Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Poin penting
Harga saham BUMN karya terus turun sejak awal tahun.
Proyek infrastruktur pemerintah menjadi harapan.
Saham BUMN karya prospektif untuk jangka panjang.
JAKARTA - Harga saham emiten-emiten badan usaha milik negara (BUMN) sektor konstruksi alias BUMN karya terus mengalami tekanan sejak awal 2023. Saham empat perusahaan pelat merah sektor konstruksi, yakni PT Waskita Karya Tbk (Persero), PT Wijaya Karya Tbk (Persero), PT PP (Persero) Tbk, dan PT Adhi Karya Tbk (Persero), turun dengan kisaran 16,54-35,16 persen. Tren pelemahan harga dialami pula oleh anak-anak usaha BUMN karya yang melantai di pasar modal.
Jika tinjauan dipersempit menjadi sepekan terakhir, hanya Waskita Karya yang mencatatkan kenaikan harga sebesar Rp 6 atau 2,6 persen menjadi Rp 236 per saham. Emiten yang memiliki banyak ruas jalan tol di Jawa dan Sumatera ini sedang mendapat perhatian investor setelah menunda pembayaran bunga obligasi. Akibatnya, perdagangan saham emiten tersebut disuspensi oleh Bursa Efek Indonesia pada 16 Februari hingga 2 Maret lalu.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Pekan lalu, salah satu kreditor Waskita Karya, yakni PT Megah Baja Bangun Semesta, mencabut gugatan penundaan kewajiban pembayaran utang senilai Rp 2,9 miliar terhadap Waskita. Megah Baja merupakan vendor proyek pembangunan Terminal Bandara Minangkabau.
Senior Investment Information Mirae Asset Sekuritas Indonesia, M. Nafan Aji Gusta, mengatakan masalah arus kas perusahaan menjadi faktor yang dilihat investor. Perusahaan-perusahaan konstruksi milik pemerintah itu tercatat memiliki utang yang lebih tinggi ketimbang ekuitasnya. Salah satu indikator yang menjadi acuan adalah rasio utang terhadap modal alias debt-to-equity ratio (DER) yang cukup tinggi. "Karena itu, selama ini kinerja harga sahamnya tertekan," ujar Nafan kepada Tempo, akhir pekan lalu.
Berdasarkan informasi dari platform investasi Stockbit, DER dari empat emiten BUMN karya berada di atas 1 atau 100 persen. Waskita memiliki rasio utang terhadap modal paling tinggi, yakni 6,94 kali per kuartal I tahun ini. Angka tersebut jauh di atas DER Adhi Karya yang sebesar 1,19 kali; Wijaya Karya 2,42 kali; dan PP 1,68 kali.
Nafan memperkirakan, prospek BUMN karya ke depan hanya bergantung pada proyek pembangunan infrastruktur pemerintah. Musababnya, perusahaan pelat merah menjadi tumpuan pemerintah dalam menggarap proyek-proyek infrastruktur, khususnya proyek-proyek strategis nasional. "Termasuk proyek Ibu Kota Negara, sehingga sifatnya jangka panjang," ujar dia.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Pembangunan rumah jabatan menteri Ibu Kota Negara (IKN) Nusantara di Sepaku, Penajam Paser Utara, Kalimantan Timur, 23 Februari 2023. TEMPO/Subekti
Pendiri Traderindo.com, Wahyu Tri Laksono, menuturkan besarnya utang BUMN karya menjadi sentimen negatif yang menggelayuti pergerakan saham emiten-emiten tersebut. Kondisi itu menambah sentimen negatif yang secara umum sudah terjadi di pasar modal akibat kondisi perekonomian global yang tengah tertekan.
Menurut Wahyu, dengan banyaknya sentimen negatif perekonomian global saat ini, misalnya krisis Silicon Valley Bank dan Credit Suisse, saham-saham dengan fundamental bagus pun berpotensi tertekan. "Emiten konstruksi juga sama nasibnya. Karena itu, indeks infrastruktur trennya melemah," kata dia.
Kendati demikian, ia berujar, tekanan terhadap harga saham BUMN karya sebenarnya menjadi peluang bagi investor yang berminat masuk ke emiten-emiten ini dalam jangka panjang. Sebab, harga saham-saham tersebut kini sedang murah.
Wahyu sepakat bahwa saham-saham BUMN karya tetap prospektif dalam jangka panjang selama pemerintah masih pro-pertumbuhan dan pembangunan, khususnya dengan menggenjot konstruksi infrastruktur. Namun ia mewanti-wanti investor untuk tetap cermat dalam melihat fundamendal dan kapitalisasi pasar saham yang akan mereka beli.
Pabrik beton pracetak (precast beton) Waskita Precast di Karawang, Jawa Barat. Dok. TEMPO/M. Iqbal Ichsan
Struktur Keuangan yang Tidak Sehat
Ihwal kondisi BUMN Karya, peneliti BUMN dari Universitas Indonesia, Toto Pranoto, mengatakan empat perusahaan konstruksi pelat merah dengan aset Rp 270 triliun dan utang sebesar Rp 214 triliun--berdasarkan laporan keuangan kuartal III 2022--menunjukkan struktur keuangan yang tidak sehat. Sebab, itu menunjukkan sebagian besar belanja modal dibiayai dari utang.
"Kalau pekerjaan tepat waktu, masih lumayan. Namun, kalau mulai terjadi keterlambatan, berpotensi cost overrun (pembengkakan biaya). Akibatnya, biaya bunga akan meningkat," kata Toto. Penundaan pembayaran kupon obligasi jatuh tempo oleh Waskita, menurut dia, menjadi contoh paling parah. Kondisi tersebut membuat peringkat perusahaan turun dan bisa membuat perseroan semakin sulit mendapatkan utang baru. Ujung-ujungnya, BUMN yang sulit mendapatkan utang baru pasti akan berharap suntikan penyertaan modal negara dari Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara.
Toto mengatakan, rasio utang terhadap modal idealnya di bawah satu kali. Namun ia menyadari bahwa industri konstruksi yang sedang bertumbuh perlu utang sebagai alternatif pembiayaan. Karena alasan tersebut, ia menilai DER di bawah tiga kali masih bisa ditoleransi selama perusahaan-perusahaan berdisiplin dan memiliki manajemen proyek yang bagus, sehingga pembengkakan biaya bisa dihindari. "Kecuali WSKT, tiga BUMN Karya lainnya masih dalam batas toleransi, memiliki solvability yang masih oke," ujar Toto.
CAESAR AKBAR | YOHANES PASKALIS
- Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
- Akses penuh seluruh artikel Tempo+
- Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
- Fitur baca cepat di edisi Mingguan
- Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo