Baca berita dengan sedikit iklan, klik disini
Ringkasan Berita
PBB membentuk Global Crisis Response Group untuk memitigasi dampak krisis pangan, energi, dan utang.
Invasi Rusia ke Ukraina memperburuk krisis global.
Pemerintah diminta tidak terlena karena situasi perekonomian di dalam negeri belum aman.
JAKARTA — Panasnya konflik Rusia dan Ukraina diperkirakan masih berlangsung lama. Akibatnya, krisis global pun bakal semakin mengalami eskalasi dan berpotensi merembes ke Tanah Air. "Di Indonesia belum terasa karena penanganannya baik. Tapi bayangkan tiga negara Afrika yang sudah tenggelam dalam beban utang. Kondisi negaranya sudah parah," ujar Sekretaris Kementerian Koordinator Perekonomian, Susiwijono Moegiarso, kepada awak media, kemarin.
Guna memitigasi dan menangani krisis tersebut, Persatuan Bangsa-Bangsa membentuk Global Crisis Response Group (GCRG). Tim tersebut diharapkan dapat mengadvokasi dan memfasilitasi konsensus global terhadap aksi-aksi untuk menghindari, memitigasi, dan merespons dampak-dampak krisis pangan, energi, dan keuangan bagi negara-negara yang rentan, terutama akibat imbas pandemi Covid-19 dan invasi Rusia ke Ukraina.
Presiden Joko Widodo mewakili Indonesia selaku Presidensi G20 pun diminta oleh Sekretaris Jenderal PBB Antonio Guterres menjadi anggota GCRG bersama Perdana Menteri Bangladesh, Perdana Menteri Barbados, Perdana Menteri Denmark, Kanselir Jerman, dan Presiden Senegal. Indonesia, kata Susiwijono, secara khusus dipercaya membantu dalam mitigasi dan upaya solusi atas krisis keuangan dunia.
Dengan demikian, Susiwijono mengatakan pada tahun ini pemerintah akan secara paralel menaruh fokus pada beberapa aksi, antara lain penanganan Covid-19 serta Pemulihan Ekonomi Nasional (PC-PEN), G20, dan GCRG. Rencananya, Komite PC-PEN berakhir pada akhir tahun ini dan belum akan diperpanjang tahun depan. Sementara itu, Presidensi G20 akan selesai pada November 2022.
"GCRG akan selesai pada April tahun depan dan ada kemungkinan akan diperpanjang. Jadi, upaya kita akan berfokus ke bagaimana penanganan krisis global, terutama di tiga sektor," ujar Susiwijono. Ia mengatakan saat ini kegiatan itu masih belum menelan anggaran negara lantaran pertemuan atau rapat-rapat masih banyak dilakukan melalui saluran daring. Namun ia tak menutup peluang program-program GCRG akan menggunakan anggaran negara ke depannya.
- Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
- Akses penuh seluruh artikel Tempo+
- Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
- Fitur baca cepat di edisi Mingguan
- Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo