Scroll ke bawah untuk membaca berita

Logo
Ekonomi

Berita Tempo Plus

Kejar Target Produk Bahan Bakar Hijau

B40 dapat menghemat devisa senilai US$ 8 miliar pada 2025.

14 Agustus 2020 | 00.00 WIB

Pekerja mengangkut tandan buah segar (TBS) kelapa sawit di Muara Sabak Barat, Tajungjabung Timur, Jambi, 10 Juli 2020. ANTARA/Wahdi Septiawan
Perbesar
Pekerja mengangkut tandan buah segar (TBS) kelapa sawit di Muara Sabak Barat, Tajungjabung Timur, Jambi, 10 Juli 2020. ANTARA/Wahdi Septiawan

Baca berita dengan sedikit iklan, klik disini

Logo

JAKARTA – Pemerintah menggenjot pengembangan bahan bakar nabati berbasis minyak kelapa sawit, seperti green diesel dan biodiesel. Kedua produk ini diharapkan mampu berkontribusi besar dalam mengurangi konsumsi minyak bumi.

Kedua produk tersebut kini tengah menjalani proses uji coba. PT Pertamina (Persero) yang berupaya memproduksi green diesel dengan sebutan D100 berhasil menjalani uji coba produksi di fasilitas pengolahannya di Kilang Dumai. Vice President Corporate Communication Pertamina, Fajriyah Usman, menyatakan perusahaan mampu memproduksi 1.000 barel per hari di fasilitas tersebut. “Kami masih harus lanjutkan uji coba dan persiapan lainnya untuk bisa memproduksinya secara komersial,” kata dia kepada Tempo, kemarin.

Salah satu persiapan produksi adalah memastikan pasokan katalis. D100 dibuat dari minyak kelapa sawit murni yang telah disuling sehingga bebas dari kotoran, getah, lemak, dan baru atau refined bleached deodorized palm oil (RBDPO). Dalam uji coba yang dilakukan pada 2-9 Juli 2020, produksi dibantu katalis yang dibuat oleh Research & Technology Center Pertamina dan Institut Teknologi Bandung.

Pertamina juga mempersiapkan fasilitas pengolahan dan produksi green diesel di Kilang Plaju. Perusahaan menargetkan kapasitas produksi di fasilitas itu 20 ribu barel per hari pada 2023. Produksi juga akan dilakukan di Kilang Cilacap dengan kapasitas sekitar 6.000 barel per hari pada 2022.

Untuk pengadaan RBDPO, Ketua Harian Asosiasi Produsen Biofuel Indonesia (Aprobi), Paulus Tjakrawan, menyatakan Pertamina membuka lelang terbuka. Dia memperkirakan kebutuhan minyak kelapa sawit untuk D100 cukup besar. “Jika Pertamina memproduksi maksimum di tiga kilang, penambahan sawitnya sekitar 3,2 juta kiloliter,” kata dia. Angka tersebut termasuk tambahan 10 persen konsumsi jika B40 mulai diproduksi.

Pemerintah menargetkan program B40 dapat diproduksi pada Juni 2021 mendatang. Uji coba tengah digelar oleh Badan Penelitian dan Pengembangan Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral bersama beberapa pihak terkait, termasuk Aprobi. Paulus menyatakan tim masih mengkaji komposisi campuran solar, baik dengan minyak kelapa sawit hasil penyulingan maupun fatty acid methyl aster (FAME).

Pada akhir Juli lalu, Badan Litbang memulai uji ketahanan B40 pada mesin engine test bench selama 1.000 jam. Kepala PPPTMGB Lemigas, Setyorini Tri Hutami, menyatakan kajian tersebut akan diikuti oleh uji ketahanan bahan bakar. Dari hasil pengujian ini, pihaknya akan membuat rekomendasi teknis mengenai mutu biodiesel serta pertimbangan tentang aspek keekonomiannya. Jika produk itu terwujud, Indonesia diperkirakan menghemat devisa hingga US$ 8 miliar.

VINDRY FLORENTIN

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya
close

Baca berita dengan sedikit iklan, klik disini

Logo
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus