Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Ekonomi

Bantubumi Pangkas Rantai Pasok Bahan Baku Daur Ulang

CEO Bantubumi, Endra Marsudi, bercerita tentang konsep bisnis daur ulang sampah plastik secara B2B. Menolak strategi bakar uang.

17 Oktober 2022 | 00.00 WIB

CEO Bantubumi Endra Marsudi. Dokumentasi Pribadi.
Perbesar
CEO Bantubumi Endra Marsudi. Dokumentasi Pribadi.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

slot-iklan-300x100

Gunungan sampah plastik di kota-kota besar sudah lama membuat resah Endra Marsudi dan rekan-rekannya. Sebagai contoh, di DKI Jakarta saja pada 2021 terdapat 1.014 ton sampah plastik atau 14,02 persen dari total sampah yang mencapai 7.233 ton.  

Selain penggunaan kemasan plastik yang masih tinggi, manajemen pengelolaan sampah belum optimal. Pengumpulan sampah yang dicampur, tidak terpusatnya data, banyaknya perantara di bisnis daur ulang, serta tidak terintegrasinya para pelaku menjadikan pengelolaan sampah tidak optimal.

“Ketidakoptimalan ini menyebabkan tidak efektif dan tidak efisiennya proses penyerapan sampah plastik untuk didaur ulang. Rantai pasok bahan baku daur ulang juga ikut terganggu,” kata Chief Executive Officer Bantubumi, Endra Marsudi, pada Jumat pekan lalu.

Bersama rekan-rekannya, Endra kemudian mendirikan perusahaan rintisan di bidang daur ulang sampah plastik, PT Bantu Bumi Internasional, pada April 2021. Baru satu setengah tahun berdiri, Bantubumi sudah mampu menyerap 80 ton sampah plastik per bulan dari area Jakarta, Bogor, Depok, Tangerang, dan Bekasi (Jabodetabek).

“Kami menciptakan ekosistem manajemen pengelolaan sampah yang terkoneksi dengan lapak atau bank sampah agar sampah plastik terserap dalam jumlah besar,” ucap Endra.  

Tidak berhenti di sampah plastik, Bantubumi mulai melebarkan sayap bisnis dengan mengumpulkan jelantah sebagai bahan baku biodiesel. Kepada Muhamad Idham dari Tempo, Endra menjelaskan rencana Bantubumi membangun ekosistem manajemen pengelolaan sampah.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

slot-iklan-300x100

Lapak sampah binaan Bantubumi. Dokumentasi Endra Marsudi.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

slot-iklan-300x600

Apa latar belakang pendirian Bantubumi?  
Bermula dari keresahan masyarakat mengenai banyaknya sampah plastik. Kami juga melihat manajemen pengelolaan sampah di Indonesia, khususnya sampah plastik, belum optimal. Proses pengumpulan sampah masih dicampur, data tidak terpusat, banyaknya pemain dan perantara di tiap tahapan proses, serta tidak terintegrasinya satu pihak dengan pihak lainnya membuat proses penyerapan sampah plastik untuk didaur ulang tidak efektif dan tidak efisien.

Mempertimbangkan kondisi tersebut, ditambah waktu yang kami rasa sudah tepat karena kesadaran masyarakat akan gaya hidup hijau makin tinggi dan potensi bisnis yang besar, kami mendirikan Bantubumi pada April 2021.  

Apa solusi yang ditawarkan Bantubumi?
Solusi kami sederhana, yaitu menyerap sampah plastik dalam jumlah besar, memotong rantai pasok bahan baku daur ulang dengan terkoneksi langsung ke lapak dan bank sampah, serta membangun basis data dan sistem aplikasi web untuk lapak serta bank sampah. Bahan baku ataupun produk setengah jadi yang kami hasilkan dari olahan sampah plastik dijual ke industri.
 
Perusahaan rintisan di bidang daur ulang sudah banyak, lantas apa keunikan Bantubumi? 
Betul, sudah ada beberapa startup di industri daur ulang, khususnya startup dengan aplikasi native untuk pengumpulan sampah plastik ke rumah tangga. Bantubumi berbeda karena kami menerapkan model business-to-business (B2B), yakni mengambil bahan baku sampah plastik dari lapak atau bank sampah untuk didaur ulang dan hasilnya dijual ke industri.

 
Kenapa memilih konsep B2B?
Karena sesuai dengan misi kami dan alasan bisnis. Kami memilih terkoneksi ke lapak atau bank sampah, tidak menyerap sampah plastik langsung dari rumah tangga. Bantubumi mengembangkan aplikasi berbasis web, bukan native (aplikasi untuk sistem operasi tertentu), sehingga pelaku lapak/bank sampah yang tidak memiliki telepon seluler bermemori besar bisa mengadopsinya karena tidak perlu di-install. Supaya adaptasi penggunaannya lebih mudah dan cepat, fitur-fiturnya kami buat sangat sederhana. Melalui situs web, pengguna bisa melakukan jual-beli pasokan sampah plastik. 

Perbedaan lainnya?
Pembeda lainnya adalah jaringan di industri daur ulang. Bantubumi sudah tergabung dalam Indonesian Plastics Recyclers (IPR), di mana kami aktif mengedukasi pemain daur ulang agar mau mulai mengadopsi teknologi supaya data dan kerja sama bisa lebih terintegrasi. Sebagai imbal balik, para pelaku daur ulang di IPR yang sudah lama dan besar banyak memberikan dukungan kerja kepada Bantubumi serta koneksi dari hulu (lapak atau bank sampah) hingga hilir (industri).

Bagaimana cara kerja Bantubumi?
Layanan utama Bantubumi adalah jual-beli sampah plastik jenis PET (polietilena tereftalat) dari lapak atau bank sampah dalam jumlah besar. Bahan baku itu kami sortir berdasarkan kualitas, tipe, dan warnanya. Hasil sortir itu bisa langsung dijual ke pabrik ataupun didaur ulang menjadi produk intermediary (setengah jadi) dan flakes (cacahan). Setelah tiba di pabrik, akan diolah lagi menjadi produk akhir.            

Siapa pembelinya?
Mayoritas industri plastik, garmen, atau pabrik yang produknya menggunakan kemasan plastik.

Bagaimana tingkat penjualan Bantubumi?
Nilai penjualan mengikuti harga pasar, negosiasi, dan ukuran perusahaan pembeli. Kalau yang besar-besar, harganya tinggi. Misalnya, harga flakes PET saat ini di angka Rp 9.000-12.000 per kilogram. Negosiasi harga tergantung nilai dan grade bahannya. Sebagai gambaran, PET sebuah merek teh kemasan termasuk grade A+ karena bahannya tebal. Bahkan plastik reject dari pabrik itu kualitasnya tinggi sekali.

Berapa jumlah pengguna dan mitra Bantubumi saat ini?                 
Kami sudah terhubung dengan 10 lapak sampah besar untuk area Jabodetabek. Satu lapak sampah besar biasanya mendapat pasokan dari sekitar 12 lapak kecil dan 20 pengepul. Kapasitas serapan sampah plastik dari jaringan tersebut sudah mencapai rata-rata 80 ton per bulan.

Bagaimana hasil penjualan selama ini? Apakah sudah bisa menutupi biaya operasional?
Bisnis kami jual-beli, jadi prinsip kerjanya pasti akan menjual dengan orientasi untung. Apakah sudah bisa menutupi biaya operasional? Berhubung jumlah tenaga kerja kami relatif ramping, kurang dari 50 orang, jawabannya sudah. Tapi, kalau ditanya apakah dengan keuntungan yang ada sudah balik modal, tentu belum karena umur perusahaan masih muda.   

Sebagai startup, apakah Anda ikut menjalankan strategi "bakar uang"?
Model bisnis yang kami terapkan berorientasi pada profit dan tidak perlu “bakar uang”. Karena itu, penetrasi pasar masih kami seimbangkan dengan modal yang ada. Tapi tidak tertutup kemungkinan pada masa mendatang kami juga menjaring modal dari pihak eksternal.                   
           
Dari mana modal Bantubumi?
Untuk modal kerja, Bantubumi masih mengandalkan modal para pendiri, yakni saya, Adhi Prasada Nugraha, dan Hasan Alatas.

Ada modal kerja dari pihak eksternal? 
Kami mendapat modal kerja dari program insentif pengumpulan sampah plastik dari sebuah perusahaan anggota Grup MNC di bisnis consumer goods. Dari setiap 1 kilogram sampah plastik yang berhasil kami serap dari masyarakat, Bantubumi mendapat insentif uang dengan target serapan berbeda-beda setiap bulannya. Dari program ini, kegiatan operasional kami terbantu. Kisaran insentif yang diberikan dari Rp 500 hingga Rp 2.000 per kilogram. 

                                                           
Ada rencana berekspansi?
Bantubumi sudah menambah kategori layanan. Tidak hanya sampah plastik jenis PET, kami juga mulai mengumpulkan jelantah. Dengan aplikasi web yang sama, kami menerapkan teknik pengumpulan jelantah sistem 2 tier, yakni rumpun (rumah himpun) dan rumah tangga.

Di area tertentu, kami menunjuk satu rumpun yang akan mengelola proses pengumpulan dari 100-150 rumah tangga dengan target 1 ton jelantah per bulan. Jelantah yang terkumpul dari banyak rumpun kami jual ke industri sebagai bahan baku biodiesel.

Jadi, antara Bantubumi, rumpun, dan rumah tangga terdapat proses jual-beli melalui aplikasi web yang saling menguntungkan secara bisnis. Harapannya, dengan adanya aspek komersial, bisnis bisa berkelanjutan.

Endra Marsudi saat melakukan sosialisasi Rumah Himpun Bantubumi. Dokumentasi Pribadi.


Berapa luas jaringan bisnis jelantah tersebut?
Saat ini jaringan pengumpulan jelantah alias rumpun Bantubumi sudah ada 15 unit yang tersebar di delapan kota, yakni Mataram, Surabaya, Boyolali, Solo, Yogyakarta, Bekasi, Tangerang, dan Jakarta.

Apa tantangan yang  dihadapi Bantubumi?  
Tantangan terbesar untuk bisnis daur ulang sampah plastik adalah edukasi kepada masyarakat tentang pentingnya pemilahan sampah sejak level individu atau rumah tangga. Karena sampah plastik yang sudah tercampur dengan sampah jenis lain, khususnya cairan seperti oli atau minyak, tidak layak lagi masuk proses daur ulang.  

Masalahnya, individu atau rumah tangga yang sudah paham akan pentingnya proses pilah sampah menjadi tidak konsisten menerapkannya ketika melihat proses pengumpulan sampah yang dicampur di truk sampah.

Perlu edukasi menyeluruh dari rantai pasok dan sistem kelola sampah. Tidak bisa hanya satu atau dua bagian yang sadar akan pentingnya proses pilah sampah. Karena itu, salah satu solusi Bantubumi adalah mengedukasi lapak untuk membantu proses pilah sesuai dengan kriteria dan standar kualitas yang kami butuhkan.      

Bagaimana dengan tantangan di bisnis jelantah?    
Kalau di bisnis jelantah, belum ada tantangan yang berarti. Respons pasar terhadap Bantubumi sangat positif. Banyak pihak yang menghubungi kami meminta bergabung dalam rumpun Bantubumi. Mereka berminat karena, selain proses pengumpulan jelantah di dalam jeriken tidak membutuhkan area besar, sampahnya relatif tidak kotor atau berbau. Kami bantu rumpun dengan menyediakan jeriken, saringan, dan corong untuk disebar ke rumah tangga target.

Apa target bisnis Bantumi selanjutnya?
Dalam jangka pendek, Bantubumi ingin menambah cakupan area layanan, baik untuk serapan sampah plastik ataupun jelantah. Hingga akhir tahun ini, harapannya kami bisa menyerap rata-rata per bulan 150 ton sampah plastik dan 30 ton jelantah.   

Sedangkan dalam jangka panjang, Bantubumi ingin menyerap sampah plastik lainnya di luar PET serta menjual produk ke pasar internasional melalui e-commerce sendiri.

Ada pula rencana perluasan cakupan layanan, khususnya sampah plastik. Sekarang ini pengelolaannya hanya di Bekasi yang membuat penetrasi produk terbatas. Jabodetabek masih kami jadikan area prioritas. Adapun wilayah Jawa Barat menjadi rencana ekspansi hingga akhir tahun.


***
 
BIODATA
Endra Marsudi

Pendidikan:

Sarjana Pertanian IPB (1994-2004)

MBA School of Business & Management ITB (2008-2010)

 

Karier

- Business Analyst Supervisor PT Agincourt Resources (Desember 2009-Mei 2011)

- Creative & Strategic Planning Head PT MicroAd Indonesia (Februari  2012-Februari 2013)

- Marcom Manager PT Samsung Electronics Indonesia (September 2013-Juni 2016)

- Senior PR & Content Marketing Manager LeEco Indonesia (Juni 2016-Maret 2017)

- Cofounder & CEO Frame A Trip/PT Global Foto Travel (Maret 2017-Agustus 2019)

Founder & CEO Bantubumi/PT Bantu Bumi Internasional (Oktober 2021-sekarang)   

- CMO Cashbac/PT Global Pay Indonesia (Maret 2022-sekarang)

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya
close

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

slot-iklan-300x100
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus