Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Di tengah pandemi Covid-19, PT Hutama Karya (Persero) memikul beban untuk menyelesaikan megaproyek jalan tol Trans Sumatera sepanjang 2.700 kilometer. Modal dari pemerintah pun mungkin tersendat setelah sebagian anggaran negara tersedot untuk penanganan pandemi Covid-19.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Direktur Utama Hutama Karya Budi Harto mengatakan tengah mempercepat pembangunan konstruksi jalan tol Trans Sumatera sepanjang 780 kilometer hingga 2022. Agar target untuk menjadikan Hutama Karya sebagai salah satu operator jalan tol terbesar bisa tercapai, Budi mengupayakan berbagai terobosan.
Kepada jurnalis Tempo, Yohanes Paskalis, Budi memaparkan beberapa strateginya. Berikut ini kutipan wawancara yang berlangsung pekan lalu.
Apa tantangan terbesar yang dihadapi Hutama Karya saat ini?
Pemerintah sudah menugasi Hutama Karya membangun 24 ruas jalan tol Trans Sumatera, sebanyak 12 di antaranya menjadi jalan tol prioritas. Kami berusaha mempercepat pembangunannya melalui inovasi, seperti membuat pile slab yang bisa dicetak lebih dulu. Kami juga menerapkan pola fast track antara perencanaan detailed engineering design (DED) dan konstruksi, dilakukan bersamaan dengan pola design and build. Kami memiliki teknologi precast untuk mengantisipasi pengadaan lahan yang terlambat, termasuk menerapkan teknologi vakum untuk memperkuat tanah lunak atau rawa.
Sejauh mana kemajuan proyek ini? Ruas mana yang dikejar hingga akhir 2020?
Kami ditugasi membangun jalan tol dari Lampung hingga Aceh sepanjang 2,765 kilometer. Hingga Juni lalu, kami sudah membangun jalan sepanjang 589 kilometer. Lima ruas jalan tol yang sudah beroperasi sepanjang 368 kilometer yaitu Bakauheni-Terbanggi Besar, Palembang-Simpang Indralaya, Terbanggi Besar-Pematang Panggang, Pematang Panggang-Kayu, serta Medan-Binjai seksi 2 dan 3. Saat ini kami mengerjakan konstruksi sembilan ruas jalan lain sepanjang 771 kilometer. Tahun ini kami menargetkan pengoperasian tiga ruas jalan, yaitu Pekanbaru-Dumai, Aceh-Sigli, serta Medan-Binjai seksi 1.
Berapa besar investasinya dan bagaimana skema pembiayaannya?
Investasi yang dibutuhkan Rp 476 triliun. Porsi ekuitas 72 persen, pinjaman 28 persen. Penyertaan modal negara sudah mencapai Rp 16,1 triliun dan tahun ini pemerintah menyetorkan tambahan Rp 11 triliun, sehingga totalnya Rp 27,1 triliun. Untuk pendanaan, kami mengupayakan skema alternatif seperti bridging equity untuk ruas jalan tol Pekanbaru-Dumai dan Terbanggi Besar-Pematang Panggang-Kayu Agung. Pada Mei lalu juga kami menerbitkan global bonds sebesar US$ 600 juta, yang merupakan bagian dari global medium term notes (GMTN) US$ 1,5 miliar. Jadi, selain modal negara, sumber pendanaan kami melalui obligasi yang dijamin pemerintah, pinjaman lembaga keuangan, termasuk pendanaan lain dari badan investasi pemerintah.
Setelah pandemi Covid-19, pemerintah tak lagi bisa leluasa memberikan modal. Apa terobosan Anda untuk mengatasi potensi kekurangan pendanaan?
Kami sedang menjajaki pembiayaan multilateral dengan cost of fund yang kompetitif. Kami juga masih membahas pendanaan alternatif lain, seperti konsesi terbatas untuk pihak ketiga dan asset recycling pada ruas tol yang telah beroperasi.
Apa target Hutama Karya dalam 5-10 tahun ke depan?
Kami akan menjadi salah satu operator jalan tol terbesar di Indonesia, dengan mengoperasikan 24 ruas jalan tol di Sumatera dan dua ruas jalan tol di Jakarta. Indikator terpenting untuk mengukur keberhasilannya adalah memenuhi tenggat untuk beroperasi secara penuh. Kami pun menargetkan infrastruktur ini bisa menambah daya tarik Pulau Sumatera sebagai kawasan bisnis yang potensial. Saat ini ada 84 proyek non-properti yang ada di sekitar jalan tol Trans Sumatera, dari proyek energi, kawasan industri, pelabuhan dan bandara, jalan, bendungan, hingga rel kereta.
Sejauh mana pembatasan aktivitas pada masa pandemi Covid-19 dalam proyek Hutama Karya?
Proyek jalan tol Trans Sumatera tetap berjalan, tapi ada empat proyek kami di Pulau Jawa yang tertunda. Beruntung, tak ada pengaruh signifikan terhadap pendapatan kami yang lebih banyak datang dari jalan tol Trans Sumatera. Yang jelas, kami menerapkan protokol kesehatan ketat yang dipantau secara harian. Kami juga untuk sementara waktu tidak menambahan pekerja.
Budaya kerja seperti apa yang Anda terapkan pada masa new normal?
Kami mengembangkan gaya kepemimpinan coaching untuk memaksimalkan potensi dan profesionalisme setiap karyawan. Kami juga mengembangkan potensi milenial yang jumlahnya 52 persen dari total karyawan Hutama Karya. Dalam masa adaptasi kebiasaan baru, kami menggencarkan pola kerja yang lebih dinamis dengan memanfaatkan teknologi digital sekaligus memastikan seluruh proses bisnis konstruksi tetap berjalan.
BIODATA
Nama: Budi Harto
Tempat, tanggal Lahir: Boyolali, 11 September 1959
Pendidikan:
- S-1 Teknik Sipil Universitas Negeri Sebelas Maret (1983)
- S-2 Manajemen Universitas Gadjah Mada (1997)
- S-2 Psikologi Industri Untag (2002)
Karier manajerial:
- Direktur Operasi I PT WIKA Gedung (2008-2013)
- Direktur Operasi I PT Wijaya Karya (Persero) Tbk (2013-2015)
- Wakil Direktur Utama PT Wijaya Karya (Persero) Tbk (April 2015-April 2016)
- Direktur Utama PT Adhi Karya (Persero) Tbk (April 2016-Juni 2020)
- Direktur Utama PT Hutama Karya (Persero) (Juni 2020-sekarang)
- Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
- Akses penuh seluruh artikel Tempo+
- Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
- Fitur baca cepat di edisi Mingguan
- Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo