Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
JAKARTA - Rencana pembangunan kereta cepat Jakarta-Surabaya telah memasuki kajian kelayakan (feasibility study). Rencana teknis, dari rute hingga teknologi yang akan diterapkan, untuk salah satu proyek strategis nasional itu akan dibahas Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi (BPPT) serta Japan Internasional Cooperation Agency (JICA). Kajian diperkirakan bakal alot lantaran pemerintah telah mematok biaya proyek tak lebih dari Rp 60 triliun.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Direktur Jenderal Perkeretaapian Kementerian Perhubungan, Zulfikri, mengatakan pemerintah berhati-hati dalam studi tersebut. "Nilai yang kita bicarakan ini besar, lho. Tak boleh lebih, makanya sedang kami dalami," kata Zulfikri di Jakarta, kemarin.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Meski bujet dibatasi, Zulfikri memastikan, Kementerian tetap menargetkan spesifikasi kereta kencang tersebut sesuai dengan yang telah direncanakan. Dengan tenaga diesel dan jalur existing, kereta harus mampu menempuh lintasan Jakarta-Surabaya sekitar 720 kilometer dalam waktu 5,5 jam. Artinya, kereta ini setidaknya mampu melaju dengan kecepatan 160 kilometer per jam. "Dalam pra-feasibility study sudah ada exercise terkait itu," ucap Zulfikri. "Hasil pra-FS (feasibility study) yang beres November, sekarang berlanjut ke tahap teknis."
Proyek kereta cepat digagas sejak era pemerintahan Presiden Susilo Bambang Yudhoyono. Studi kelayakan kereta canggih ini sempat dikerjakan pemerintah Indonesia dan JICA pada 2015 untuk dua rute: Jakarta-Bandung dan Jakarta-Surabaya.
Proyek kereta cepat Jakarta-Bandung untuk rute sepanjang 150 kilometer diproyeksikan bakal menelan dana hingga Rp 67 triliun. Namun rencana Jepang menggarap proyek ini pupus setelah pemerintah lebih memilih tawaran Cina. Tahap konstruksi proyek tersebut kini telah dimulai dengan 60 persen sahamnya dimiliki konsorsium PT Pilar Sinergi BUMN dan sisanya dipegang pemerintah Cina melalui China Railway International Co Ltd.
Adapun perkiraan investasi untuk proyek serupa rute Jakarta-Surabaya sempat menyundul Rp 100 triliun, meski belakangan dikabarkan turun menjadi sekitar Rp 80 triliun. JICA telah menyetor hasil pra-feasibility study pada Oktober lalu.
Menurut Zulfikri, feasibility study kereta cepat Jakarta-Surabaya akan mencakup berbagai pertimbangan untuk menahan lonjakan nilai pembiayaan. Proyek ini sempat ditinjau ulang lantaran berpotensi memakai konten asing. "Menteri minta komponen dalam negeri dimaksimalkan, mungkin juga PT INKA (Persero) kami ikutkan," tuturnya.
Direktur Utama INKA, Budi Noviantoro, menyatakan telah menyiapkan bakal konsep gerbong jika nantinya terlibat dalam pengerjaan rangkaian kereta (rolling stock) proyek kereta cepat Jakarta-Surabaya. "Itu baru arahan lisan Ditjen Perkeretaapian saja," kata Budi kepada Tempo.
Adapun Direktur Pusat Teknologi Sarana dan Prasarana Transportasi BPPT, Rizqon Fajar, mengatakan feasibility study kereta cepat Jakarta-Surabaya dikejar agar rampung akhir tahun ini. "Masih difinalkan, belum semuanya beres. Setelah FS (feasibility study) akan bagaimana, ya tergantung pemerintah," kata Rizqon, kemarin.
Ketua Forum Perkeretaapian Masyarakat Transportasi Indonesia (MTI), Aditya Dwi Laksana, berharap penentuan spesifikasi kereta dapat segera diputuskan. Dia mengingatkan agar kualitas tetap jadi pertimbangan dalam proyek ini. "Jangan sampai karena mengincar paket hemat, kualitas malah tak tercapai," ujarnya. YOHANES PASKALIS PAE DALE
Terkatung-katung
- Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
- Akses penuh seluruh artikel Tempo+
- Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
- Fitur baca cepat di edisi Mingguan
- Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo