Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
TEMPO.CO, Jakarta - Alex Villas Group menyebut sektor properti di Bali semakin menjanjikan di tahun 2024. Alex Shtefan, pendiri dan pemilik Alex Villas, berpendapat bahwa kini pulau dewata sedang mengalami perubahan lanskap bisnis properti yang signifikan.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
"Kawasan-kawasan yang menarik turis tidak hanya berada di area-area yang sudah terkenal sebelumnya seperti Kuta, Ubud, Sanur, Seminyak, Canggu, dan Uluwatu. Minat para wisatawan kini merambah ke bagian barat Bali, termasuk Seseh, Kedungu, Cemagi, dan Tabanan," kata Alex dalam keterangan tertulisnya, Jumat, 1 Maret 2024.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Alex menjelaskan bahwa perluasan area ini memberikan peluang baru bagi sektor properti sekaligus menambah pilihan wisata bagi para pengunjung yang ingin menjelajahi bagian-bagian Bali yang jarang dikunjungi. Perkembangan positif pada sektor properti Bali, jelas Alex, tidak hanya dipicu oleh kemunculan kawasan-kawasan baru sebab regulasi pemerintah dan rencana perkembangan infrastruktur turut memainkan peranan penting.
Alex menyambung bahwa pemerintah menerapkan beberapa kebijakan yang signifikan dalam sektor properti Bali. Regulasi terbaru kini memberikan investor hak kepemilikan penuh atas tanah sewa di bawah Hak Guna Bangunan (HGB). Pemerintah, jelas Alex, turut mengeluarkan program Golden visa yang memungkinkan investor asing untuk tinggal selama 5-10 tahun di Indonesia.
Kemudian, Alex juga menyebut bahwa kini pemerintah berkomitmen memperkuat infrastruktur Bali dengan perencanaan pembangunan jalan tol Gilimanuk-Mengwi dan pengembangan kereta bawah tanah (LRT) yang menghubungkan Bandara Internasional I Gusti Ngurah Rai ke area wisata seperti, Kuta, Seminyak, dan sekitarnya.
Tak hanya itu, Alex mengklaim bahwa terdapat lebih dari 500 pengembang properti yang terdaftar di Bali pada tahun 2023. Investasi properti di Bali, sambung Alex, biasanya mulai memberikan imbal hasil yang menguntungkan setelah 5-7 tahun dan berlaku untuk properti seharga mulai dari US$ 200 ribu.
"Setelah itu, investor umumnya menikmati pendapatan sebesar 15-20 persen per tahun. Namun, angka ini dapat menurun secara signifikan jika investor salah memilih pengembang properti, yang dapat mengarah pada hasil investasi yang tidak menguntungkan," tuturnya.
Pilihan Editor: Polemik Dana BOS untuk Program Makan Siang Gratis, Faisal Basri Sebut Anggaran Pendidikan dan Kesehatan Tak Bisa Saling Menggantikan