Baca berita dengan sedikit iklan, klik disini
Ringkasan Berita
Selisih BI Rate yang semakin tipis dengan suku bunga acuan The Fed atau Fed Fund Rate menimbulkan dilema bagi Bank Indonesia.
Menahan suku bunga acuan untuk menjaga ekspektasi inflasi dan pertumbuhan ekonomi.
Bank Indonesia menyiapkan stratregi twist operation untuk menjaga stabilitas nilai tukar dan pasar keuangan.
JAKARTA — Langkah bank sentral menetapkan tingkat suku bunga acuan Bank Indonesia 7-Days Reverse Repo Rate (BI Rate) bulan ini diproyeksi tak akan mudah. Selisih BI Rate yang makin tipis dengan suku bunga acuan bank sentral Amerika Serikat (The Fed) atau Fed Fund Rate menimbulkan dilema antara menaikkan bunga untuk memperlebar gap atau tetap mempertahankan level suku bunga saat ini untuk mendukung upaya pemulihan pertumbuhan ekonomi tetap ekspansif.
Fed Fund Rate saat ini berada di level 5,25-5,50 persen, hanya terpaut 0,25 persen dari BI Rate yang berada di level 5,75 persen. Adapun hasil kebijakan ketetapan suku bunga acuan akan diumumkan Bank Indonesia dalam hasil Rapat Dewan Gubernur hari ini.
Ekonom dari LPEM Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, Teuku Riefky, menilai, Bank Indonesia masih perlu menahan suku bunga acuan di level saat ini guna menahan tekanan eksternal terhadap rupiah dan adanya potensi kenaikan lanjutan Fed Fund Rate sebelum akhir tahun. “Kami melihat BI perlu mempertahankan suku bunga acuan 5,75 persen dengan tetap memantau stabilitas rupiah dan menjaga inflasi,” ujarnya, kemarin, 23 Agustus 2023. Adapun tingkat bunga tersebut sudah dipertahankan bank sentral setidaknya dalam delapan bulan terakhir atau sejak Januari 2023.
Menurut Riefky, prioritas bank sentral saat ini adalah menjaga inflasi tetap berada pada kisaran target yang ditetapkan, yaitu 3 plus-minus 1 persen. Meski inflasi tahunan terus turun, pengaruh musiman pada Juli tetap terjadi dengan ada kenaikan inflasi bulanan sebesar 0,21 persen dibanding Juni sebesar 0,24 persen. Tingkat suku bunga saat ini juga relevan dengan upaya mendorong perekonomian berada dalam tren positif dalam jangka panjang.
Pada triwulan II 2023, perekonomian tumbuh 5,17 persen didorong oleh penguatan konsumsi rumah tangga yang melonjak secara tahunan menjadi 5,23 persen dari periode yang sama tahun lalu sebesar 4,54 persen. “Perekonomian diperkirakan masih terus tumbuh, meski lebih lambat,” katanya.
- Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
- Akses penuh seluruh artikel Tempo+
- Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
- Fitur baca cepat di edisi Mingguan
- Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo