Baca berita dengan sedikit iklan, klik disini
JAKARTA – Sebagai lulusan Teknik Sipil Institut Teknologi Bandung, dinamika industri properti dan konstruksi ibarat hafalan luar kepala untuk Robin Yovianto. Bagi Robin, pengembangan infrastruktur di Indonesia selalu dihantui risiko. Kecepatan pengerjaan proyek infrastruktur kerap tak terprediksi meski sudah direncanakan sematang mungkin oleh pengembangnya.
Pemberitaan soal proyek pemerintah ataupun swasta yang tak sesuai dengan tenggat pun menjadi lazim. Masalah yang biasanya ketahuan belakangan itu beragam, dari pembengkakan biaya atau overbudget, pemanfaatan lahan yang tak optimal, hubungan kontraktor dan pemilik proyek yang serba tidak transparan, estimasi target yang lemah, hingga alur kerja lamban karena cara konvensional. “Setidaknya sembilan dari setiap 10 proyek terkena masalah-masalah itu,” tuturnya kepada Tempo, kemarin.
Lantaran sempat menjadi pegawai beberapa perusahaan investasi dan pengembang properti di Amerika Serikat, seperti Greystar serta Sares Regis, kuping Robin pun panas mendengar keresahan para pelaku properti dan konstruksi. “Semua yang membutuhkan konstruksi selalu mengeluh dan tidak puas dengan hasilnya.”
- Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
- Akses penuh seluruh artikel Tempo+
- Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
- Fitur baca cepat di edisi Mingguan
- Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo