Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
JAKARTA - PT Smartfren Telecom Tbk (FREN) membuka peluang konsolidasi, baik melalui merger maupun akuisisi, dengan perusahaan telekomunikasi lain. Direktur Utama FREN, Merza Fachys, mengakui isu konsolidasi antara FREN dan PT XL Axiata Tbk (EXCL) ataupun PT Indosat Tbk (ISAT) sudah berkembang di pasar.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Merza pun tidak menutup kemungkinan konsolidasi tersebut terjadi. Namun, kata dia, sampai saat ini belum ada kesepakatan apa pun. Menurut Merza, konsolidasi di antara perusahaan telekomunikasi rumit lantaran banyak aturan yang mesti dipatuhi. "Wajar kalau diskusinya bertahun-tahun dan tidak kunjung selesai. Saya saja harap-harap cemas," kata dia, kemarin.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Rencana konsolidasi emiten telekomunikasi terus beredar bersamaan dengan melonjaknya nilai saham PT Smartfren Telecom Tbk (FREN) hingga 264,56 persen sepanjang tahun ini. Lonjakan saham FREN berkaitan dengan isu penggabungan usaha dengan EXCL ataupun ISAT. Imbasnya, pada 15 Februari lalu Bursa Efek Indonesia menahan perdagangan saham FREN sebelum kembali membukanya tiga hari kemudian.
Merza mengatakan munculnya isu konsolidasi tak lepas dari tekanan dalam industri telekomunikasi. Menurut dia, perkembangan teknologi 4G sejak 2015 membuat pemain telekomunikasi harus mengeluarkan belanja modal yang cukup besar. Para operator pun mesti menyesuaikan rencana bisnis dengan tren konsumsi data Internet. "Pembicaraan konsolidasi belakangan semakin kencang, karena disadari itu menjadi jalan untuk efisiensi industri telekomunikasi," tuturnya.
Sampai saat ini, kata Merza, diskusi dengan berbagai operator terus berlangsung dan intensif. Ada beberapa aspek yang dibicarakan, yaitu nilai saham teknologi, pasar, modal, hingga kondisi pasar global dan investor. "Diskusi itu untuk menghasilkan suatu kesimpulan yang tentu saja positif untuk semua pihak," ujar Merza.
Pemerintah sudah mengimbau pelaku industri telekomunikasi untuk melakukan konsolidasi sejak pertengahan tahun lalu. Menteri Komunikasi dan Informatika Rudiantara mengatakan industri telekomunikasi saat ini masih terfragmentasi sehingga tidak efisien. Salah satu jalan agar efisien, kata dia, adalah dengan merger ataupun akuisisi. Rudiantara menuturkan, alternatif lain agar industri ini bisa efisien adalah melalui skema berbagi infrastruktur atau infrastructure sharing pasif maupun aktif.
"Jika terjadi konsolidasi, akan meningkatkan skala ekonomi operator sehingga membuat biaya investasi atau pelanggan menjadi menurun. Idealnya, hanya ada tiga operator seluler di Indonesia," ujar Rudiantara, kemarin.
Berkaitan dengan isu konsolidasi, Direktur Utama EXCL Dian Sisworini enggan berkomentar. Menurut dia, sudah jadi rahasia umum bahwa semua operator, kecuali grup Telkom, melakukan penjajakan satu sama lain untuk konsolidasi. Dian menilai konsolidasi bisa saja terjadi apabila diperlukan oleh industri agar lebih sehat.
Soal rencana konsolidasi dengan FREN, Dian menilai urusan merger ataupun akuisisi merupakan kewenangan pemegang saham mayoritas. "Persaingan di industri telekomunikasi selalu sengit, salah satunya karena masih terlalu banyaknya jumlah operator," tutur Dian.
Group Head Corporate Communications ISAT, Turina Farouk, mengatakan rencana merger dengan FREN merupakan kewenangan pemegang saham. Meski begitu, Turina memandang bahwa konsolidasi merupakan salah satu cara menciptakan efisiensi dan kompetisi yang semakin sehat di industri. "Indosat kini lebih berfokus pada upaya meningkatkan kinerja dan value perusahaan yang meliputi peningkatan kinerja karyawan, jaringan, dan layanan pelanggan yang semakin baik," katanya. LARISSA HUDA
Angin Segar di tengah Kerugian
- Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
- Akses penuh seluruh artikel Tempo+
- Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
- Fitur baca cepat di edisi Mingguan
- Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo