasi dari Rp 3,7 triliun menjadi 4,2 triliun. Buntutnya, tingkat penyerapan tenaga kerja melonjak 30 persen. Pengangguran pun turun 10,3 persen.
Berkaca pada kisah sukses Cipularang, proyek serupa kini juga digenjot pemerintah untuk rute lebih panjang: Jakarta-Surabaya. Jalan bebas hambatan 1.100 kilometer ini akan dibangun membentang dari sisi barat Pulau Jawa di Merak hingga ujung timur di Banyuwangi, Jawa Timur. Proyek trans Jawa yang ditargetkan beroperasi penuh pada 2010 ini merupakan bagian dari program percepatan pembangunan jalan tol yang dicanangkan sejak 2005. Selain memudahkan pemudik tatkala Lebaran tiba, prasarana ini dibangun untuk menghubungkan pelabuhan terbesar di Indonesia, Tanjung Priok (Jakarta), dengan pelabuhan kedua, Tanjung Perak (Surabaya).
Melalui tol, waktu tempuh Jakarta-Surabaya yang biasanya 14-16 jam diperkirakan bakal terpangkas separuhnya. Menurut staf khusus Wakil Presiden, Muhammad Abduh, dengan waktu tempuh yang jauh lebih pendek, perusahaan bisa mengirit biaya sewa kendaraan truk pengangkut barang dan bahan bakar kendaraan.
Berbagai pungutan liar yang kini masih marak di sepanjang jalan akan terpangkas dengan sendirinya. Dampaknya bagus. Kebutuhan biaya perjalanan lebih bisa diprediksi. ”Kalau tol trans Jawa sudah jadi, akan sangat feasible,” kata Abduh. Dari rencana membangun 1.100 kilometer, tol trans Jawa yang sudah selesai dibangun dan beroperasi baru 215,3 kilometer (lihat infografik).
Kalangan pengusaha mendukung upaya pemerintah mempercepat pembangunan jalan tol. PT Toyota Astra Internasional, yang biasanya mengirimkan produknya ke Surabaya melalui jalur laut, bisa jadi akan berpaling ke jalur tol. Menurut General Manajer PT Toyota Astra Motor, Tony H. Supatra, pengangkutan menggunakan kapal tidak bisa dilakukan setiap saat. ”Tergantung kapal. Ada yang berangkat tiga hari sekali atau seminggu sekali.” Konsekuensinya, perusahaan harus memiliki stok lebih banyak. Berbeda dengan jalur tol, pengiriman barang bisa dilakukan sewaktu-waktu. ”Misalnya satu truk sudah penuh, bisa diberangkatkan.”
Buat perekonomian makro, juga oke. Agus Sidharta, anggota Badan Pengelola Jalan Tol (BPJT), mengatakan jika proyek tol trans Jawa berjalan, dampaknya pun tidak kecil. Ia merujuk pada hasil penelitian Danareksa Research Institute pada 2004. Di situ disebutkan bahwa setiap 100 kilometer jalan tol akan berdampak pada kenaikan produk domestik bruto 0,2 persen— dengan asumsi biaya investasi Rp 40 miliar per kilometer. Akan tercipta pula 69 ribu lapangan kerja baru. Jika begitu, pembangunan tol sepanjang 1.100 kilometer ini berpotensi peningkatan PDB 2,2 persen. Dan yang lebih penting, 759 ribu lapangan kerja baru bakal tercipta. Ini jelas berkah luar biasa.
Retno Sulistyowati, Ahmad Fikri (Bandung)
Tol Sepanjang Jawa
Tangerang-Jakarta (33 km) Investor: PT Jasa Marga Status: Sudah beroperasi
Merak-Tangerang (73 km) Investor: PT Marga Manggala Sakti, Status: Sudah beroperasi
Jakarta-Cikampek (83 km) Investor: PT Jasa Marga Status: Sudah beroperasi
Cikampek-Palimanan (116 km) Investor: PT Lintas Marga Sedaya Status: Pembebasan tanah
Palimanan-Kanci (26,30 km) Investor: PT Jasa Marga Status: Sudah beroperasi
Kanci-Pejagan (34 km) Investor: PT Semesta Marga Raya, Status: Konstruksi
Pejagan-Pemalang (57 km) Investor: PT Pejagan Pemalang Tol Road, Status: Penandatanganan perjanjian pengusahaan jalan tol
Pemalang-Batang (39 km) Investor: PT Pemalang Batang Tol Road, Status: Penandatanganan perjanjian pengusahaan jalan tol
Semarang-Solo (75,70 km) Investor: PT Jasa Marga, Status: Pembebasan tanah
Batang-Semarang (75 km) Investor: PT Marga Setia Puri Utama, Status: Penandatanganan perjanjian pengusahaan jalan tol
Solo-Ngawi (90,10 km) Status: persiapan tender
Gempol-Pandaan (13,61 km) Investor: PT Margabumi Adhikaraya, Status: Pembebasan tanah
Pandaan-Malang (37 km) Status: Persiapan tender ulang
Kertosono-Mojokerto (41 km) Investor: PT Marga Hanurata Intrinsic, Status: Pembebasan tanah
Ngawi-Kertosono (87,02 km) Status: persiapan tender
Mojokerto-Surabaya (37 km) Investor: PT Marga Nujyasumo Agung, Status: Konstruksi
Waru (Aloha)-Wonokromo-Tanjung Perak (18,60 km) Investor: PT Margaraya Jawa Tol, Status: Penandatanganan Perjanjian Pengusahaan Jalan Tol
Surabaya-Gempol (49 km) Investor: PT Jasa Marga, Status: Operasi dihentikan terkena lumpur Lapindo
Pasuruan-Probolinggo (45 km) Investor: PT Trans Jawa Pasuruan Probolinggo Status: Penandatanganan perjanjian pengusahaan jalan tol
Gempol-Pasuruan (32 km) Investor: PT Jasa Marga, Status: Pembebasan tanah
Probolinggo-Banyuwangi (170,36 km) Status: Amdal selesai, persiapan dokumen
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
- Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
- Akses penuh seluruh artikel Tempo+
- Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
- Fitur baca cepat di edisi Mingguan
- Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo