Scroll ke bawah untuk membaca berita

Logo
Bisnis

Ekonom Sebut Kebijakan Ekonomi Dalam Negeri Ikut Sumbang Anjloknya Nilai Tukar Rupiah

Ekonom Universitas Paramadina Handi Risza menyebut faktor terbesar melemahnya nilai tukar rupiah dipicu kebijakan fiskal dan moneter dalam negeri.

11 Juli 2024 | 21.36 WIB

Pegawai menghitung mata uang asing di Dolarindo Jakarta, Senin, 10 Juni 2024. Rupiah melemah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) di tengah kuatnya data ketenagakerjaan AS serta derasnya dana asing yang keluar dari Surat Berharga Negara (SBN). Dilansir dari Refinitiv, rupiah ditutup melemah 0,53 persen di angka Rp16.275 per dolar AS pada Senin (10/6). Depresiasi rupiah ini berbanding terbalik dengan penutupan perdagangan pada Jumat (7/6) yang menguat sebesar 0,4 persen. TEMPO/Tony Hartawan
Perbesar
Pegawai menghitung mata uang asing di Dolarindo Jakarta, Senin, 10 Juni 2024. Rupiah melemah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) di tengah kuatnya data ketenagakerjaan AS serta derasnya dana asing yang keluar dari Surat Berharga Negara (SBN). Dilansir dari Refinitiv, rupiah ditutup melemah 0,53 persen di angka Rp16.275 per dolar AS pada Senin (10/6). Depresiasi rupiah ini berbanding terbalik dengan penutupan perdagangan pada Jumat (7/6) yang menguat sebesar 0,4 persen. TEMPO/Tony Hartawan

Baca berita dengan sedikit iklan, klik disini

Logo

TEMPO.CO, Jakarta - Ekonom dari Universitas Paramadina Handi Risza menilai pemerintah harus mengakui pelemahan nilai tukar rupiah terhadap dolar AS tidak hanya disebabkan oleh faktor eksternal dan ketidakpastian perekonomian global. Menurut Handi, faktor terbesar melemahnya nilai tukar rupiah dipicu kebijakan fiskal dan moneter dalam negeri.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik disini

Logo

Handi mengatakan, seharusnya nilai tukar rupiah tidak begitu anjlok mengingat inflasi dalam negeri lebih rendah dibandingkan dengan inflasi di Amerika Serikat. "Dalam teori inflasi itu, ketika inflasi rendah jauh di bawah AS, seharusnya mata uang kita tidak serendah saat ini. Tapi nyatanya mata uang kita turun signifikan," kata Handi saat menjadi pembicara dalam diskusi bertajuk Dilema Kabinet Prabowo dalam Bungkus Koalisi Besar, di Jakarta, Kamis, 11 Juli 2024.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

"Akan tetapi pemerintah selalu menuding kondisi perekonomian global yang membuat perekonomian kita anjlok. Kondisi eksternal yang membuat mata uang kita jatuh. Padahal ada faktor internal yang sangat serius," ia melanjutkan.

Selain itu, Handi mengatakan penurunan penerimaan pajak saat utang meningkat akan menurunkan kemampuan pembayaran utang ke depan. "Ini akan menjadi beban pemerintahan Prabowo ke depan karena dalam tahun ini jumlah penerimaan pajak tidak meningkat," katanya.

Senada dengan Hendi, Direktur Eksekutif INDEF Esther Sri Astuti  mengatakan anjloknya nilai tukar rupiah terhadap dolar AS juga disebabkan oleh kebijakan impor yang tidak tepat. Ia mengatakan nilai impor Indonesia terus meningkat dari tahun ke tahun.

"Mulai dari impor pangan, impor gula, impor tekstil, bahkan garam pun juga impor," kata Esther yang hadir sebagai pembicara secara daring.

Faktor lainnya yang mendorong melemahnya nilai tukar rupiah, kata dia, pengelolaan utang selama 10 tahun pemerintahan Joko Widodo atau Jokowi. Esther menyebut ketergantungan Indonesia terhadap dolar AS sangat tinggi. Menurut Eshter, hal inilah yang terus menggerus devisa negara. "Dan pada akhirnya akan mempersulit kesanggupan pemerintah untuk mengurangi beban utang," kata dia.

Esther menjelaskan, per Mei 2024, utang Indonesia tembus Rp 8.300 triliun dengan jatuh tempo pada 2025 hingga 2029 sebesar Rp 3.749 triliun. "Utang yang jatuh tempo ini juga akan mengurangi devisa negara, sehingga pemerintahan Prabowo harus mencari alternatif lain untuk meningkatkan pendapatan," katanya.

Untuk itu, ia menyarankan agar pembangunan IKN tidak lagi menggunakan anggaran yang besar dari APBN. "Kalau mau membangun dengan cepat, jangan pakai APBN, harus cari alternatif lain dan tidak dibebankan pada anggaran negara," katanya.

 

 

 

Nandito Putra

Lulus dari jurusan Hukum Tata Negara UIN Imam Bonjol Padang pada 2022. Bergabung dengan Tempo sejak pertengahan 2024. Kini menulis untuk desk hukum dan kriminal. Anggota Aliansi Jurnalis Independen.

close

Baca berita dengan sedikit iklan, klik disini

Logo
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus