Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Ekonomi

Demi Panggilan Sejarah

Harian Kedaulatan Rakyat mendapat bantuan Harian Jawa Pos, berupa hadirnya 2 wartawan Jawa Pos yang ikut membantu kerja redaksi KR. Akhirnya tampil lebih bagus. Sebelumnya diguncang beberapa kesulitan.

18 November 1989 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

ANGIN ribut yang menggulung harian Kedaulatan Rakyat (KR) sementara ini mulai reda. Indikasi itu bisa terlihat dari penampilannya yang lebih seronok. Pada edisi 10 November 1989, misalnya, KR antara lain memuat berita panjang tentang pemakaman Letjen. (Purn.) Sarwo Edhie Wibowo. Koran terbitan Yogya itu menulisnya dalam empat bagian masing-masing memuat reportase pelayat yang berduyun-duyun, kisah perjuangan "prajurit" Orde Baru ini, dan komentar dari sejumlah tokoh nasional tentang kepergiannya. Penampilan KR yang menarik dan komplet itu cukup mengagetkan warga Kota Gudeg. "Saya akui, sebelumnya KR memang hanya menampilkan berita seadanya," tutur Sumadi Martono, Direktur Utama PT Badan Penerbit Kedaulatan Rakyat Yogyakarta. Boleh jadi, wajah baru KR itu dimungkinkan oleh hadirnya dua wartawan Jawa Pos (JP), yang ikut membantu kerja redaksi di koran tertua di Indonesia itu. "Saya memang diperintahkan membantu redaksi KR. Sampai kapan, saya tidak tahu," kata D. Abror, Kepala Biro JP di Yogyakarta. Seorang wartawan JP lainnya yang membantu KR adalah Surya Aka, yang khusus didatangkan dari Surabaya. Sebelum ini KR memang agak limbung. Guncangan beruntun telah menghantamnya terhitung sejak awal Oktober 1989, ketika 3 wartawan menyatakan mogok kerja. Aksi itu digerakkan langsung oleh Pemimpin Redaksi, Pemimpin Umum, Iman Soetrisno. Belakangan 24 Oktober 1989 lalu, Iman Soetrisno mengajukan surat pengunduran diri. "Agar kejadian akhir-akhir ini tidak berlarut-larut, dengan penuh kesadaran saya menyatakan bersalah dan untuk itu mohon maaf. Saya mengundurkan diri," begitu antara lain bunyi sepenggal surat Iman yang ditujukan kepada Direksi KR. Permintaan itu disetujui. Iman Soetrisno, yang sudah mengabdi 26 tahun di koran itu, sejak 1 November 1989 tak lagi bekerja di KR. Ia pergi dibekali hak pensiun -- tak jelas jumlahnya. Suwariyun, salah seorang staf redaksi Mekar Sari, disebut-sebut akan menggantikan Iman. KR semakin runyam. Padahal, sebelum Iman angkat kaki, sudah ada sejumlah wartawan KR yang bereksodus ke koran Yogya Post -- dulunya Masa Kini. Perpindahan itu dipimpin oleh bekas Wakil Pemimpin Redaksi KR, Imam Anshori Saleh. Rasa tidak puas yang mereka pendam akhirnya meledak, lantaran Sumadi Martono -- putra pendiri KR, Wonohito -- dinilai terlalu banyak campur tangan dalam keredaksian. Sejak itu KR kewalahan menggarap pemberitaan. Koran itu tetap terbit, tapi dengan mutu berita yang pas-pasan. Kabar duka ini sampai ke telinga Pemimpin Redaksi Jawa Pos (JP) Dahlan Iskan. Dia menyampaikan rasa simpatinya kepada pimpinan KR. "Kami merasa prihatin. Bila dibutuhkan, kami ingin membantu," kata Dahlan. Uluran tangannya itu disambut oleh Sumadi, yang kontan menjawabnya dengan kunjungan ke kantor JP di Surabaya. Akhir Oktober lalu, Dahlan membalas kunjungan itu dengan bertandang ke kantor KR. Adakah yang penting dari "pendekatan" itu? Menurut kedua belah pihak, yang baru disepakati adalah pembenahan redaksional. Suntikan dana dari JP? "Tak ada. Mereka sudah kaya," jawab Dahlan. Tenaga wartawan JP yang ditugasi itu pun sifatnya sementara. "Kalau orang KR sudah tak suka lagi, ya, bisa ditarik kembali," sambung Dahlan. Kenapa Dahlan mau turun tangan? "KR itu sebuah koran yang punya sejarah panjang. Jadi, ya jangan mati. Alasan inilah yang membuat saya menggalang kerja sama dengan mereka," katanya. KR memang tergolong koran tertua di Indonesia yang saat ini masih tetap terbit. Koran ini lahir 27 September 1945, persis 40 hari setelah Hari Kemerdekaan RI. Alasan historis itulah yang tampaknya membuat Sumadi ngotot mempertahankan KR. "Bagi saya, mengasuh KR adalah tugas sejarah," katanya tegas. Menurut Sumadi, oplah KR kini mencapai 75.000 eksemplar. Selain KR, Badan Penerbit Kedaulatan Rakyat juga menerbitkan Minggu Pagi, KMD Kandha Rahardja, majalah anak-anak dan praremaja Gatotkaca, serta majalah bahasa Jawa Mekar Sari. Untuk ukuran koran daerah, kekayaan KR lumayan. Beberapa waktu lalu, KR berani menanam investasi sekitar Rp 5 milyar untuk pembangunan gedung kantor baru, pembelian mesin cetak dan beberapa kendaraan. Tapi, "Sampai saat ini kami tak pernah mengalami kesulitan keuangan. Jadi, saya hanya meminta bantuan tenaga redaksi agar koran ini bisa tetap terbit sebagaimana biasa," kata Sumadi. Benarkah? Soalnya, ada juga selentingan bahwa, dari sisi keuangan, KR memikul beban yang berat juga, mengingat utang yang mesti dibayar demi investasi yang Rp 5 milyar itu. Tahap lanjut kerja sama dengan JP masih menjadi tanda tanya dalam benak Sumadi. Soal pembagian saham? "Segala kemungkinan bisa saja terjadi. Yang pasti, rapat pemegang saham baru akan dilakukan 15 November mendatang," kata Sumadi mengelak. Sementara itu, Serikat Penerbit Suratkabar (SPS) Yogya tampaknya lega melihat KR yang diperkuat JP. "Kerja sama itu tak ada masalah, asal sesuai dengan prosedur yang berlaku," kata Kusfandi, Ketua SPS Yogya. Hanya saja, pihak PWI setempat tak tahu-menahu hal pengunduran diri Iman Soetrisno dan kemungkinan adanya perubahan dalam personalia redaksi KR. "Kami belum menerima laporan tentang adanya perubahan Redaksi KR," ujar Oka Kusumayudha, Ketua I PWI cabang Yogya. Ia sendiri baru menerima tembusan surat pengunduran diri Iman Soetrisno. Lazimnya, untuk pergantian pemred yang juga berarti mengubah SIUPP diperlukan adanya rekomendasi dari PWI daerah setempat. "Sampai saat ini, KR belum menghubungi PWI," kata Oka. Bukan tak mungkin, pihak lainlah yang akan mendatangi PWI, untuk membicarakan perihal Iman Soetrisno. Ada apa? Kabarnya, Iman ditawari untuk memimpin sebuah koran daerah, yang akan terbit di Yogya dalam waktu tidak terlalu lama. Ahmed Soeriawijaya, I Made Suarjana, Herry Mohammad

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus