Baca berita dengan sedikit iklan, klik disini
TEMPO.CO, Jakarta - Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat nilai impor dan ekspor Indonesia Juni 2023 turun. Nilai impor Indonesia Juni 2023 mencapai US$ 17,15 miliar atau turun 19,40 persen dibandingkan Mei 2023 sebesar US$ 21,28 miliar.
Turunnya nilai impor disebabkan impor migas dan nonmigas
Sekretaris Utama BPS Atqo Mardiyanto mengatakan bahwa penurunan ini disebabkan oleh turunnya impor migas sebesar US$ 912,8 juta (29,12 persen) dan nonmigas US$ 3,21 miliar (17,73 persen).
Baca berita dengan sedikit iklan, klik disini
"Penurunan impor migas disebabkan oleh berkurangnya impor minyak mentah sebesar US$ 512,3 juta, hasil minyak US$ 281,4 juta, dan gas US$ 119,1 juta," ujar Atqo dalam acara Rilis Berita BPS di Jakarta, Senin, 17 Juli 2023.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik disini
Dibandingkan periode yang sama tahun lalu, nilai impor Januari-Juni 2023 mengalami penurunan US$ 7,45 miliar. Penurunan ini disebabkan oleh berkurangnya impor migas US$ 2,82 miliar (14,51 persen) dan nonmigas US$ 4,6 miliar (4,79 persen).
Penurunan nilai impor migas dipicu oleh turunnya impor hasil minyak US$ 2,36 miliar (19,65 persen) dan gas US$ 675,5 juta (24,87 persen), namun terkoreksi oleh peningkatan impor minyak mentah US$ 211,1 juta (4,46 persen).
Dari sisi impor nonmigas, pada Juni 2023 angkanya mencapai US$ 14,93 miliar, turun 17,73 persen dibandingkan Mei 2023 atau turun 13,86 persen dibandingkan Juni 2022. Penurunan impor golongan barang nonmigas terbesar Juni 2023 dibandingkan Mei 2023 adalah mesin/peralatan mekanis dan bagiannya senilai US$ 509,2 juta (16,48 persen).
"Sedangkan peningkatan terbesar adalah ampas dan industri makanan sebesar US$ 89,3 juta atau 24,66 persen," kata Atqo.
Sementara itu, berdasarkan golongan penggunaan barang, nilai impor Januari-Juni 2023 terhadap periode yang sama tahun sebelumnya terjadi peningkatan pada golongan barang modal senilai US$ 2,31 miliar (13,97 persen) dan barang konsumsi US$ 266,7 juta (2,81 persen). Sementara impor bahan baku/penolong turun US$ 10,03 miliar (11,14 persen).
China jadi pemasok impor nonmigas terbesar
Adapun tiga negara pemasok barang impor nonmigas terbesar selama Januari-Juni 2023 adalah China sebesar US$ 29,99 miliar (32,56 persen), Jepang US$ 8,23 miliar (8,94 persen), dan Thailand US$ 5,31 miliar (5,77 persen). Impor nonmigas dari ASEAN mencapai US$ 15,27 miliar (16,59 persen) dan Uni Eropa US$ 6,90 miliar (7,49 persen).
Penurunan ekspor terbesar terjadi pada bahan bakar mineral
Sementara itu, masih menurut BPS, nilai ekspor Indonesia pada Juni 2023 mencapai US$ 20,61 miliar atau turun 5,08 persen dibanding dengan ekspor Mei 2023 sebesar US$ 21,72 miliar.
Atqo menjelaskan, dibanding Juni 2022 nilai ekspor turun sebesar 21,18 persen. Ekspor nonmigas Juni 2023 mencapai US$ 19,34 miliar, turun 5,17 persen dibanding Mei 2023 dan turun 21,33 persen jika dibanding ekspor nonmigas Juni 2022.
"Penurunan terbesar ekspor nonmigas Juni 2023 terhadap Mei 2023 terjadi pada komoditas bahan bakar mineral sebesar U$ 441,3 juta. Sedangkan peningkatan terbesar terjadi pada lemak dan minyak hewani/nabati sebesar US$ 834,9 juta," ujar Atqo dalam acara Rilis Berita BPS di Jakarta, Senin, 17 Juli 2023.
Komoditas lain yang nilai ekspornya turun
Atqo menyebut, komoditas lainnya yang juga menurun nilai ekspornya adalah nikel dan barang daripadanya US$ 285,9 juta (41,33 persen), logam mulia dan perhiasan/permata US$ 238,3 juta (41,41 persen), bijih logam, terak, dan abu US$ 224,5 juta (34,64 persen), serta kapal, perahu, dan struktur terapung US$ 133,3 juta (94,31 persen).
Komoditas yang nilainya meningkat
Komoditas yang meningkat selain lemak dan minyak hewan/nabati adalah besi dan baja US$ 149,2 juta (7,36 persen), ampas dan sisa industri makanan US$ 64,0 juta (41,90 persen), bahan kimia anorganik US$ 61,9 juta (61,58 persen), serta pakaian dan aksesorinya (rajutan) US$ 36,2 juta (11,65 persen).
Selama Januari-Juni 2023, ekspor dari 10 golongan barang di atas memberikan kontribusi 54,33 persen terhadap total ekspor nonmigas. Dari sisi pertumbuhan, ekspor 10 golongan barang tersebut turun 7,12 persen terhadap periode yang sama tahun 2022.
China jadi negara tujuan ekspor nonmigas
Berdasarkan tujuan negara, ekspor nonmigas terbesar adalah ke China US$ 4,58 miliar, Amerika Serikat US$ 1,96 miliar dan India US$ 1,67 miliar, dengan kontribusi ketiganya mencapai 42,42 persen. Sementara ekspor ke ASEAN dan Uni Eropa (27 negara) masing-masing sebesar US$ 3,78 miliar dan US$ 1,32 miliar.
Pada periode Januari-Juni 2023, China tetap merupakan negara tujuan ekspor yang memiliki peranan terbesar dengan nilai US$ 29,9 miliar (24,77 persen), diikuti Amerika Serikat dengan nilai US$ 11,4 miliar (9,44 persen), dan Jepang US$ 10,02 miliar (8,30 persen).
"Komoditas utama yang diekspor ke China pada periode tersebut adalah besi baja, lignit, dan batu bara,” kata Atqo.
Jawa Barat jadi provinsi penyumbang barang ekspor terbanyak
Lebih lanjut, provinsi yang menyumbang barang terbesar untuk ekspor nasional pada Januari-Juni 2-23 adalah Jawa barat US$ 17,9 miliar (13,91) persen, Kalimantan Timur US$ 15 miliar (11,66 persen), dan Jawa Timur US$ 11,13 miliar (8,66 persen). Ketiganya memberikan kontribusi hingga mencapai 34,23 persen dari seluruh ekspor nasional.
Sementara itu, ekspor migas turun 3,64 persen, dari US$ 1,30 miliar menjadi US$ 1,26 miliar. Penurunan ekspor migas disebabkan oleh menurunnya ekspor gas 10,35 persen menjadi US$ 654,4 juta. Sementara ekspor minyak mentah naik 10,34 persen menjadi US$ 182,6 juta dan ekspor hasil minyak naik 2,61 persen menjadi US$ 424,0 juta.
Secara kumulatif, nilai ekspor Indonesia Januari-Juni 2023 mencapai US$ 128,66 miliar atau turun 8,86 persen dibanding periode yang sama tahun 2022.
GRACE GANDHI