Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
DEWASA ini Pertamina memiliki 6 anak perusahaan, yakni PT Pelita Air Service (PAS), PT Patra Jasa, PT Elnusa, PT Pertamina Tongkang, PT Perta Insana, dan PT Patra Tani. Kendati tujuan pembentukan anak-anak perusahaan itu, antara lain, sebagai wadah penghematan biaya dan pusat pengumpul laba, tapi kenyataannya, belum semua bisa berfungsi sebagaimana yang diharapkan. PT Patra Tani, sejak 1984, masih terus menumpuk rugi yang semakin lama semakin besar. Perusahaan ini, Februari lalu, memang dilaporkan masih berstatus proyek. Biaya yang dikeluarkannya pada tahun anggaran 1987/88, mencapai Rp 4,2 milyar, sementara penghasilannya baru sekitar Rp 876 juta. Praktis, masih merugi Rp 3,3 milyar. Tapi, dua perusahaan yang, Februari lalu, juga masih berstatus proyek, yakni PT Patra Jasa dan PAS, bahkan menunjukkan prestasi bagus Patra Jasa, pengelola hotel-hotel Pertamina, sejak April 1984 hingga Maret 1988, terus meraup laba sebelum pajak, antara Rp 587 juta dan Rp 786 juta. Lebih hebat lagi penampilan perusahaan penerbangan PAS. Penerimaannya sendiri menurun. Tapi, dalam tiga tahun terakhir, PAS berhasil menekan biaya, dari rata-rata Rp 132 milyar menjadi sekitar Rp 104 milyar, tahun silam. Tahun 1986/1987, perusahaan itu mengumpulkan laba sebelum pajak hanya sebesar Rp 309 juta, tapi pada 1987/1988 berhasil meraup laba Rp 6 milyar. Anehnya, Pertamina Tongkang yang meraih laba kotor Rp 1,8 milyar pada 1986/1987, bisa rugi Rp 5,6 milyar tahun lalu. Ternyata pendapatannya dalam tiga tahun terakhir merosot dari sekitar Rp 30 milyar mcnjadi Rp 22 milyar. Sebenarnya angkutan BBM terus meningkat. "Tapi jumlah pelabuhan tak bertambah, sehingga kapal Pertamina sering harus antre di pelabuhan. "Kapasitas galangan kapal Pertamina masih kurang untuk melayani doking," tutur Dirut Pertamina Faizal Abda'oe. PT Perta Insani juga terus merosot omsetnya, dari sekitar Rp 3 milyar menjadi tinggal sekitar Rp 2 milyar. Tapi, tahun silam, perusahaan ini masih mencatat laba sebelum pajak Rp 172 juta. Adalah PT Elnusa, menjadi satu-satunya anak perusahaan yang sudah mapan. Perusahaan gas ini berhasil meningkatkan omset dalam empat tahun, dari Rp 58 milyar menjadi Rp 100 milyar. Dalam dua tahun terakhir, Elnusa berhasil meraup laba sebelum pajak sekitar Rp 10 milyar. Dengan laba di sana dan rugi di sini, keenam anak perusahaan itu, tahun silam masih bisa menyetor pajak keuntungan sebesar Rp 3,9 milyar.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
- Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
- Akses penuh seluruh artikel Tempo+
- Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
- Fitur baca cepat di edisi Mingguan
- Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo