Scroll ke bawah untuk membaca berita

Logo
Bisnis

BRIN Optimalkan Riset di Sektor Pangan dan Hilirisasi, Ini Tujuannya

BRIN mengoptimalkan riset di sektor pangan dan hilirisasi menjelang pergantian kepemimpinan Indonesia dengan pemerintahan baru, kendati hilirisasi masih menjadi pro-kontra di hadapan publik.

30 Juli 2024 | 21.01 WIB

Situasi lantai 19 Gedung BJ Habibie yang menjadi kantor Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN). Terungkap tender proyek renovasi lantai 19-22 di gedung itu yang senilai  lebih dari Rp 22 miliar. (TEMPO/Maria Fransisca Lahur)
Perbesar
Situasi lantai 19 Gedung BJ Habibie yang menjadi kantor Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN). Terungkap tender proyek renovasi lantai 19-22 di gedung itu yang senilai lebih dari Rp 22 miliar. (TEMPO/Maria Fransisca Lahur)

Baca berita dengan sedikit iklan, klik disini

Logo

TEMPO.CO, Jakarta - Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) mengoptimalkan riset di sektor pangan dan hilirisasi menjelang pergantian kepemimpinan Indonesia dengan pemerintahan baru, kendati hilirisasi masih menjadi pro-kontra di hadapan publik.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik disini

Logo

“Bagaimana sektor pangan semakin bersaing dengan situasi global maupun perubahan iklim yang terjadi. Kami harus fokus pada pangan, terus mungkin hilirisasi dan bagaimana menyongsong Indonesia ke depan,” ujar Kepala Organisasi Riset Tata Kelola Pemerintahan, Ekonomi, dan Kesejahteraan Masyarakat BRIN, Agus Eko Nugroho, di Kantor BRIN, Selasa, 30 Juli 2024.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Pada kesempatan yang sama, Kepala BRIN Laksana Tri Handoko menyampaikan hilirisasi adalah keniscayaan, khususnya meningkatkan nilai tambah sumber daya lama baik yang terbarukan maupun yang tidak terbarukan. “Tidak terbarukan itu misalnya tambang, tapi yang terbarukan itu juga enggak kalah penting misalnya pertanian, kehutanan, perkebunan, peternakan dan seterusnya. Jadi Indonesia punya potensi yang sangat besar di situ,” katanya.

BRIN, kata dia, melalui riset dan inovasi bisa menciptakan nilai tambah yang lebih signifikan, sehingga Indonesia tak hanya jual bahan mentah melainkan melalui pengolahan agar bisa mendapatkan keuntungan yang lebih besar daripada sebelumnya. “Kami memang sejak awal didesain untuk bisa memfasilitasi, jadi bagaimana pemerintah melalui BRIN bisa memfasilitasi industri agar bisa segera masuk ke aktivitas pengembangan produk yang basisnya itu inovasi yang kuat, yang dihasilkan dari riset-riset,” ujar Handoko.

Ia mengatakan, guna menghindari biaya besar dengan risiko yang besar pula, BRIN berperan di awal sehingga tak perlu investasi terlalu besar dan jika gagal tak terlalu menjadi masalah. Handoko menuturkan, jika berhasil maka akan menerapkan mekanisme melalui skema lisensi sehingga mitra baru membayar ke pemerintah melalui skema lisensi. “Tapi dia bisa masuk ke produk development tanpa investasi yang signifikan, karena bisa pakai riset kami, bisa pakai laboratorium kami, dan seterusnya,” katanya.

Handoko mengatakan sejauh ini BRIN memang menggandeng pihak-pihak di sektor pangan mengingat ada tantangan di sektor tersebut. “Apalagi di tengah situasi geopolitik yang tak menentu sekarang kan harga-harga pangan juga,“ ujarnya.

Bagus Pribadi

Bergabung dengan Tempo pada September 2023. Kini menulis untuk desk Jeda yang mencakup olahraga dan seni.

close

Baca berita dengan sedikit iklan, klik disini

Logo
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus