Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
TIGA perusahaan penanaman modal asing: PT Century Textile
Industry (Centex), Union Carbide dan PT Sinar Surya akibat
Kenop-15 telah tertunda memasyarakatkan saham-sahamnya. Tapi
kini para makelar di Pasar Modal tampaknya merasa girang karena
Centex sudah pasti go public (memasyarakat) April ini.
Union Carbide dan Sinar Surya masih menunggu rupanya. "Jika
perubahan anggaran dasarnya disetujui Departemen Kehakiman go
public-nya bisa diumumkan akhir Maret ini," kata J.A. Turangan,
ketua Bapepam. Ini berarti, setelah 19 bulan kesepian dengan
satu saham PT Semen Cibinong, Pasar Modal akhirnya dapat teman
baru juga.
Ditjen Pajak memberi fasilitas yang merangsang buat Centex.
Misalnya revaluasi kerugian valuta asing oleh Ditjen Pajak
diizinkan untuk dihapus dalam tempo 4 tahun. Ini berarti "para
pembeli saham dijamin mendapat keuntungan," kata J.A. Sereh,
Dir-Ut PT Danareksa. Umumnya kerugian kurs valuta asing sebagian
besar dapat dikompensir bagi perusahaan yang ingin memasyarakat.
Bahkan kini, menurut Sereh, ada kecenderungan dari PMA untuk go
public. Sebab dana yang ditarik melalui Pasar Modal jauh lebih
menguntungkan dari kredit luar negeri. Dengan begitu perusahaan
akan lebih mud,ah bersaing dengan produk sejenis di luar negeri.
"Ini sudah dibuktikan Centex," kata Sereh.
Setelah Kenop Centex mengekspor tekstilnya ke Jepang, Timur
Tengah dan Mei nanti juga ke Itali. Namun di pasaran dalam
negeri tampaknya Centex harus menghadapi saingan keras dari
Caterina produksi PT Southern Cross Textile Industry (SCTI) yang
hampir tiap malam oleh Benyamin dan Ida Royani dikampanyekan di
layar TVRI.
Pasaran luar negeri memang tidak sukar bagi Centex, apalagi
setelah mendapat dorongan Kenop-15 dan adanya fasilitas
sertifikat ekspor. Salah satu pemegang sahamnya, Kanematsu Gosho
(33,4%) di Jepang terkenal sebagai eksportir tekstil besar.
Pemegang saham lainnya adalah Toray Industry (34%), Tokai Senko
Co Ltd (10%), Korebo Industries Ltd (2,6%) dan seorang pengusaha
Indonesia Hadi Budiman 20%.
Tapi saham yang hendak dijualnya di Pasar Modal bukan saham
lama. Semuanya emisi baru sejumlah Rp 800 juta atau 15% dari
total modalnya yang lama. Ini akan merubah imbangan pemilikan
modal. Jika dulu pemegang saham kelompok Jepang memiliki 80% dan
Indonesia 20% dengan tambahan emisi baru ini pihak Indonesia
akan naik menjadi sekitar 32%.
Belum diketahui berapa lembar maupun harga nominal persaham yang
hendak dijual di Pasar Modal. Untuk menentukannya 4 underwriter
yang menjamin emisi saham Centex beranting 26 Maret.
Kecuali Danareksa, tiga underwriter lainnya adalah Lembaga
Keuangan non bank yang patungan dengan LK Jepang. Maka tak heran
orang-orang Jepang di sini pun sibuk bergotong-royong
mensukseskan Centex go public itu. Centex dianggap sebagai
pionir usaha patungan Jepang di Indonesia yang diharapkan akan
diikuti pula oleh perusahaan Jepang lainnya.
Tampilnya perusahaan patungan Jepang-lndonesia oleh kalangan
underwriter dianggap sebagai "lembaran baru bagi Jepang di
sini," ujar Victor dari PT Finconesia, sebuah lembaga keuangan
yang ikut jadi underwriter Centex. Sebagai underwriter utama
adalah PT Indovest, dan LK non bank multinasionai patungan Nikko
Securities Ltd, Mitsubishi Bank, First National Bank of Chicago,
National of Australia Ltd dan Bank Dagang Negara. Co underwriter
lainnya adalah PT Danareksa dan PT Multicor, punya kelompok Liem
Sioe Liong.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
- Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
- Akses penuh seluruh artikel Tempo+
- Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
- Fitur baca cepat di edisi Mingguan
- Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo