Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Ekonomi

Biar ’Goreng’, Asal Murah

Gara-gara ”digoreng”, harga saham Bank Central Asia (BCA) menanjak secara mencengangkan. Harga BCA masih murah.

20 Agustus 2000 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Saham BCA tiba-tiba seperti kesetrum listrik ribuan volt. Hanya dalam tempo tiga hari sepanjang awal pekan lalu, harga saham bank warisan konglomerat Liem Sioe Liong itu menanjak 22 persen menjadi Rp 1.740. Padahal, sejak masuk bursa Jakarta tiga bulan lalu, saham BCA anteng tak pernah beranjak dari kisaran Rp 1.400 (lihat grafik).

Mengapa harga BCA tiba-tiba melonjak? Ada banyak jawaban. Selentingan di bursa menyebut ada sejumlah investor kakap sedang mengincar bank ”swasta” terbesar itu. Untuk menambal bujet, pemerintah memang tengah menawarkan 12 dari 70 persen saham yang dikuasainya kepada investor. Menurut target, akhir tahun nanti kepemilikan pemerintah di BCA sudah harus minoritas. Mei lalu, melalui penawaran umum, pemerintah telah melepas 22 persen saham BCA kepada publik.

Di antara investor yang paling santer disebut adalah GE Capital. Lembaga keuangan Amerika Serikat ini diketahui pernah mengincar beberapa bank jempolan seperti Bank Bali dan Niaga. Tapi, sejauh ini, niat itu belum juga kesampaian. Ihwal BCA, kendati gosipnya makin hangat, belum pernah ada konfirmasi bahwa GE Capital memang bermaksud meminangnya.

Analis perbankan Mirza Adityaswara juga meragukan gosip itu. ”Saya sudah mengecek,” katanya, ”GE Capital belum mengajukan tawaran apa pun.” Kepala Riset SocGen Singapura, Lin Che Wei, juga mengatakan hal yang sama. Badan Penyehatan Perbankan Nasional (BPPN), lembaga yang mewakili pemerintah sebagai pemegang saham BCA, mengaku belum mengetahui adanya lamaran itu.

Toh, desas-desus tetap bertiup dan berbarengan dengan itu harga saham BCA terus menanjak. Ada yang punya agenda khusus? Tak jelas. Yang pasti, Mirza dan Che Wei menemukan beberapa petunjuk bahwa transaksi saham BCA pada awal pekan ini cuma berputar-putar pada tiga broker.

Menurut Che Wei, selama tiga hari transaksi yang heboh itu, dua perusahaan sekuritas milik pemerintah, Danareksa dan Bahana, aktif memperjualbelikan BCA. Saat itu, Danareksa membeli 5,3 juta dan menjual 27,4 juta saham, sedangkan Bahana membeli 25 juta saham. Dua perusahaan sekuritas ini merupakan penjamin emisi (underwriter) ketika BCA go public Mei lalu. Satu-satunya pemain ”luar” yang terlibat adalah Ciptadana, yang ikut melepas 2,5 juta saham.

Dari data ini, ”Saya tak yakin,” kata Che Wei, ”transaksi ini benar-benar nyata.” Dengan kata lain, transaksi itu sengaja ”diciptakan” untuk membentuk pasar dan harga baru saham BCA.

Mudah dipahami, pemerintah punya kepentingan menjaga harga saham BCA. Bagi investor, saham BCA merupakan indikator penting: apakah aset-aset pemerintah cukup mendatangkan untung atau tidak. Jika saham BCA merosot dari harga awal Rp 1.400, investor kapok membeli aset pemerintah lagi. Para analis pasar modal percaya, pemerintah telah berusaha keras agar harga BCA tak merosot.

Tapi mengapa harga BCA harus didongkrak justru pada pekan ini? Menurut para analis, ”pemanasan” ini perlu dilakukan agar penawaran 22 persen saham BCA milik pemerintah bisa menjala harga tinggi. Ketika BCA masuk bursa Mei lalu, pemerintah sudah menjual rugi. Gara-gara harus menepati jadwal Dana Moneter Internasional (IMF) dan terdesak kebutuhan menambal bujet, pemerintah terpaksa melepas BCA di bawah harga pasar. Kini, pengalaman buruk itu agaknya tak ingin diulangi.

Namun, terlepas dari pelbagai aksi dongkrak itu, harga saham BCA sudah sangat murah—setidaknya menurut Mirza. Dengan harga Rp 1.600, saham BCA cuma dijual enam kali proyeksi labanya. Padahal, pada umumnya bank di Indonesia dijual pada harga 8 sampai 10 kali proyeksi keuntungannya.

Dilihat dari nilai buku (modal bersih), saham BCA juga relatif murah. Saat ini saham BCA dijual pada harga tak sampai satu kali nilai buku. Padahal, bank-bank lain dijual 1,5 sampai 2 kali nilai buku. Jika memperhitungkan kedua perbandingan ini, harga wajar saham BCA bisa mencapai Rp 2.500 per saham.

M. Taufiqurohman, Gita W. Laksmini, Dwi Arjanto

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus