Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Ekonomi

Bisnis awet

Bisnis pemotretan udara terus naik, hanya 9 dari 60 perusahaan pemetaan yang mampu melaksanakan, antara lain perusahaan negara aerial survei (penas). (eb)

24 Desember 1983 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

BISNIS tak hanya di darat, tapi juga di udara. Dan hingga menjelang akhir 1983, kegiatan itu menunjukkan grafik yang membubung. Pemotretan dari udara untuk pemetaan mulai dikenal dengan berdirinya Perusahaan Negara Aerial Survei (Penas), 1961. Dari tahun itu hingga 1969, sekitar tujuh juta hektar daratan Indonesia direkam kamera udara. Pada tahun 1960-an itu memang baru satu - dua pihak swasta terjun dalam bisnis ini. Baru dalam Pelita I dan II muncul beberapa perusahaan swasta urusan udara. Luas daratan yang dijadikan obyek pemotretan pun bertambah. Asosiasi Perusahaan Survei dan Pemetaan mencatat, dalam tahun 1969-1974 sekitar 9 juta hektar daratan difoto, dijadikan peta guna berbagai keperluan. Pada 1974-1978, 12 juta hektar dan, 1978-1983 ini, bertambah lagi dengan 16 juta hektar. Tapi, dari 60 perusahaan pemetaan, ternyata, hanya sembilan yang mampu melayani pemotretan udara. Itu termasuk Penas, yang pada 1974 menjadi Perusahaan Umum Penas dan bernaung di bawah Departemen Hankam. Besarnya modal yang dibutuhkan dan besarnya risiko merugi, agaknya, menjadi hambatan. Menurut Herman Hidayat, direktur produksi PT Aerokarto Indonesia, kini dibutuhkan modal sekitar Rp I milyar untuk mendirikan perusahaan yang bisa main di udara ini. "Sebuah kamera udara saja sekarang harganya Rp 120 juta," kata Herman. Pesawat udaranya, memang, cukup dengan menyewa. Tapi jangan cepat-ccpat menghitung untung. Bisnis udara banyak anginnya. Memang, sewa pesawat kini hanya sekitar Rp 500.000 per hari, di luar sewa landasan. Tapi jangan mengira pesawat bisa dikerjakan seharian penuh, hingga pekerjaan cepat bisa diselesaikan. Soalnya, memotret daratan dari ketinggian sekitar 5.000 meter, misalnya, sama sekali tergantung pada kebaikan matahari dan cuaca. Tak semua posisi matahari menguntungkan. Pemotretan paling baik pada pukul 08.00-10.30 dan 15.00 hingga menjelang matahari terbenam. Kala itu daratan cukup terang, dan pantulan sinar matahari tak mengganggu kamera. Satu syarat lagi: tak ada awan menggantung antara kamera dan daratan. Bisnis ini melonjak pada 1980, ketika pemermtah giat-giatnya membuat peta lahan transmigrasi. PT Aerokarto sempat kebagian memotret 2,5 juta hektar lahan. Pekerjaan ini diselesaikan dalam waktu tiga bulan dengan 11 pesawat. Berapa untungnya, Herman tak mengatakannya. Dari Leo Nardy, wakil direktur PT Exsa International, yang berdiri bersamaan dengan berdirinya PT Aerokarto, pada 1972, keuntungan memang tak menentu. Bisa sampai 10% dari nilai kontrak. Tapi bisa jauh berkurang, bila cuaca terus buruk. Meski begitu, bisnis udara agaknya awet. Banyak urusan di darat ternyata bisa lebih pas bila direncanakan dengan pemotretan udara. Dari perencanaan irigasi dan jaringan jalan, sampai eksplorasi minyak dan gas bumi.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus