Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Ekonomi

Twitter Ada untuk Melayani Percakapan Publik

Country Industry Head Twitter Indonesia, Dwi Adriansah, memaparkan aneka perkembangan platform media sosial Twitter sebagai wadah untuk berbincang, saling mempengaruhi antarpengguna, hingga pemasaran produk UMKM.

31 Oktober 2022 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Sepanjang pekan lalu, media sosial Twitter menjadi topik pembicaraan banyak orang. Pemicunya apalagi kalau bukan akuisisi media sosial berlogo burung tersebut oleh konglomerat pemilik SpaceX dan Tesla, Elon Musk. Elon pun langsung merombak Twitter. Sejumlah pejabat penting di perusahaan tersebut, seperti Chief Executive Officer, Parag Agrawal; Head of Legal, Vijaya Gadde; Chief Financial Officer, Ned Segal; dan penasihat umum Twitter, Sean Edgett, kehilangan posisinya.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Tak lama setelah membeli Twitter, kepada publik, Musk menyatakan akan mengubah Twitter menjadi platform yang hangat dan ramah untuk semua. Dia juga menyoroti keberadaan jutaan akun palsu di media sosial ini. Dia mengancam akan menindak akun-akun yang bukan autentik alias akun bot (dikendalikan algoritma komputer). Namun Musk belum menjelaskan apa tindakannya ihwal rencana-rencana perubahan itu.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Tujuan Twitter sebagai sebuah platform untuk melayani publik serta hangat dan ramah bagi semua—seperti yang diungkapkan Musk—itulah yang membuat Country Industry Head Twitter Indonesia, Dwi Adriansah, betah bekerja di sini. “Saya melihat Twitter sebagai satu-satunya perusahaan yang punya tujuan, yakni melayani percakapan publik. Itulah yang mungkin membuat saya jadi attach,” kata pria yang sudah tujuh tahun bekerja di Twitter tersebut.

Sejauh ini, belum ada kabar soal dampak perubahan kepemilikan Twitter di kantor pusat terhadap Twitter di Indonesia. Namun, menurut Dwi, apa pun yang terjadi ke depan, Twitter akan terus ada untuk membantu banyak pihak dalam hal pelayanan publik sampai tempat untuk mencari referensi produk untuk berbelanja daring. Seperti apa perkembangan platform media sosial ini di Indonesia dan bagaimana Twitter menghadapi keriuhan tahun politik? Berikut ini percakapan Dwi Adriansyah bersama Jihan Ristiyanti dari Tempo.

Selama hampir tujuh tahun bekerja di Twitter, bagaimana Anda melihat perkembangan media sosial ini?

Dibanding saat saya masuk ke Twitter pada 2015, saya melihat ada perubahan situasi di Twitter saat ini. Waktu itu pertumbuhan pengguna Twitter sangat signifikan karena memang semua media sosial sedang bertumbuh. Tapi, kemudian, memang ada fase naik-turun jumlah pengguna. Namun saya melihat Twitter lebih pada tujuannya, yaitu sebagai platform untuk melayani percakapan publik tadi. Di sini orang datang untuk berbicara.

Bagaimana Anda melihat karakteristik pengguna Twitter dibanding pengguna media sosial lainnya, terutama di Indonesia?

Saya melihat mayoritas pengguna Twitter sangat open minded. Kami melihat, 67 persen pengguna Twitter di Indonesia menggunakan platform ini untuk mencari tahu apa pun yang sedang terjadi di dunia. Mereka datang ke Twitter untuk menemukan sesuatu. Karakter pengguna Twitter di Indonesia juga cukup terbuka dalam menerima informasi dari seluruh dunia. Mereka sering kepo terhadap berbagai hal.

Karakter punya rasa ingin tahu atau curiousity itu berkaitan dengan kecenderungan ingin menjadi yang paling pertama dalam mencoba dan mengetahui sesuatu. Riset kami menyebutkan 47 persen pengguna Twitter punya karakter tersebut. Hal ini berhubungan dengan karakter selanjutnya, yakni dorongan untuk mempengaruhi orang lain alias influential. Karakter itulah yang mendorong banyaknya kehebohan atau hal viral terjadi di Twitter.

Itu artinya pengguna Twitter cenderung menjadi pemengaruh alias influencer?

Karakter influential itu definisinya berbeda dengan influencer. Maksud influential ini, mereka cenderung mempengaruhi dan membagikan apa pun yang mereka alami ke orang lain. Riset kami menyebutkan sebanyak 59 persen pengguna mengungkapkan pandangan, review, dan rekomendasi mereka akan sesuatu (termasuk produk) lewat Twitter.

Contohnya, ketika membeli atau menggunakan sebuah produk, para pengguna akan membagikan pengalaman mereka dalam sebuah utas. Tak jarang, produk-produk itu menjadi viral berkat thread rekomendasi atau ulasan para pengguna. Hal-hal viral itu juga bisa menjadi sangat fenomenal, seperti sewaktu cerita KKN di Desa Penari dan akhirnya dijadikan film.

Twitter cukup mempengaruhi pola konsumsi atau belanja masyarakat, ya?

Sejumlah riset mengatakan bahwa Twitter menjadi media sosial yang paling dipercaya dalam hal ulasan produk. Sebanyak 74 persen pengguna mengatakan Twitter membantu mereka membuat keputusan dan menentukan apa yang akan mereka beli. Mereka menganggap ulasan oleh pengguna lain di Twitter lebih tepercaya dibanding ulasan serupa di media sosial lainnya.

Dwi Adriansah, Country Industry Head Twitter Indonesia. TEMPO/Magang/Muhammad Ilham Balindra

Bagaimana Twitter merespons kian masifnya pola belanja online? Apakah Twitter akan mengembangkan layanan menjadi semacam marketplace, misalnya?

Apa pun yang terjadi ke depan, kami akan tetap berfokus sebagai platform percakapan. Tapi, memang, untuk segmen bisnis, di Amerika Serikat sendiri Twitter sudah meluncurkan fitur Twitter Shop yang akan dirilis dalam beberapa waktu ke depan di negara lain. Lewat fitur ini, brand-brand bisa memasarkan produk mereka. Pengguna juga bisa langsung mengakses platform e-commerce untuk membeli produk tersebut melalui tautan. Di Indonesia, kami sudah menyediakan fitur live shopping yang sudah bisa digunakan. Tapi transaksinya tetap di platform marketplace, bukan di Twitter.

Apakah ada fitur khusus untuk membantu pengembangan atau pemasaran produk usaha mikro, kecil, dan menengah?

Twitter memiliki fitur business, dan itu bisa dimanfaatkan pelaku usaha dari semua tingkatan, baik mereka yang sudah punya nama besar maupun UMKM. Tapi, di luar fitur itu, mungkin kita familier dengan ungkapan “Twitter please do your magic”, yang sering dicuitkan pengguna untuk memasarkan atau mempromosikan produk para pelaku usaha. Lewat cuitan itu juga, seseorang yang sedang mencari suatu produk bisa mendapat informasi dari pengguna lainnya.

Khusus bagi pelaku UMKM, kami melihat ada tiga cara yang bisa mereka manfaatkan dari Twitter. Platform ini bisa mereka gunakan untuk memperkenalkan produk yang baru diluncurkan. Kedua, mereka bisa memanfaatkan Twitter untuk terhubung dengan tren atau hal-hal yang relevan yang sedang terjadi. Ketiga, Twitter juga bisa digunakan untuk mempengaruhi orang lain membeli produk yang kita pasarkan.

Tak sedikit kasus penipuan terjadi dalam transaksi daring. Bagaimana upaya Twitter agar platform ini tak dijadikan tempat untuk menipu?

Penipuan dalam hal belanja online tidak terjadi di Twitter karena kami bukan platform marketplace. Tapi kami tetap mengantisipasi aneka modus penipuan. Kami punya beberapa pendekatan, misalnya, dari sisi kebijakan ada banyak yang kami rancang untuk mengantisipasi scam. Sistem kami bisa mendeteksi jika ada satu akun yang mengiming-imingi hadiah, tapi sebetulnya terindikasi penipuan. Lalu, dari sisi teknologi, kami punya kecerdasan buatan yang secara proaktif dapat mencegah tindakan yang dapat mengarah ke penipuan. Kemudian kami juga memiliki human action, atau tindakan-tindakan yang kami lakukan untuk memastikan pengguna tetap aman beraktivitas di Twitter.

Lalu, menjelang tahun politik, bagaimana Twitter menyiapkan diri, mengingat Twitter kerap menjadi tempat pertarungan kubu-kubu pendukung politikus? Apakah Twitter sudah melihat adanya peningkatan tren percakapan politik?

Sebetulnya tren percakapan politik di Twitter itu lebih kecil dibanding topik-topik lainnya, seperti K-pop, hiburan, dan olah raga. Tapi apa pun yang sedang menjadi tren di dunia nyata pasti akan menjadi tren di Twitter.

Khusus politik, sejak 2019 kami secara global tidak memperbolehkan organisasi, partai politik, ataupun para kandidat beriklan di Twitter. Tapi kami tetap memperbolehkan obrolan politik, kendati isinya berupa penyebaran informasi dan kampanye para kandidat. Asalkan tetap secara organik, alias menggunakan akun asli. Yang tidak boleh adalah penggunaan Twitter untuk terlibat dalam aktivitas massal, agresif, atau menipu, yang menyesatkan orang lain dan/atau mengganggu pengalaman pengguna lainnya.

 

Dwi Adriansah

Pendidikan
Sarjana Ilmu Komputer Universitas Pelita Harapan

Riwayat Karier
- Juni 2004-September 2007: Asistant Program Director, Hard Rock FM Jakarta
- September 2007-September 2009: GM Business Development, Freekoms Indonesia
- September 2009-Desember 2010: Country Manager, Interchan Corporation
- Desember 2010-Juni 2013: Head of Marketing, Bubbly
- Juni 2013-September 2014: Country Manager Indonesia & Malaysia, Bubbly
- Januari 2015-April 2015: Head of Neo@Ogilvy Indonesia
- April 2015-Desember 2016: Head of Business Development Twitter South East Asia
- Januari 2017-Februari 2018: Head of Business Development Twitter South East Asia & Australia
- Maret 2018-Januari 2020: Country Industry Head Twitter Indonesia & Malaysia
- Januari 2020-sekarang: Country Industry Head Twitter Indonesia

 

 

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya
Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus