Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
TEMPO.CO, Jakarta - Badan Pusat Statistik mencatat pertumbuhan ekonomi sepanjang 2020 mengalami kontraksi 2,07 persen secara year on year. Kepala BPS Suhariyanto mengatakan kontraksi ini dipengaruhi oleh pelemahan di berbagai sektor ekonomi karena pandemi Covid-19.
“Kalau kita lihat perekonomian di berbagai negara pada triwulan IV membaik dibanding sebelumnya meski harus kita akui perkembangannya masih lemah. Banyak indikator yang bisa dilihat, salah satunya indeks Purchasing Managers Index atau PMI yang menunjukkan penguatan di Oktober, namun kembali melemah November dan Desember,” ujar Kepala BPS Suhariyanto dalam konferensi pers secara virtual, Jumat, 5 Februari 2021.
Pada kuartal IV, pertumbuhan ekonomi Indonesia masih mengalami resesi. Pertumbuhan ekonomi kuartal IV tercatat sebesar -2,19 persen secara year on year. Sedangkan pertumbuhan di kuartal iv secara q to q mengalami kontraksi -0,42 persen.
Suhariyanto mengungkapkan, pada kuartal IV, penyebaran Covid-19 masih tinggi dan sulit diturunkan. “Ini terjadi tidak hanya di Indonesia tapi di hampir seluruh negara,” ucapnya.
Pada kuartal IV, Suhariyanto berujar, ada sepuluh sektor yang masih mengalami kontraksi, meski tak sedalam pada kuartal sebelumnya. Ia mencontohkan sektor transportasi dan pergudangan. Pada triwulan II, sektor ini mengalami kontraksi 30,80.
“Namun pada triwulan IV menunjukkan arah pemulihan -13,42 persen,” katanya. Sedangkan sektor yang mengalami pergerakan positif salah satunya adalah pertanian.
Adapun pada kuartal III lalu, pertumbuhan Indonesia menurun hingga minus 3,49 persen. Kondisi di kuartal III lebih baik dari kontraksi terdalam kuartal II yang mencapai minus 5,32 persen.
Menteri Keuangan Sri Mulyani sebelumnya memproyeksikan pertumbuhan ekonomi pada 2020 berkisar minus 1,7 persen hingga minus 2,2 persen. Perkiraan ini jauh lebih rendah dari proyeksi sebelumnya sebesar minus 1,7 persen hingga di level positif 0,6 persen.
Sri Mulyani mengatakan sepanjang tahun, negara mengalami tantangan berat karena pandemi Covid-19 yang masih terus berlangsung mempengaruhi kegiatan ekonomi. Menurut dia, menurunnya aktivitas masyarakat membuat kegiatan ekspor dan impor turun
Sementara itu sejumlah lembaga internasional, seperti Asian Development Bank atau ADB, memperkirakan pertumbuhan ekonomi Indonesia berkisar minus 2,2 persen. Bank Dunia juga memproyeksikan angka yang sama, yakni pertumbuhan ekonomi Indonesia bercokol minus 2,2 persen. Organisasi dan Pembangunan Ekonomi atau OECD pun mematok taksiran lebih rendah, yaitu -2,4 persen.
Direktur Pelaksana Bank Dunia Mari Elka Pangestu mengatakan Indonesia memerlukan waktu 3-5 tahun untuk membalikkan kondisi pertumbuhan ekonomi seperti pada masa sebelum pandemi. Kondisi ini berkaca pada krisis moneter 1998, yang kala itu negara memerlukan waktu sampai 5 tahun masa pemulihan. Selama beberapa tahun tersebut, pertumbuhan ekonomi nihil.
FRANCISCA CHRISTY ROSANA
Baca juga: Data PDB Dirilis Pagi Ini, Pertumbuhan Ekonomi Q4 2020 Diperkirakan -3,1 Persen
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini