Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Ekonomi

CEO Bukalapak Rachmat Kaimuddin: Dompet Digital Sudah Sangat Money Burning

Sepanjang tahun lalu, Bukalapak mengklaim berhasil meningkatkan pendapatan sebesar 80 persen serta menambah jumlah pelapak dan mitra sebanyak 4 juta entitas.

11 Januari 2021 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Poin penting

  • Perekonomian digital Indonesia dari 2015 hingga 2020 tumbuh 40 persen per tahun.

  • Selama masa pandemi, jumlah pengguna baru Internet tumbuh 37 persen.

  • Bukalapak menyasar kota-kota lapis dua.

Platform e-commerce Bukalapak merasakan efek positif dari peningkatan ekosistem ekonomi digital pada masa pandemi. Sepanjang tahun lalu, Bukalapak mengklaim berhasil meningkatkan pendapatan sebesar 80 persen serta menambah jumlah pelapak dan mitra sebanyak 4 juta entitas. “Masih banyak peluang untuk bangkit dari krisis. Jumlah pengguna Internet di Indonesia naik 37 persen selama masa pandemi,” tutur Chief Executive Officer Bukalapak, Rachmat Kaimuddin, dalam konferensi media terbatas yang diikuti oleh wartawan Koran Tempo, Larissa Huda, pekan lalu.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Apa yang menarik dari perkembangan ekonomi digital pada 2020?
Pendorong terbesar adalah pandemi Covid-19 yang memicu munculnya tiga tren besar. Pertama, masyarakat menjadi lebih sadar akan kesehatan. Kedua, kehidupan lebih banyak di rumah. Ketiga, karena pandemi membawa resesi, banyak konsumen yang takut kehilangan pekerjaan, sehingga mereka berbelanja lebih hemat.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Apa yang bisa mendorong ekonomi digital?
Indonesia punya infrastruktur teknologi yang cukup besar. Pengguna Internet sudah hampir 197 juta atau tiga perempat dari jumlah penduduk. Pandemi bahkan melahirkan pengguna baru, pertumbuhannya sekitar 37 persen. Uniknya, para pengguna baru layanan daring ini, 56 persen datang dari luar wilayah perkotaan.

Berapa besar angka pertumbuhannya?
Perekonomian digital Indonesia dari 2015 hingga 2020 tumbuh 40 persen per tahun. Sekarang disebut-sebut nilainya mencapai US$ 44 miliar. Itu angka yang luar biasa besar. Namun, jika dibandingkan dengan ekonomi Indonesia, masih sangat kecil, hanya 4-5 persen. Perekonomian Indonesia kira-kira US$ 1.000 miliar.

Bagaimana dengan pertumbuhan segmen e-commerce?
Dengan kebijakan pemerintah yang membuat masyarakat lebih banyak berada di rumah, segmen e-commerce tumbuh. Pada 2020, bisnis e-commerce tumbuh 54 persen, dari US$ 21 miliar ke US$ 32 miliar.

Bukalapak juga ikut menikmati pertumbuhan tersebut?
Kami sangat bersyukur karena berada dalam segmen yang tumbuh. Hanya, fokus kami dari awal adalah pada misi bagaimana menciptakan ekonomi yang adil. Kami ingin orang bisa menjual dan membeli barang dan jasa secara adil.

Apa hambatannya?
Salah satunya adalah inklusi keuangan. Kalau tidak punya uang digital, seseorang hanya bisa bertransaksi sejauh kakinya melangkah, tak bisa bertransaksi dengan jangkauan yang lebih jauh. Hal yang kami ingin lakukan di Bukalapak adalah bagaimana caranya supaya pemilik modal atau orang yang tinggal di luar kota bisa mendapatkan akses jual-beli barang dan jasa yang sama.

Bagaimana langkah Bukalapak menjaga kinerja?
Dari awal kami berfokus pada bagaimana caranya agar bisa bertumbuh secara berkelanjutan. Ini bisa menjadi tantangan luar biasa karena cara yang paling gampang untuk berkembang adalah melakukan investasi, memberikan promosi, dan sebagainya. Kami mencoba menyeimbangkannya di Bukalapak.

Hasilnya?
Selama periode 2018-2020, kami tumbuh 300 persen. Sementara itu, EBITDA (pendapatan sebelum bunga, pajak, depresiasi, dan amortisasi) kami perbaiki (meningkat) 80 persen. Jadi, walaupun kami bisa tumbuh, kami tetap bisa mengurangi atau mengelola biaya.

Ada target di luar kepentingan menjaga performa keuangan?
Kami juga menjaga misi dengan berfokus pada segmen underserved. Jadi, tidak hanya menyasar kota besar atau konsumen sophisticated, kami juga ingin berfokus ke tier two cities, di luar kota besar, dan kepada UMKM. Hari ini, sekitar dua pertiga transaksi kami terjadi di luar lima kota besar.

Bagaimana dengan pertumbuhan jumlah penjual?
Saat ini ada sekitar 13,5 juta penjual, yang terdiri atas 6 juta penjual daring dan 7 juta mitra Bukalapak atau warung/agen daring yang didigitalisasi. Jumlah tersebut tumbuh pesat dibanding jumlah tahun 2019 yang sekitar 9 juta penjual. Kalau menurut data jumlah UMKM ada 60 juta, maka kami sudah mencakup seperempatnya.

Pada 2020 pula secara mengejutkan jumlah official store meningkat drastis. Jumlah transaksi maupun GMV (gross merchandise value alias omzet) Bukamall meningkat 17 persen setiap bulan. Ada beberapa faktor utama yang mendorong penjualan Bukamall, yakni adanya peningkatan jumlah pemasaran atau hubungan dengan merek, peningkatan visibility dari official store, dan memperbanyak jumlah merek yang tergabung.

Bagaimana dengan pengembangan infrastruktur?
Kami berfokus memperkuat sistem, ibaratnya pindah ke cloud, sehingga punya infrastruktur yang lebih baik. Kami juga mendapatkan investor dan kemitraan. Kami menyambut Microsoft Corporation sebagai salah satu pemegang saham. Masuknya Microsoft kami anggap sebagai kehormatan karena merupakan investasi langsung pertama perusahaan tersebut di Indonesia.

Kami juga menjalin kerja sama dan mendapatkan investasi dari perusahaan internasional di bidang investasi keuangan untuk penjualan reksa dana. Kami punya perusahaan agen penjualan reksa dana, jadi masyarakat bisa membuka investasi di sana.

Apa saja inovasi yang sudah dilakukan?
Untuk 2020 kami memperkenalkan cukup banyak inovasi, baik untuk penjual maupun pelanggan. Dalam hal inovasi produk, kami melakukan perubahan, misalnya dengan menawarkan barang sesuai dengan minat setiap pengguna. Kami juga mengembangkan algoritma pencarian dan menambahkan trending item di platform kami.

Bagaimana strategi tahun ini?
Kami memperbanyak basis dari pelapak, baik dalam hal C to C (customer to customer) maupun B to C (business to customer). Kami meningkatkan jumlah akuisisi merchant di platform kami. Kedua, kami mengoptimalisasi kampanye, termasuk memperkenalkan trending item dan kampanye pada produk tertentu.

Untuk merchant, kami juga mengusahakan menjual lebih banyak dan engage lebih dengan pelanggan mereka melalui beberapa fitur, misalnya sebar promosi atau voucher pelapak. Selain itu, kami meningkatkan skala penjualan dan solusi pemasaran buat merek dan pelapak yang bergabung dengan kami.

Adakah rencana untuk melakukan konsolidasi?
Kami punya tujuan dan misi untuk bisa berdikari, dengan fokus untuk tumbuh dan profitabilitas. Mengenai konsolidasi, itu seperti bertemu jodoh. Kalau ada jodoh (perusahaan lain) yang cocok (untuk merger), kita akan lihat. Tapi kami sebetulnya berfokus menjalankan Bukalapak sebagai stand-alone company (berdiri sendiri).

Apakah ada opsi melakukan IPO?
Biasanya perusahaan teknologi, pada suatu masa tertentu, ingin melakukan IPO (initial public offering). Opsi itu tentu akan selalu kami buka. Bukalapak tentu akan mempersiapkan infrastrukturnya. Kami hari ini sudah banyak sekali mendapatkan investor kelas dunia, tentunya perlu memperkuat good corporate governance. Persiapannya akan terus kami jalankan. Pada saat yang tepat, akan kami lihat.

Bukalapak tidak berencana membuat dompet digital?
Dompet digital saat ini sangat money burning in away (bakar uang). Selain itu, jumlah pemainnya sudah sangat banyak. Kami telah bermitra dengan penyedia dompet digital lain, seperti DANA, yang menurut kami sangat membantu dalam melayani pengguna.

Bagaimana dengan kelanjutan rencana menambah fitur finansial?
Saat ini kami sudah bisa melakukan kredit pemilikan rumah. Kami ingin lebih banyak lagi leasing yang bisa kami daftarkan. Kami ingin orang yang kekurangan uang bisa mendapat pinjaman, lalu yang kelebihan uang bisa melakukan investasi, seperti reksa dana dan emas.


Biodata
Tempat dan tanggal lahir:
Makassar, 15 April 1979

Pendidikan:
- SMA Taruna Nusantara (1994-1997)
- Massachusetts Institute of Technology (1998-2001)
- Stanford University (2006-2008)

Karier:
- Senior Associate di Boston Consulting Group
- Konsultan IFC
- Managing Director PT Cardig Air Services
- Principal Quvat Management Pte. Ltd
- Vice President Baring Private Equity Asia
- Chief Financial Officer PT Bosowa Corporindo
- Managing Director PT Semen Bosowa Maros
- Komisaris PT Bank Bukopin Tbk
- Direktur PT Bank Bukopin Tbk
- CEO Bukalapak

 

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya
Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus