Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
JAKARTA – Pencatatan perdana saham atau initial public offering (IPO) di Bursa Efek Indonesia (BEI) semakin ramai memasuki paruh kedua 2022. Hingga akhir tahun mendatang, diperkirakan ada banyak aksi korporasi serupa. BEI mencatat terdapat 20 perusahaan publik baru selama periode 1 Juli-9 Agustus. Jumlah tersebut setara dengan total IPO pada semester pertama tahun ini.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Menurut Vice President of Investment Research Infovesta Utama, Wawan Hendrayana, semarak IPO terdorong oleh pertumbuhan ekonomi. Badan Pusat Statistik mencatat ekonomi tumbuh 5,44 persen secara tahunan pada kuartal II 2022, lebih tinggi daripada estimasi pemerintah, 5,17 persen. Memasuki kuartal III, Badan Kebijakan Fiskal yakin pertumbuhan akan lebih baik lagi.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
"Kondisi ini menambah kepercayaan calon emiten bahwa, kalau mau berekspansi dan membutuhkan pendanaan, sekarang adalah waktu yang tepat," kata Wawan kepada Tempo, kemarin, 9 Juli. Ditambah saat ini pendapatan investor bursa efek lebih baik dibanding pendapatan pada masa puncak pandemi Covid-19.
Chief of Research PT Fokus Finansial, Janson Nasrial, mengatakan tingginya minat melakukan IPO menggambarkan kepercayaan investor terhadap ekonomi Indonesia. Pertumbuhan ekonomi mampu melebihi ekspektasi pemerintah berkat kenaikan harga komoditas, dari batu bara, sawit, hingga nikel. "Plus ekonomi Indonesia sudah dibuka kembali dengan jauh berkurangnya restriksi sosial," tutur Janson.
Dengan tambahan emiten baru sepanjang tahun ini, hingga kemarin, total perusahaan yang terdaftar di pasar modal mencapai 813 perusahaan. BEI menyatakan ada peluang jumlahnya bertambah menjadi 830 emiten selama 2022, jika merujuk pada daftar rencana pencatatan saham BEI hingga 5 Agustus lalu.
Sekretaris Perusahaan BEI, Yulianto Aji Sadono, menyatakan pihaknya terus mendorong perusahaan-perusahaan mempertimbangkan pendanaan melalui pasar modal. "Selain mendorong perusahaan dengan skala aset besar, BEI mendorong perusahaan dengan aset skala kecil dan menengah untuk melantai di bursa," kata Yulianto. BEI memberikan pendampingan kepada perusahaan yang tertarik.
BEI juga mengubah peraturan untuk meningkatkan jumlah perusahaan tercatat. Dalam ketentuan baru, perusahaan diberi pilihan yang lebih luas untuk dapat dicatat di papan utama dan papan pengembangan dengan tetap memperhatikan kualitasnya. Dengan opsi ini, calon perusahaan tercatat dapat memilih kriteria persyaratan yang sesuai dengan kondisi dan karakteristik usaha yang dimiliki.
Layar pergerakan indeks harga saham gabungan di Bursa Efek Indonesia, Jakarta, 28 April 2022. TEMPO/Tony Hartawan
Dari daftar IPO tahun ini, memang tak hanya perusahaan kakap yang melantai di bursa. Sebagai contoh, kemarin BEI kedatangan tiga perusahaan dengan kapitalisasi yang, menurut Wawan, relatif kecil. Mereka adalah PT Rohartindo Nusantara Luas Tbk (TOOL) sebesar Rp 260 miliar, PT Klinko Karya Imaji Tbk (KLIN) Rp 130 miliar, dan PT Segar Kumala Indonesia Tbk (BUAH) Rp 388 miliar.
Wawan mengatakan kapitalisasi kecil tak berarti sahamnya tidak menarik. Saham-saham tersebut layak dipertimbangkan jika perusahaan memiliki rencana ekspansi yang berdampak positif. Hal yang tidak kalah penting adalah rekam jejak kinerja keuangan sebelum masuk bursa dan prospek pertumbuhannya setelah mendapat pendanaan.
Janson menyarankan investor agar selalu menguji tuntas kinerja emiten sebelum membeli. Selain itu, investor perlu memastikan prospek industri emiten ke depan. Dia mencontohkan kinerja saham TOOL, KLIN, dan BUAH yang belum begitu menarik perhatian investor pada perdagangan perdananya.
"Ketiganya kebetulan berada dalam sektor perdagangan dan manufaktur yang belum pas saja trennya," kata Janson.
VINDRY FLORENTIN
- Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
- Akses penuh seluruh artikel Tempo+
- Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
- Fitur baca cepat di edisi Mingguan
- Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo