Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Poin penting
Pergerakan rupiah masih terombang-ambing di tengah kampanye kemitraan mata uang lokal antar-sejumlah negara atau local currency transaction (LCT).
Sampai akhir Agustus 2023, Bank Indonesia mencatat nilai tukar rupiah terhadap dolar AS melemah 0,98 persen secara point-to-point dibanding pada akhir bulan sebelumnya.
Bank Indonesia masih optimistis nilai tukar rupiah tetap terjaga, sejalan dengan persepsi positif investor terhadap prospek perekonomian Indonesia.
JAKARTA – Pergerakan rupiah masih terombang-ambing di tengah kampanye kemitraan mata uang lokal antar-sejumlah negara atau local currency transaction (LCT). Sampai akhir Agustus 2023, Bank Indonesia mencatat nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat melemah 0,98 persen secara point-to-point dibanding pada akhir bulan sebelumnya.
Dalam diskusi bersama awak media di Labuan Bajo, Nusa Tenggara Timur, kemarin, Direktur Departemen Kebijakan Ekonomi dan Moneter Bank Indonesia, Erwindo Kolopaking, memastikan lembaganya selalu menjaga agar kondisi itu tak semakin parah. “Kalau nilai tukarnya melemah signifikan, bisa berpengaruh ke harga barang impor dan inflasi,” ucapnya, kemarin.
Pada 5 September lalu, pemerintah dan Bank Indonesia membentuk satuan tugas (satgas) nasional untuk mewujudkan penggunaan mata uang lokal dalam transaksi yang melibatkan negara mitra atau LCT. Satgas LCT tersebut merupakan kelanjutan atas rencana dedolarisasi atau menggantikan dolar Amerika Serikat sebagai mata uang utama dalam perdagangan bilateral.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Uang kertas pecahan Rp75.000 dalam Festival Rupiah Berdaulat Indonesia di Istora Senayan, kompleks Gelora Bung Karno, Jakarta, 18 Agustus 2023. ANTARA/Aditya Pradana Putra
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Adapun pada Jumat pagi, 8 September 2023, nilai tukar rupiah yang ditransaksikan antarbank di Jakarta tercatat melemah 0,05 persen, dari Rp 15.328 per dolar AS menjadi Rp 15.335 per dolar AS. Nilainya pun merosot dibanding pada 1 September lalu, ketika masih di level Rp 15.235 per dolar AS.
Di tengah tekanan nilai tukar, Dodo, sapaan akrab Erwindo, membuka peluang penguatan rupiah sebelum penghujung 2023. Namun tim bank sentral Tanah Air belum bisa menjamin nilainya bakal pulih ke kisaran Rp 14 ribu per dolar AS. Meski dijaga agar tidak melemah ataupun menguat secara drastis, dia menyebutkan Bank Indonesia tidak bisa memprediksikan secara persis fluktuasi nilai tukar rupiah. "Menguat iya, tapi saya enggak bilang angkanya berapa,” ucap Dodo.
Dalam hitungan tahun berjalan atau year-to-date (ytd), dia mengimbuhkan, setidaknya nilai tukar rupiah sudah menguat 2,22 persen dari posisi pada akhir Desember 2022. Itu pun masih lebih baik dibanding nilai tukar mata uang negara berkembang lainnya. Peningkatan nilai ytd diklaim lebih baik dibanding pergerakan mata uang negara tetangga, seperti baht Thailand dan peso Filipina yang masing-masing melemah 1,06 persen ytd dan 1,54 persen.
Dalam presentasinya, Dodo menyebutkan Bank Indonesia masih optimistis nilai tukar rupiah tetap terjaga, sejalan dengan persepsi positif investor terhadap prospek perekonomian Indonesia. Perkiraan itu pun muncul dari pantauan inflasi yang rendah serta imbal hasil aset keuangan domestik yang dianggap menarik oleh tim regulator moneter ini. “Penguatan kebijakan stabilisasi nilai tukar rupiah juga bisa melalui intervensi di pasar valas.”
Pegawai Bank Indonesia melakukan sosialisasi QRIS dan Cinta Bangga Paham (CBP) Rupiah kepada pelaku UMKM saat Pekan QRIS Nasional 2023 di Tegal, Jawa Tengah, 20 Agustus 2023. ANTARA/Oky Lukmansyah
Meski pengaruhnya belum terasa, Ketua Badan Anggaran Dewan Perwakilan Rakyat, Said Abdullah, berharap skema LCT bisa mengurangi kutukan depresiasi rupiah ketika dihadapkan dengan mata uang Negeri Abang Sam. “Pilihan (LCT) sudah paling tepat untuk mengurangi ketergantungan dan risiko penggunaan dolar Amerika Serikat sebagai alat pembayaran internasional.”
Said mengakui soal besarnya pengaruh Amerika Serikat di berbagai kawasan perdagangan global. Sampai sekarang, masih banyak negara yang memilih bersekutu dengan Amerika Serikat. Justru saingannya, yakni Cina, kini bisa digandeng Indonesia sebagai mitra LCT sejak 2021. Selain itu, Indonesia mendapat dua rekanan LCT dari Asia Tenggara, yaitu Malaysia dan Thailand, sejak 2018. Jepang pun menyusul pada 2020.
Pengamat perbankan dan praktisi sistem pembayaran sekaligus Direktur Utama PT Penyelesaian Transaksi Elektronik Nasional (PTEN), Arianto Muditomo, menilai perburuan mitra tersebut sudah tepat sasaran, mengingat keempat negara itu masuk dalam daftar 10 partner dagang terbesar bagi Indonesia. Bila terus dikembangkan, kata dia, LCT memperkuat kendali pengelolaan cadangan devisa negara.
Masalahnya, Indonesia masih harus mencari negara yang menyanggupi sistem transaksi dengan mata uang lokal. “Sebelum bermitra, kenali dulu posisi kita dalam perdagangan global. Lebih menjadi negara produsen atau konsumen,” kata Arianto.
YOHANES PASKALIS | ANTARA
- Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
- Akses penuh seluruh artikel Tempo+
- Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
- Fitur baca cepat di edisi Mingguan
- Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo