Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Ekonomi

Mengubah Wajah Penagihan Utang Ala Credgenics

Perusahaan penagihan pinjaman berbasis software as a service asal India, Credgenics, menjajal peruntungan di Indonesia. Bagaimana rencana mereka?

12 September 2022 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

CREDGENICS, penyedia solusi untuk penagihan pinjaman dan pemulihan berbasis software as a service (SaaS) asal India, melebarkan sayapnya ke Indonesia. Di negara asalnya, perusahaan ini sudah bekerja sama dengan lebih dari 75 institusi pemberi pinjaman, seperti bank, lembaga keuangan nonbank, dan fintech.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Didirikan oleh Rishabh Goel, Anand Agarwal, dan Mayank Khera pada 2018, Credgenics mengelola non-performing asset senilai US$ 2 miliar dan kelalaian pinjaman atau delinquent loan senilai US$ 6 miliar.

Para pendiri yang kini masing-masing menjabat CEO, CTO, serta COO di Credgenics mempercayakan bisnis di Indonesia kepada Hendra Rahman. Pria yang berpengalaman selama 17 tahun di sektor perbankan, pembiayaan keuangan nonbank, dan asuransi ini didapuk sebagai country manager. Hendra diharapkan bisa menyelesaikan tantangan penagihan pinjaman di Indonesia.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Dalam pertemuan dengan Tempo dan sejumlah media lainnya pada awal Agustus lalu, Hendra memaparkan rencana bisnis Credgenics Indonesia. Berikut ini petikan wawancaranya.

Mengapa Credgenics memilih Indonesia untuk ekspansi?
Indonesia merupakan negara pertama di luar India yang Credgenics coba masuki, karena dari sisi kompleksitas, sisi pasar, dan segala macamnya, kedua negara memiliki kemiripan. Banyak hal yang bisa kami copy-paste, tapi tentu tidak sepenuhnya. Karena ada yang harus kami sesuaikan juga dengan "kearifan lokal" di sini. Tapi, secara keseluruhan, sistem kami mudah diimplementasikan di Indonesia dibanding di negara lain.

Bagaimana Anda menilai potensi bisnis Credgenics?
Di Indonesia sendiri, bisnis lending itu berkembang dengan cukup pesat. Terutama sekitar 3-4 tahun ini kita melihat perusahaan fintech tumbuh subur di Indonesia. Tapi, seiring dengan pertumbuhan itu, dalam proses penagihannya banyak terjadi masalah.
Indikator risiko bisnis lending kan salah satunya non-performing loan (NPL) alias kredit macet. Jadi, kalau rasio NPL bertumbuh di atas batas toleransi, tentunya juga bisnis lending tidak bisa tumbuh secara signifikan. Jadi, kami di sini berusaha untuk menjembatani itu.

Seperti apa masalah dalam proses penagihan yang dimaksud?
Kami melihat bahwa proses loan collection (penagihan utang) belum ada pembaruan. Di Indonesia, banyak sekali proses yang masih dilakukan secara manual dalam hal proses penagihan. Lalu, persoalan tools yang tidak terintegrasi dan efisiensi operasional yang tidak memadai. Ini yang kami lihat jadi satu celah untuk hadir di pasar Indonesia, untuk menjembatani gap dalam loan collection.
Di India, Credgenics dapat menjembatani seluruh gap yang ada, ekosistem keuangan di sana mencapai efisiensi yang cukup luar biasa. Itu yang kami harapkan juga nanti bisa dilakukan di Indonesia.

Bisa digambarkan apa saja yang sudah Credgenics jalankan di India?
Dari data real case study yang sudah kami lakukan di India, ada 20 persen peningkatan dari resolution rate dan 80 persen recovery dari 100 persen delinquent accounts. Selain itu, perusahaan mendapatkan lima kali return on investment.
Untuk biaya penagihan, kami bisa menurunkan sampai 40 persen, sementara lamanya waktu penagihan bisa dikurangi 30 persen. Dan karena banyak sekali pekerjaan yang sifatnya manual, kami bisa mengurangi resolution time 20 hari. Jumlah penagihan juga meningkat sampai 25 persen. Selain itu, platform kami sangat mudah disesuaikan dengan sistem kerja tiap mitra. Data ini kami ambil dari berbagai klien yang sudah bekerja sama di India. Di Indonesia, statistiknya kurang-lebih bisa sama dengan apa yang sudah terjadi di India.

Menuru Anda, apa tantangan untuk mencapai kinerja serupa di Indonesia?
Karena ini sesuatu yang baru buat pasar Indonesia, having everybody to get familiar mungkin jadi tantangan terbesarnya. Selain itu, menyesuaikan dengan kearifan lokal tadi. Ada beberapa hal yang harus kami sesuaikan mengikuti regulasi di Indonesia, misalnya ihwal keamanan data. Tiap negara punya regulasi yang berbeda, seperti hal-hal yang diatur Kementerian Komunikasi dan Informatika, Otoritas Jasa Keuangan, Bank Indonesia, dan seterusnya, yang berhubungan dengan bisnis kami di Indonesia.

Apa target Credgenics setelah masuk pasar Indonesia?
Kami ingin mengubah wajah proses debt collection di Indonesia dari yang sifatnya masih konvensional. Proses ini umumnya hanya bertumpu pada tiga cara: penagihan via telepon, kunjungan di lapangan, dan biasanya lenders bekerja sama dengan pihak ketiga. Di platform kami, cara itu tetap ada karena tetap jadi tulang punggung proses penagihan. Namun kami lakukan proses itu secara lebih lebih efisien. Jadi, kami ingin mengubah wajah yang tradisional ini menjadi wajah yang lebih prudent, efektif, efisien, dan memiliki level customer experience yang beda, baik dari sisi kreditor maupun dari sisi debitornya. Karena kalau kita lihat sekarang, khususnya dari perspektif debitor, mereka sering mengalami hal kurang menyenangkan dari proses penagihan yang dilakukan institusi keuangan yang ada.

Ilustrasi loan collection. Dok. TEMPO/Nurdiansah

Mengapa perlu ada perubahan skema kerja sama penagihan dengan pihak ketiga?
Sekarang kebanyakan fintech menyerahkan penagihannya ke pihak ketiga. Ini karena secara biaya lebih murah daripada mereka mengelola sendiri. Tapi ingat, dengan menyerahkan proses penagihan ke pihak ketiga, ada satu efek samping yang terjadi, yaitu kemungkinan kurangnya kontrol karena penagihannya tidak mereka kelola sendiri.
Bagaimana perusahaan tahu bahwa (penagih utang) vendor mereka melakukan penagihan sesuai dengan conduct, bagaimana perusahaan bisa tahu vendor penagihan bisa mencapai target produktivitasnya, dan seterusnya. Nah, kami masuk untuk bisa memberikan satu pandangan lain, bahwa kalau kalian mau, kalian bisa kelola tim penagihan sendiri dengan biaya yang tidak kalah murahnya dengan menyerahkan proses penagihannya ke pihak ketiga. Tentunya dengan kontrol yang lebih, karena dikelola oleh internal masing-masing perusahaan. Jadi, mereka punya kontrol penuh terhadap agen, dari sisi reputasi juga lebih terjaga.

Bagaimana target pertumbuhan pelanggan pada tahun pertama Credgenics di Indonesia?
Kalau untuk tahun ini, kami masih dalam kondisi seperti ikan kecil dalam akuarium yang besar. Kami tidak punya pesaing langsung di Indonesia, karena setahu saya tidak ada usaha yang sejenis. Jadi, ihwal target pertumbuhan pelanggan, karena kami mulai di pertengahan 2022, mungkin sampai akhir tahun ini ada 5 sampai 10 klien yang bisa kami bantu di Indonesia.
Kalau kami lihat kondisinya, kemungkinan mayoritas akan banyak di segmen multifinance dan fintech. Biasanya, kalau untuk perbankan, proses procurement-nya berbeda, lebih kompleks. Jadi, agak memakan waktu lebih lama, sehingga tidak mungkin dalam jangka waktu yang pendek.

Bagaimana dengan target lima tahun ke depan?
Kalau untuk lima tahun ke depan, nanti setelah sampai akhir 2022 kami kan sudah punya klien tetap. Maka, kami sudah akan punya real case study. Dari sini, kami bisa mempelajari hal-hal yang sangat spesifik tentang Indonesia, sebagai bahan pengembangan untuk produk kami selanjutnya.
Seiring berjalannya waktu, penyempurnaan pasti akan selalu ada. Dalam lima tahun ke depan, saya yakin kami akan bisa memenuhi kebutuhan, bahkan yang sifatnya mikro dari masing-masing klien yang ada di Indonesia, terkait dengan workflow yang berbeda dan seterusnya.


Profil Hendra Rahman

Pendidikan
S1 Manajemen, Universitas Widyatama

Karier
Juli 2022-sekarang, Country Manager Credgenics
Maret 2021-Juli 2022, Country Managing Director Collectius
Agustus 2019-Maret 2021, Head of Operations Collectius
Desember 2015-Agustus 2019, CCPL Recovery Dunner National Head Bank Mega
April 2014-November 2015, Regional Card and Loan Collection Manager Bank Mega
Mei 2013-April 2014, Regional Card Recovery and Risk Manager Bank Mega
Februari 2006-Januari 2008, Collection Team Leader ABN AMRO Bank
September 2005-Januari 2006, Desk Collection ABN AMRO Bank

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya
Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus