Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Poin penting
BNP Paribas berusaha membuat produk yang sesuai dengan tren investasi di masa pandemi.
Investor muda menyukai produk bertema lingkungan, sosial, dan tata kelola.
BNP Paribas aktif menjangkau investor melalui kanal digital.
Menghadapi tahun yang menantang di masa pandemi Covid-19 tidak membuat CEO BNP Paribas Asset Management, Priyo Santoso, pesimistis. Dia tetap yakin bisa memenuhi target pertumbuhan jumlah dana kelolaan (asset under management/AUM) sebesar 10 persen per tahun. Tahun lalu, Perseroan mencatat kenaikan dana kelolaan sebesar 20 persen menjadi Rp 35 triliun. Capaian itu membuat BNP Paribas Asset Management masuk ke jajaran 10 besar perusahaan dengan dana kelolaan terbesar di industri reksa dana Indonesia.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Salah satu strategi Priyo adalah menawarkan produk reksa dana yang sesuai dengan situasi saat ini, seperti investasi di sektor teknologi dan kesehatan. "Reksa dana tematik sangat penting buat kami untuk bisa mencapai target tersebut," ujarnya kepada Tempo dalam wawancara pada Rabu pekan lalu. Dia juga menargetkan perluasan distribusi produk, terutama di kalangan milenial.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Apa alasan BNP Paribas menghadirkan produk tematik?
Selama pandemi, antisipasi yang harus kami lakukan adalah dari sisi pengembangan produk. Kami berusaha agar produk kami sesuai dengan tren investasi di periode kenormalan baru. Oleh sebab itu, kami menerbitkan reksa dana syariah global yang bertema teknologi, karena teknologi merupakan tren yang berkembang saat ini. Kami akan berfokus pada inovasi teknologi yang berkaitan dengan ekonomi digital dan health innovators. Itu salah satu produk yang akan kami luncurkan di kuartal III atau awal kuartal IV tahun ini.
Berapa besar produk tematik mampu mendorong pertumbuhan dana kelolaan?
Di satu sisi, yang menopang pertumbuhan adalah inovasi produk. Kami memiliki satu produk bertema produk reksa dana syariah yang berinvestasi global. Salah satunya adalah BNP Cakra Syariah yang fokusnya pada saham-saham yang sudah lolos filtering environmental and social governance (aspek lingkungan dan tata kelola sosial). Fokusnya adalah pada saham-saham di bursa di Amerika Serikat, Eropa, dan Jepang.
Tahun lalu kami juga meluncurkan satu thematic fund yang fokusnya berinvestasi di Cina dan Hong Kong. Kami adalah fund manager pertama yang menerbitkan reksa dana syariah dengan fokus investasi pada saham-saham di bursa efek Cina dan Hong Kong. Itu adalah produk tematik yang banyak menarik minat investor. Dalam jangka waktu kurang dari satu tahun, kami berhasil meraih total dana kelolaan lebih dari US$ 100 juta. Jadi, itu dua reksa dana yang mendukung keberhasilan kami menumbuhkan asset under management 20 persen.
BNP Paribas banyak memiliki produk syariah. Bagaimana potensinya?
Terutama dalam tiga tahun terakhir ini reksa dana syariah tumbuhnya paling besar. Pertumbuhan itu didukung salah satunya oleh produk syariah yang berinvestasi secara global. Kalau saya melihat, pertumbuhannya lebih dari 30 persen.
Strategi apa lagi yang Anda siapkan untuk mencapai target pertumbuhan dana kelolaan?
Kami juga meluncurkan reksa dana yang mengacu pada indeks IDX Growth 30. Kami berfokus ke investor individual yang belum paham atau masih awam dalam melakukan perdagangan sendiri di Bursa Efek Indonesia.
Kami juga berusaha memperluas jaringan distribusi. Saat ini kami memiliki empat kanal digital. Setidaknya, pada tahun ini, kami akan menambah tiga kanal digital untuk memperluas jaringan distribusi atau kemampuan kami untuk mencapai investor di seluruh Indonesia.
Ada strategi khusus untuk menarik minat investor milenial?
Saat ini kami melihat minat dari investor milenial, yang muda-muda, sangat banyak kepada produk-produk bertema environmental, social, and governance (ESG). Kami memiliki satu reksa dana dengan Indeks SRI-Kehati (Indeks Socially Responsible Investing-Yayasan Kehati), dan itu banyak diminati. Di reksa dana tersebut, kami memperoleh pertumbuhan nasabah yang cukup besar juga yang ditopang oleh partisipasi investor milenial. Ke depannya, kami memang akan berfokus pada produk-produk yang mengusung tema ESG.
Bagaimana cara memberikan edukasi tentang investasi, terutama kepada milenial?
Mulai akhir tahun lalu, kami secara aktif menjangkau investor kami, terutama yang muda, dengan membuka kanal media sosial seperti Instagram, Twitter, dan podcast di Spotify. Melalui kanal digital tersebut, kami berusaha menjangkau seluruh investor, tidak hanya milenial, untuk melakukan edukasi mengenai produk, cara berinvestasi dengan risiko yang terukur, dan arti pentingnya melakukan investasi sejak dini.
Kami menjelaskan mengenai produk apa saja yang tersedia dan sesuai dengan tujuan investasi mereka. Sebulan sekali kami juga menerbitkan video yang nantinya akan diisi oleh para manajer portfolio kami untuk menjelaskan mengenai strategi investasi serta ulasan pasar saham dan rupiah. Kami menggunakan kanal seoptimal mungkin untuk menjangkau banyak investor.
Bagaimana dukungan pemerintah untuk industri reksa dana?
Pemerintah sudah banyak mendukung perkembangan atau pertumbuhan industri reksa dana. Dalam hal ini mungkin yang diperlukan oleh industri adalah kemungkinan untuk bisa melakukan investasi di luar selain tema syariah. Kami (ingin) bisa menawarkan produk konvensional yang bisa diinvestasikan secara global.
Dengan adanya pengetatan pembatasan kegiatan, apakah masih optimistis dapat mencapai target pertumbuhan?
Tahun ini kami berupaya tumbuh 10 persen, walau saat ini kita menghadapi PPKM yang lebih ketat. Tapi kami berpikir positif bahwa apa yang dilakukan pemerintah sebetulnya sudah benar. Pemerintah juga akan meningkatkan jumlah vaksinasi untuk mencapai kekebalan kelompok. Sehingga pada akhirnya kita tidak perlu terlalu sering menginjak rem dengan melakukan PPKM.
Dalam hal ini, saya lebih positif bahwa hingga akhir tahun kita bisa menghadapi iklim investasi yang kondusif. Tentunya kita harus berpikir positif karena, kalau terlalu pesimistis, pada akhirnya tidak akan memacu kita untuk bekerja lebih baik lagi. Saya masih percaya target pertumbuhan 10 persen bisa dicapai.
Priyo Santoso
Pendidikan:
-Postgraduate Certificate in Business Administration, University of Wales & University of Manchester 2001
-Master of Applied Finance, University of Melbourne 2000
-Sarjana Fisika, Universitas Indonesia 1989
Karier:
-Manager/Treasury Risk Management PT Bank Niaga Tbk 1991
-Manager/Fixed Income Research PT Sigma Batara Securities 1995
-Assistant Vice President/Fixed Income Portfolio Manager PT Danareksa Investment Management 1996
-Vice President - Head of Institutional Marketing PT Danareksa Investment Management Januari 2005-September 2005
-Presiden Direktur PT Danareksa Investment Management 2009
-Group Head of Risk Management PT Danareksa (Persero) 2009
-Head of Fixed Income and Money Market PT Mandiri Manajemen Investasi 2010
-Chief Investment Officer PT Mandiri Manajemen Investasi 2011
-Chief Investment Officer/Investment Group Head PT Asuransi Jiwa Generali Indonesia 2017
-Presiden Direktur PT BNP Paribas Asset Management April 2020-sekarang
***
- Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
- Akses penuh seluruh artikel Tempo+
- Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
- Fitur baca cepat di edisi Mingguan
- Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo