Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
TEMPO.CO, Jakarta - Direktur Utama PT Wijaya Karya (Persero) Tbk Agung Budi Waskito mengatakan perusahaan yang dipimpinnya masih merugi pada 2023 akibat proyek Kereta Cepat Jakarta-Bandung alias Whoosh. Agung menyebut kerugian itu memaksa emiten berkode saham WIKA tersebut menerbitkan obligasi.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Selain beban bunga, Agung mengatakan Wika juga tertekan karena PT Pilar Sinergi BUMN Indonesia (PSBI) yang merugi. PSBI merupakan anak usaha dari PT Kereta Api Indonesia (KAI) yang memiliki mayoritas saham PT Kereta Cepat Indonesia China (KCIC) sebesar 60 persen. Adapun Wika memiliki 38 persen saham PSBI.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
“Kami itu memang yang paling besar karena dalam penyelesaian proyek Kereta Cepat Jakarta-Bandung, dari penyertaan saja kami sudah Rp 6,1 triliun. Kemudian yang masih dispute sekitar Rp 5,5 triliun. Sehingga hampir Rp 12 triliun," kata Agung dalam tanya jawab saat dengan Komisi VI DPR, pada Senin, 8 Juni 2024.
Sementara itu, Agung mengatakan perseroannya mencatatkan kerugian Rp 7,12 triliun pada 2023. Angka itu dinilai membengkak dari 2022 sebesar Rp 59,59 miliar atau 11,86 persen.
Tak hanya itu, beban perusahaan pun turut membesar yang terdiri dari beban lain-lain naik 310,16 persen menjadi Rp 5,4 triliun. Sementara beban keuangan pada 2024 meningkat sebesar Rp 3,2 triliun 133,7 persen.
Oleh karena itu, Agung mengatakan perseroan harus mengumpulkan modal melalui penerbitan obligasi yang akhirnya membuat beban keuangan membengkak. Dia menyebut perseroannya akhirnya terpaksa meminjam melalui obligasi itu.
"Mau tidak mau WIKA juga harus melakukan pinjaman melalui obligasi ya. Apalagi dengan adanya bisnis properti yang kami memberikan SHL (surat hibah lahan) yang cukup besar pada kurun waktu 2019-2022," kata dia.
Pada kesempatan itu, WIKA juga meminta Penyertaan Modal Negara (PMN) 2025 sebesar Rp 2 triliun untuk membantu penguatan modal kerja. PMN ini disebut akan dialokasikan untuk tambahan modal proyek strategis yang masih berjalan dan baru pada tahun depan.
“Wika merupakan salah satu pemain utama dalam penyelesaian PSN (Proyek Strategis Nasional),” kata Agung.
Budi menyebut dari total PMN Rp 2 triliun itu akan digunakan untuk menyelesaikan dua proyek di kawasan Ibu Kota Negara (IKN) Nusantara, Kalimantan Timur. Dua proyek itu meliputi proyek Jalan Kawasan Inti Pusat Pemerintahan (KIPP) IKN dan pembangunan Jaringan Interkoneksi Instalasi Pengolahan Air (IPA) IKN, Sepaku, Penajam Paser Utara, Kalimantan Timur.
Dalam proyek Jalan KIPP IKN, Budi menyebut akan mengalokasikan anggaran Rp 1,3 triliun. Sementara untuk IPA IKN akan menggunakan PMN sebesar Rp 401 miliar.
Selain untuk proyek di IKN, Budi menyebut sisa PMN juga akan dialokasikan untuk beberapa proyek yang tengah digarap perseroan. Proyek itu berupa Pembangunan Tol Serang-Panimbang Seksi II, Jalan Tol Semarang-Demak, Proyek Terminal II Bandara Hang Nadim, Pembangunan LPG Refrigerated Tuban Phase II, Revitalisasi Dermaga Gospier di Integrated Terminal Surabaya, dan Pembangunan Jetty I Baru di Integrated Terminal Manggis.
Pilihan Editor: Demi Proyek Whoosh, PT KAI Tidak Setor Dividen ke Negara