Scroll ke bawah untuk membaca berita

Logo
Bisnis

Chatib Basri Sebut Dampak Konflik Timur Tengah Bisa Timbulkan Defisit APBN Tembus Rp 300 Triliun

Chatib Basri menilai konflik yang terus-menerus di Timur Tengah berpotensi membuat defisit APBN hingga Rp 300 triliun.

14 Mei 2024 | 19.29 WIB

M. Chatib Basri. ANTARA/Fanny Octavianus
material-symbols:fullscreenPerbesar
M. Chatib Basri. ANTARA/Fanny Octavianus

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Logo

TEMPO.CO, Jakarta - Mantan Menteri Keuangan Chatib Basri menilai konflik geopolitik di Timur Tengah memiliki dampak terhadap perekonomian Indonesia.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Logo

Ia menyebut konflik yang terus-menerus di Timur Tengah itu berpotensi membuat defisit Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara atau APBN hingga Rp 300 triliun.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Ia mengatakan, bahwa kenaikan defisit APBN yang signifikan itu dikarenakan beriringan dengan naiknya harga minyak dunia. Menurut dia, kenaikan harga minyak dunia itu berdampak pada beban subsidi bahan bakar minyak atau BBM menjadi bertambah.

"Skenario paling buruk adalah defisit (APBN) bisa sampai Rp 300 triliun. (Konflik) Israel-Iran, Timur Tengah, semua negara Arab terlibat, implikasinya harga minyak naik," kata Chatib dalam acara Grab Business Forum di Jakarta, Selasa, 14 Mei 2024.

Ia memprediksi dengan adanya ketegangan geopolitik di Timur Tengah ini berlanjut, harga minyak dunia dapat mencapai US$ 64 per barel. Kenaikan minyak dunia ini menyebabkan munculnya tekanan terhadap anggaran negara, terkhusus beban pada subsidi BBM.

Menurut dia, defisit APBN Indonesia bakal meningkat hingga Rp 5,8 triliun setiap harga minyak dunia mengalami kenaikan sebesar US$ 1 per barel. "Kalau naik US$ 64 dolar, tinggal dikali saja. Kira-kira bebannya akan naik sebesar itu, ini skenario terburuk," ujar mantan Menteri Keuangan periode 2013-2014 itu.

Sebelumnya, Direktur Jenderal Anggaran Kementerian Keuangan, Isa Rachmatarwata mengatakan, bahwa pemerintah bakal mengikuti perkembangan konflik Timur Tengah dengan cermat dan kewaspadaan.

Namun, ujarnya, Menkeu Sri Mulyani Indrawati memiliki kekuasaan untuk menyesuaikan anggaran subsidi apabila harga minyak dunia melonjak dan lajunya lebih pesat dibandingkan harga jual minyak mentah di Tanah Air.

Di sisi lain, Isa menyatakan bahwa pemerintah harus melakukan konsentrasi. Dalam hal ini Kemenkeu perlu melakukan pengelolaan di beberapa sektor keuangan. "Misalnya pengelolaan konsumsi masyarakat dan pembagian beban dengan badan usaha," ujarnya.

Sementara itu, Menkeu Sri Mulyani mengatakan bahwa ketegangan geopolitik Timur Tengah cenderung meningkat dan menjadi fokus perhatian para pemimpin dunia. Secara year to date, kenaikan harga minyak Brent sebesar 14,3 persen. Sedangkan minyak WTI naik 17,5 persen.

Sri Mulyani menilai, kenaikan harga minyak dunia itu sedikit banyak dipengaruhi oleh tensi konflik Timur Tengah. "Pengaruhnya bisa terhadap APBN dan perekonomian Indonesia, serta menyebabkan tekanan terhadap inflasi," ucapnya.

Novali Panji Nugroho

Lulus dari Program Studi Ekonomi Pembangunan Universitas Muhammadiyah Surakarta. Bergabung dengan Tempo pada September 2023. Kini menulis untuk desk Nasional, mencakup isu seputar politik maupun pertahanan.

close

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Logo
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus