Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Angkutan carter pesawat, khususnya helikopter, adalah produk jasa yang tergolong mewah di Indonesia. Hanya kaum berduit dan korporasi yang menikmati layanan ini.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Namun, bagi Denon Berriklinsky Prawiraatmadja, ada peluang bagi konsumen "biasa" untuk memakai jasa helikopter carteran. Pada Desember lalu, Chief Executive Officer (CEO) Whitesky Aviation ini pun meluncurkan Helicity, layanan transportasi helikopter antarkota. Helicity kini bekerja sama dengan maskapai penerbangan nasional untuk menyasar penumpang kelas bisnis.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Kepada wartawan Tempo, Aditya Budiman, Denon mengutarakan seluk-beluk bisnis carter pesawat yang penuh dengan tantangan. Posisi Whitesky sebagai salah satu pionir pun membuka peluang bagi Denon untuk merancang banyak inovasi. Berikut ini petikan wawancara yang berlangsung di kantor Whitesky di kawasan Halim Perdana Kusuma, Jakarta Timur, Jumat lalu.
Seperti apa perjalanan bisnis Anda dan Whitesky, dan bagaimana kemudian Anda menyasar konsumen yang lebih masif?
Awalnya perusahaan kami hanya mendukung kegiatan korporasi, seperti perusahaan tambang, perkebunan, dan lainnya. Sama seperti perusahaan penerbangan carter pada umumnya. Namun penurunan harga minyak dan komoditas beberapa waktu lalu membuat bisnis lesu. Perusahaan-perusahaan itu melakukan efisiensi sehingga kontrak carter sedikit menurun. Saya kemudian berpikir untuk mendiversifikasi usaha, agar arus kas dalam jangka panjang tak terganggu. Dari situ, muncul ide untuk menjalankan bisnis Helicity.
Sebesar apa peluang pasar penerbangan carter seperti Helicity?
Dalam sebulan, kini kami melayani 30–40 penerbangan dengan 80 persen penumpang pengusaha dan 20 persen keluarga. Sejak 2014, kami sudah mempelajari bagaimana menjalankan bisnis taksi udara, khususnya helikopter. Ternyata, ada demand yang cukup besar di beberapa kota. Tantangannya ialah harga yang terjangkau. Saya sudah menguji coba, berapa harga yang pantas untuk pasar yang massal. Dulu, terbang Jakarta–Bandung bisa Rp 50–60 juta. Sekarang hanya Rp 16–18 juta saja dengan helikopter empat penumpang. Cukup terjangkau.
Wilayah mana saja yang sudah Anda garap?
Saat kami menjalankan rute Jakarta–Bandung, banyak yang tanya, apa bisa ke Sukabumi juga? Sebagai operator penerbangan carter, kami tidak perlu izin rute. Helikopter juga bisa ke mana saja asal ada landasan. Kini, kami melayani penumpang paling jauh ke Semarang, karena berkaitan dengan kapasitas bahan bakar maksimal dua jam terbang. Kami sudah punya 170 titik ruang terbuka di Jakarta, termasuk 23 helipad dan tiga helikopter. Saat ini waktu tunggu layanan dua jam dari pemesanan dan kami akan tingkatkan menjadi 30 menit. Ada juga aplikasi pemesanan lewat telepon seluler Helicity. Di situ tercantum tarif, lokasi take off/landing, armada, dan waktu tempuh.
Seperti apa ekspansi bisnis yang Anda rancang?
Kami sudah membeli 30 helikopter Bell 505 dengan nilai investasi per unit US$ 1,5 juta hingga US$ 2 juta. Setiap tahun akan dikirim dua unit. Untuk pembiayaan, kami menggandeng perusahaan finansial, Textron Finance Corporation. Untuk ekspansi rute, kami fokus ke Jawa Barat dulu. Saat ini sedang mengkaji peluang di wilayah Bali dan Bintan. Di Bintan kami akan tawarkan alternatif bagi yang ingin ke Singapura.
Bagaimana peluang pertumbuhan bisnis taksi udara menurut Anda?
Dalam bisnis ini, dikenal kredo supply create it’s own demand. Kalau tidak buat supply, tidak ada demand. Sebagai salah satu pionir, kami harus bisa mengeksplorasi peluang. Meski masih ada kesan tarifnya mahal, ternyata peluang pasarnya ada, yakni untuk memenuhi kebutuhan yang tidak tergantikan dengan moda transportasi lain. Kami tidak berkompetisi, melainkan melengkapi moda transportasi yang sudah ada. Mungkin market-nya akan siap setelah lima tahun ke depan. Kami tidak mengincar laba di tiga tahun pertama, karena ini bagian dari promosi. Namun, dengan serangkaian pengembangan, pada tahun kelima sudah kelihatan hasilnya.
Denon Berriklinsky Prawiraatmadja
Tempat dan tanggal lahir: Jakarta, 17 September 1972
Pendidikan
- S-1 Jurusan Arsitektur Universitas Trisakti (1991–1997).
- Helicopter Management, Conklin & de Decker, Amerika Serikat (2010).
- Advance Helicopter Management, Conklin & de Decker, Amerika Serikat (2011).
- Three stages of International Standard for Business Aircraft Operation (IS-BAO), Amerika Serikat (2014).
Karir dan Organisasi
- President CEO Whitesky Aviation (2010–saat ini).
- Ketua Bidang Penerbangan tak Berjadwal, Indonesia National Air Carriers Association (Inaca) (2013–saat ini).
- Ketua Komite Transportasi Udara, Kamar Dagang dan Industri Indonesia (2016–saat ini).
- Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
- Akses penuh seluruh artikel Tempo+
- Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
- Fitur baca cepat di edisi Mingguan
- Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo