Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Toyota, yang selalu digdaya di pasar mobil Tanah Air, dua tahun terakhir seolah-olah menjadi sasaran tembak merek-merek lain yang agresif meluncurkan produk anyar. Mitsubishi, misalnya, meluncurkan minibus Xpander dan terbukti mampu menyaingi penjualan Avanza. Lalu ada merek-merek asal Cina yang tak segan meluncurkan multipurpose vehicle (MPV) dan sport utility vehicle (SUV) kelas menengah dengan harga rendah. Kehadiran mereka tentu mempengaruhi penjualan merek asal Jepang ini.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Gempuran terhadap Toyota itu tampaknya cukup berhasil. Laporan Gabungan Industri Kendaraan Bermotor Indonesia (Gaikindo) memperlihatkan, sepanjang 2018 penjualan Toyota hanya sebanyak 353.471 unit, turun 5,14 persen dibanding tahun sebelumnya yang mencapai 372.614.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Tapi Toyota Astra Motor, sebagai agen tunggal pemegang merek Toyota, memandang positif kehadiran para pesaing baru itu. "Justru kami senang, karena ini akan mendorong pasar terus bertumbuh," kata Executive General Manager Toyota Astra Motor, Fransiscus Soerjopranoto, dalam telewicara dengan Tempo seusai perhelatan Tokyo Auto Salon di Jepang, pekan lalu.
Berikut ini kutipan percakapan Soerjo dengan wartawan Tempo, Praga Utama.
Bagaimana Anda memprediksi penjualan mobil pada tahun politik?
Sebetulnya, kalau berkaca pada data dan kecenderungan di masa lalu, tahun politik itu kurang bagus untuk penjualan mobil. Biasanya penjualan drop dan baru naik lagi di tahun berikutnya. Tapi saya agak optimistis pada tahun ini penjualan tidak akan turun, minimal sama dengan tahun lalu di level 1,15 juta unit. Kenapa? Pertama, karena pada akhir tahun lalu dan awal tahun ini merek-merek banyak yang mengeluarkan model baru. Biasanya model baru akan merangsang pertumbuhan pasar. Kedua, ada insentif dari Otoritas Jasa Keuangan, seperti relaksasi kebijakan uang muka (down payment) nol persen.
Apakah kebijakan DP nol persen bakal signifikan mendorong pasar tetap bergairah?
Kebijakan ini akan membantu konsumen lebih mudah memiliki mobil. Kami selalu mengingatkan teman-teman di sektor pembiayaan agar seleksi konsumen lebih ketat, supaya menjaga tingkat kredit macet. Kalau non-performing loan naik, kan pengaruhnya ke sales juga pada akhirnya.
Segmen mana yang penjualannya akan tetap prima?
Di Toyota, segmen SUV seperti Rush dan Fortuner, atau medium-high MPV seperti Innova, dan segmen di atasnya akan jadi tulang punggung penjualan. Untuk segmen di bawahnya, seperti low-MPV, trennya mulai stagnan. Sedangkan LCGC menurun, bahkan sudah tidak mendatangkan profit. Karena, sekarang kelas pembeli low-MPV dan LCGC yang sempat booming, yakni para driver ride-sharing, sudah tak lagi melakukan pembelian. Segmen ini juga sudah terlalu jenuh, makanya banyak perusahaan operator ride-sharing memoratorium penerimaan driver baru. Jadi, segmen ini sudah tak bisa diharapkan jadi penopang penjualan.
Kenapa LCGC sudah tak lagi menguntungkan?
Karena di konsumen pun ada tren baru, yakni ride-sharing itu tadi. Pasar LCGC kan sebetulnya orang-orang yang belum punya mobil. Tapi begitu sekarang ada layanan seperti Go-Car dan Grab, mereka tak merasa butuh lagi memiliki mobil. Segmen ini semakin sulit diandalkan karena teman-teman di industri roda dua juga sangat agresif mengeluarkan model baru, terutama di segmen skuter matik menengah.
Lalu, bagaimana cara APM dan pabrik menjaga minat konsumen agar mau membeli mobil baru?
Harus diakui, generasi anak muda masa kini, terutama di segmen menengah atas, tak lagi mempedulikan merek atau layanan purnajual. Berbeda dengan generasi orang tua, yang mengutamakan dua hal itu sebelum membeli mobil. Yang diutamakan oleh pembeli generasi sekarang justru tampilan eksterior.
Ketika foto Avanza baru bocor--sepekan sebelum peluncuran-sepertinya banyak komentar negatif. Menurut Anda?
Pro-kontra itu biasa, ada yang menilai bagus atau jelek juga wajar. Waktu kami meluncurkan Avanza generasi sebelumnya, juga sama. Ada yang berkomentar desainnya old-fashioned (kuno). Tapi toh penjualannya tetap bagus, bahkan tinggi sekali.
Fransiscus Soerjopranoto
- Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
- Akses penuh seluruh artikel Tempo+
- Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
- Fitur baca cepat di edisi Mingguan
- Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo