Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
JAKARTA – Perusahaan Umum Bulog menggenjot operasi pasar untuk mengamankan harga beras. Direktur Operasional dan Pelayanan Publik Perum Bulog, Tri Wahyudi Saleh, mengatakan pihaknya akan menaikkan realisasi rata-rata hasil operasi pasar, yang hingga Rabu lalu sekitar 2.000 ton per hari. "Tapi serapan masih rendah. Kami lihat di Cipinang masih banyak masuk dari daerah, ada tiga ribuan, sebagian nambah dari sana," ujar dia, kemarin.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Dia memastikan harga beras di beberapa titik sudah mulai menurun. Namun Bulog masih akan aktif memantau perkembangan harga. "Stok kami masih cukup sampai masa panen berikutnya," kata Tri Wahyudi. Masa panen diperkirakan jatuh pada Maret 2019.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Peningkatan volume beras untuk operasi pasar merupakan lanjutan penugasan Kementerian Koordinator Perekonomian kepada Bulog. Arahan itu muncul sebagai antisipasi lonjakan harga beras pada bulan lalu.
Sebanyak 600 ribu ton beras yang baru diimpor digelontorkan untuk mendukung operasi tersebut. Pelaksanaannya dilakukan di seluruh cabang regional Bulog, serta di 205 pasar tradisional yang tersebar di 82 kota.
Menteri Perdagangan Enggartiasto Lukita mengatakan operasi pasar dilakukan bukan dalam bentuk penjualan beras di depan pasar oleh Bulog. "Melainkan pedagang beras di pasar itu menjual beras Bulog," ujar dia.
Sebagai bahan makanan utama, kata Enggartiasto, beras harus mendapatkan perhatian khusus dari pemerintah. Dia menyebutkan stok beras di dalam negeri mencapai 2,2 juta ton. Sebanyak 820 ribu ton di antaranya adalah beras domestik.
Menteri Koordinator Perekonomian Darmin Nasution menjelaskan kebijakan impor beras diterapkan karena pada awal 2017 pemerintah yakin stok beras mencukupi. Tapi Oktober lalu tiba-tiba harga beras meledak. "Kami putuskan jangan sampai kalau panen Maret 2018 (hasil panen) jelek, maka bisa chaos. Itu sebabnya kami siapkan impor supaya jangan sampai ada masalah dengan pangan," ujar dia di DPR, kemarin.
Menurut Darmin, salah satu alasan pemerintah memutuskan impor beras 2 juta ton adalah target pembelian Bulog dari pasar dalam negeri. Target yang ditetapkan kepada Bulog pada akhir tahun lalu sampai Juni adalah penyediaan stok dari dalam negeri sebanyak 2,2 juta ton. "Begitu kami lihat Maret angkanya cuma 200–300 ribu dan sampai hari ini pembelian beras Bulog dari dalam negeri tidak melampaui 900 ribu ton," kata dia. "Dalam situasi begitu, tidak ada kemungkinan lain kecuali impor."YOHANES PASKALIS | CAESAR AKBAR | HENDARTYO HANGGI
- Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
- Akses penuh seluruh artikel Tempo+
- Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
- Fitur baca cepat di edisi Mingguan
- Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo