Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
TEMPO.CO, Jakarta - Bank Saqu, layanan perbankan digital dari PT Bank Jasa Jakarta memperkenalkan kembali fiturnya yang bernama Tabungmatic. Fitur ini memungkinkan nasabah untuk menabung otomatis sembari bertransaksi menggunakan Quick Response Code Indonesian Standard (QRIS).
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Head of Go To Market PT Bank Jasa Jakarta, Marcella Pravinata, mengatakan bahwa kebiasaan transaksi melalui QRIS menjadi kesempatan bagi Bank Saqu untuk berinovasi dan mendorong kebiasaan menabung masyarakat.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
"Lewat fitur Tabungmatic, fitur menabung otomatis pertama di Indonesia, nasabah dapat mengelola keuangan menjadi lebih mudah, menyenangkan dan menguntungkan,” katanya dalam diskusi di Gowork Co-working and Office Space, Jakarta Selatan pada Kamis, 30 Mei 2024.
Di fitur Tabungmatic, kata Marcella, uang kembalian dari setiap transaksi nasabah menggunakan QRIS di aplikasi Bank Saqu akan diubah menjadi tabungan. Uang tersebut akan disimpan di Saku Booster dengan insentif menabung sebesar 10 persen tiap tahun, namun ada syarat dan ketentuan yang berlaku.
“Sejak kami mulai launching sekitar enam bulan lalu sampai sekarang, peningkatan pengguna Tabungmatic ini sudah menarik nasabah hampir tiga kali lipat,” tutur dia.
Dia menyatakan, saat ini jumlah nasabah Bank Saqu sudah sekitar 500 orang, sejak diluncurkan pada November 2023 lalu. Untuk menggunakan fitur Tabungmatic, nasabah hanya perlu mengaktifkannya di aplikasi Bank Saqu. Kemudian, menentukan nilai pembulatan yang diinginkan, bervariasi mulai dari Rp 5 ribu, Rp 10 ribu dan Rp 50 ribu.
"Dengan adanya fitur ini, semakin banyak bertransaksi menggunakan QRIS Bank Saqu, secara tidak langsung nasabah juga akan semakin sering menabung," katanya.
Marcella melanjutkan, Bank Saqu menyadari fenomena masyarakat Indonesia yang kesulitan untuk menabung, namun tetap mengeluarkan uang. Hal ini disebut fenomena dissaving, yang merupakan kondisi di mana seseorang membelanjakan uang melebihi pendapatan, sehingga mereka memanfaatkan sumber lain, seperti tabungan atau utang.
Fenomena tersebut sejalan dengan survei yang ditemukan oleh Bank Indonesia (BI). Rasio tabungan terhadap pendapatan pada bulan November 2023 turun signifikan sebesar 15,4 persen jika dibandingkan saat sebelum pandemi pada November 2019 yang sebesar 19,8 persen. "Kebutuhan finansial yang semakin meningkat, membuat masyarakat harus menggerus tabungan, sehingga muncul tren penurunan jumlah tabungan."
Pilihan Editor: Jokowi Akan 'Cawe-cawe' Beresi Bea Cukai, Ini Deretan Masalah yang Disorot Masyarakat