Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
FRANK LORENZO, 43, adalah anak seorang penata rambut Spanyol yang heremigrasi ke Amerika Serikat. Lce lacocca, 58, adalah anak seorang wirausaha Italia yang beremigrasi ke sana juga. Kalau Lacocca membedah perusahaan mobil Chrysler yang besar tetapi bangkrut menjadi perusahaan yang menguntungkan dengan caranya yang drastis, Lorenzo melakukan cara yang drastis membedah perusahaan penerbangan Continental. Lacocca membedah (hrysler hanya beberapa bulan setelah ia naik ke anjungan. Lorenzo pun tidak menunggu lama - beberapa bulan saja setelah ia diangkat menjadi chief executive officer. Sebelum nelakukan tindakan drastis itu Lorenzo sudah melakukan "kekejaman" terhadap dirinya sendiri. Semula seorang eksekutif yang buncit, Lorenzo pun lalu membakar semua lemak tubuhnya dengan berlari. Hilang 45 pon, Lorenzo kimi menjadi pria Spanyol yang manis. Rekor maratonnya adalah 3 jam 38 menit. Menarik analogi bahwa langsing itu sehat, ia pun segera mengempiskan perusahaannya. Ia memulai dengan dirinya sendiri. Gajinya, yang pada 1982 mencapai US$ 276.717, lantas dipotongnya menjadi USS 43.000, sama dengan gaji baru yang ditetapkannya untuk kapten pilot Continental yang tadinya bergaji US 73.000 setahun. Sekalipun Continental masih punya dana sebesar US$ 58 juta di bank, toh Loreno melakukan tindakan drastis. September 1983, ia menutup Continental Airlines maskapai penerbangan nomor delapan di AS - membuat pernyataan bangkrut, dan meminta perlindungan pemerintah atas tagihan para kreditur. Tetapi beberapa hari kemudian, ia mendirikan perusahaan itu kembali dengan nama New Continental, mempekerjakan kembali 4.000 dari 12.000 karyawannya dengan gaji yang jauh lebil kecil, dan menerbangkan kembali 61 dari 106 pesawatnya. Tidak heran bila tindakannya itu mendapat tentangan hebat dari serikat buruh penerbangan. Unjuk perasaan pun berlangsung. Tetapi Lorenzo tidak gentar. Ia hanya punya satu pilihan: menyelamatkan perusahaan yang dipercayakan kepadanya dari kebangkrutan. Hanya mereka yang manja dan cengeng saja yang berdiri di barisan demonstran dengan seragam lengkap dan poster di tangan. Mereka yang mengerti arti kerja keras, pengorbanan, dan sasaran perusahaan tetap berdiri kompak dalam barisan di belakang Lorenzo. Mengapa begitu? Karena Lorenzo sendiri konsekuen nemotong gajinya lebih dulu hingga tinggal 15% saja dari semula. Bukan itu saja. New Continental pun merebut konsumen. Ia menawarkan tiket seharga US$ 49 untuk penerbangan nonstop domestik ke semua tujuan yang diterbangi Continental. Direktur pemasaran New Continental berkata, "Dengan dana yang kuat, Anda dapat membeli iklan pada halaman belakang surat kabar. Tetapi dengan US$ 49 dari Denver ke New York Anda akan diberitakan pada halaman depan." Tentu saja. Karcis kereta rel Amtrak dari New York ke Washington saja sudah US$ 45. Gila. Bisnis penerbangan tahun 1984 ini, menurut Fortune, akan membaik bila maskapai penerbangan bisa mengendalikan biaya pegawai yang menggila. Load factor untuk penerbangan domestik akan naik 62%o. Perang harga - menurut Fortune pula - menjadi tidak terelakkan. Dan Lorenzo beruntung telah memulainya lebih dulu. Untuk sementara ini, Lorenzo memang berhasil. Sama seperti Lacocca, yang sampai mendapat julukan "Ayatullah Lacocca" karena ia telah melakukan "kekejaman" yang serupa: dari seluruh pabriknya, ia menutup lebih dari separuhnya, mempekerjakan hanya 75 ribu dari 157 ribu pegawainya, dan menciutkan daftar gaji dari US$ 2,1 milyar menjadi US$ 1,5 milyar. Di Indonesia, Sudharno Mustafa, yang baru 11 bulan memegang PT Pelni, pun merasakan denyut yang sama. Ia berani melakukan tindakan yang tidak populer itu: merumahkan 3772 pegawai (lebih dari separuh jumlah karyawan sebelumnya), menciutkan jumlah cabang dari 109 menjadi 86, menutup 44 dari 86 subcabang, dan secara bertahap akan "membesituakan" 44 kapal hingga pada akhir 1985 nanti tinggal 22 kapal saya yang beroperasi. Mungkin terlalu klise untuk mengutip "Small is Beautiful" -nya E.F. Schumacher. Tetapi memang langsing itu sehat dan, tentu saja, menarik. Sudharoo Mustafa telah memulainya. Siapa tahu akan lahir Lacocca dan Lorenzo di Indonesia? Bondan Winarno.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
- Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
- Akses penuh seluruh artikel Tempo+
- Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
- Fitur baca cepat di edisi Mingguan
- Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo