Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Ekonomi

Efek Summers Buat Indeks Naik Tajam

JAKARTA - Bursa saham dalam negeri menguat tajam di awal pekan, merespons pengunduran diri Lawrence Summers dari kursi pencalonan gubernur bank sentral Amerika Serikat (The Fed). Indeks harga saham gabungan (IHSG) bergerak naik 146,7 poin (3,4 persen) ke level 4.522,24. Aksi Summers tersebut bahkan mendorong nilai tukar mata uang regional naik secara serempak.

17 September 2013 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

JAKARTA - Bursa saham dalam negeri menguat tajam di awal pekan, merespons pengunduran diri Lawrence Summers dari kursi pencalonan gubernur bank sentral Amerika Serikat (The Fed). Indeks harga saham gabungan (IHSG) bergerak naik 146,7 poin (3,4 persen) ke level 4.522,24. Aksi Summers tersebut bahkan mendorong nilai tukar mata uang regional naik secara serempak.

Menurut analis PT Universal Broker Indonesia, Alwi Assegaf, penguatan tajam indeks memang didorong oleh reaksi positif pasar atas pengunduran diri tersebut. Summers menjadi kandidat yang tak disukai pelaku pasar karena ingin mengakhiri stimulus moneter dengan lebih cepat. "Pelaku pasar khawatir terhadap Summers yang dikenal berpandangan ekonomi hawkish," ujar dia.

Di tengah penantian keputusan pelonggaran stimulus, kabar mengenai pengganti Gubernur The Fed ini memang menjadi perhatian utama pasar. Pasalnya, situasi pasar mata uang negara-negara berkembang yang sedang mengalami krisis cenderung membutuhkan sikap The Fed yang lebih lunak (dovish). Dengan mundurnya Summers, pasar negara berkembang akhirnya sedikit memiliki rasa aman.

Efek Summers juga berhasil membuat rupiah bertahan di level 11.100. Alasannya, setelah Summers mundur, kandidat terkuat pengganti Gubernur The Fed, Janet Yellen, diketahui tak akan mengambil kebijakan pengetatan suku bunga. Kondisi ini kemudian memunculkan pemahaman pelaku pasar bahwa dolar AS tidak akan serta-merta meninggalkan Indonesia dalam jangka panjang.

Secara teknis, lantaran mampu melewati titik resistan di level 4.400, indeks pun diprediksi akan melanjutkan tren bullish. Para pelaku pasar tetap disarankan untuk mengkoleksi saham-saham sektor perbankan, konsumsi, dan konstruksi. Menurut dia, hanya di ketiga sektor tersebut investor tampak sudah melakukan pemburuan saham

Meskipun demikian, karena masih menunggu pertemuan The Fed pekan ini, laju penguatan indeks diperkirakan bersifat terbatas. Hari ini, indeks akan bergerak dalam rentang 4.404- 4.568. PDAT | MEGEL JEKSON

Penguatan Rupiah Dinilai Hanya Sementara

JAKARTA - Pengumuman pengunduran diri Lawrence Summers dari bursa pencalonan gubernur bank sentral Amerika Serikat (The Fed) memicu penguatan nilai tukar rupiah. Di pasar mata uang, rupiah ditutup menguat 107 poin (0,97 persen) menuju level 11.125.

Peneliti Bursa Komoditas dan Derivatif Indonesia (BKDI), Ibrahim, menilai respons positif pelaku pasar atas langkah Summers membuat rupiah berhasil bergerak ke level yang lebih tinggi. Pasalnya, pengunduran diri Summers menumbuhkan harapan The Fed akan dipimpin oleh sosok yang memiliki pandangan ekonomi yang lebih lunak (dovish). "Investor senang karena Summers, yang suka mendorong pengetatan mata uang, batal mengikuti pencalonan Gubernur The Fed," ujar dia.

Karena itu, pengunduran diri Summers juga dianggap membuat durasi pelaksanaan program stimulus moneter The Fed berpeluang lebih panjang. Alasannya, kandidat yang tersisa lainnya, yakni Jannet Yellen, justru memiliki sikap yang lebih dovish. Dengan begitu, pelaku pasar pun tak ragu langkah Summers akan membantu perkembangan pasar mata uang dalam jangka pendek.

Di sisi lain, penguatan rupiah tampaknya masih didukung sentimen positif kenaikan tingkat suku bunga acuan (BI Rate) sebesar 25 basis point. Sebab, selain akan meningkatkan likuiditas dolar AS, kebijakan tersebut dinilai tepat untuk mendatangkan lebih banyak investasi ke Indonesia.

Sayangnya, laju penguatan rupiah dinilai bakal bersifat sementara, menyusul agenda pertemuan The Fed pada pekan ini yang akan memutuskan kepastian pelaksanaan pelonggaran stimulusnya. Sentimen negatif bahkan semakin bertambah tatkala beredarnya kabar bahwa kondisi utang Negeri Abang Sam akan menyentuh batas atas plafonnya sebesar US$ 16,69 miliar pada pertengahan Oktober mendatang. Selain akan mempengaruhi tingkat kepercayaan investor terhadap perekonomian AS, kondisi tersebut dikhawatirkan memicu kelangkaan dolar AS di pasar internasional.PDAT | MEGEL JEKSON

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus