Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Ekonomi

Gang kenanga menunggu london

Harga emas mendadak terjungkal, akibat spekulasi. harga resmi minyak OPEC bakal turun, sejumlah anggota OPEC diduga akan melepaskan cadangan emasnya. (eb)

12 Maret 1983 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

HARGA emas mendadak terjungkal. Awal bulan ini PT Central Indah Cakrawala (CIC), pedagang emas murni dan valuta asing di Jakarta, secara taam menurunkan harga logam mulia itu dari Rp 11 ribu jadi Rp 9.200 per gram. Tapi pada 1 Maret itu si kuning ternyata masih gelisah. Segera sesudah kantor CIC dibuka "tiap satu jam kami terpaksa menaikkan harga jual karena arus permintaan meningkat," kata seorang manajer di situ. Hari itu praktis harga emas di CIC berubah sampai 4 kali, sebelum akhirnya bertengger pada Rp 9.350 per gram. Di Gang Kenanga, 'bursa' emas perhiasan di daerah Senen, Jakarta Pusat, juga terjadi hal serupa. Harga emas perhiasan 24 karat di berbagai toko di situ anjlok dari Rp 11 ribu ke Rp 9.150 per gram. "Banyak yang panik. Hari itu bahkan ada yang menawarkan pada kami emas seharga Rp 8.000 per gram, tapi kami tak berani ambil," kata Chandra dari toko emas Hias Seni. Beberapa jam sebelumnya, harga emas di London Metal Exchange (LME) sudah terjun dari harga US$ 463,5 ke US$ 408 per troy ounce (31,1 gram). Penurunan serupa juga terjadi di Singapura, Hongkong dan New York di akhir Februari itu. Di New York, misalnya, harga emas untuk penyerahan Maret hanya US$ 400,5. Pertengahan Februari harganya masih US$ 511,5. Tapi awal pekan ini di London mulai membaik, US$ 415 per ounce. Toh sejumlah pedagang emas besar di London masih mengkhawatirkan tingkat harga itu akan goyah jika benar harga resmi minyak OPEC turun. Bursa emas di berbagai tempat mulai terasa panas sesudah Nigeria, anggota OPEC, secara sepihak menurunkan harga minyak mentah ekspornya jenis Bonny Light dengan USS 5,5 menjadi US$ 30 per barrel. Harga baru yang berlaku surut mulai I Februari itu, jelas menyulitkan anggota OPEC yang lain mengingat harga patokan minyak OPEC, Arabian Light Crude (ALC) yang kualitasnya lebih rendah, hanya US$ 34 per barrel. Akibatnya, sejumlah anggota OPEC semakin sulit menjual minyaknya dengan harga resmi. Mereka yang menggantungkan sebagian besar pendapatan ekspor dari minyak, seperti Indonesia dan Nigeria, terancam defisit lebih besar. Dalam usaha menutupi defisit inilah sejumlah anggota OPEC hari-hari ini diduga akan melepaskan cadangan emasnya. Spekulasi itu menyebabkan bursa emas di berbagai tempat goncang juga. Indonesia, yang dalam tahun anggaran 1982/1983 ini terancam defisit neraca pembayaran US$ 7 milyar, belum terdengar melepaskan cadangan emasnya. Hingga Oktober 1982 kekayaan emas dan valuta asing yang dimiliki BI tercatat Rp 4,5 trilyun. "Bodoh jika Bank Indonesia melepaskan emasnya saat ini," kata seorang bankir. "Untuk menutupi defisit, langkah terbaik adalah melakukan pinjaman komersial sekalipun dengan bunga mahal dan syarat makin berat." Tiga tahun laiu BI sempat membuat geger London ketika memborong emas 76,9 ton seharga US$ 1,2 milyar, justru di saat harganya sedang di atas angin. Sidang darurat segenap anggota organisasi para pengekspor minyak (OPEC) di London (7-8 Maret) agaknya diikuti dengan cermat oleh para pedagang emas di Jakarta. Chandra dari Hias Seni, dan CIC tak berani memastikan pada tingkat berapa harga emas itu akan menetap sebelum harga patokan minyak OPEC yang baru diumumkan. Tapi Chandra memperkirakan jika harga patokan ALC ditetapkan sekitar US$ 30 per barrel, harga emas akan "bermain di antara Rp 9 ribu sampai Rp 10 ribu per gram." Selain mengikuti pertemuan di London itu, dia juga tekun mengikuti perkembangan harga emas di Hongkong. Setlap perubahan yang terJadi di sana engan cepat akan menjalar ke Jakarta. "Kami di sini tinggal mengekor," kata Chandra. Toh ada juga yang beranggapan, jatuhnya harga minyaknya memainkan peranan kecil dalam mempengaruhi harga emas. Penganut teori ini menganggap, justru kebijaksaan bank sentral AS-lah yang besar pengaruhnya. Buktinya ketika bank itu menetapkan suku bunga untuk nasabah utama sebesar 20,5%, harga emas mencapai US$ 875 pef ounce - paling tinggi. Dan penurunan tajam harga emas yang terjadi awal Maret ini, menurut mereka, banyak berhubungan dengan penurunan suku bunga di AS dari 11% ke 10,5% yang dilakukan akhir Februari. Tindakan mengendurkan kebijaksanaan uang ketat ini tampaknya sejalan dengan tanda-tanda mulai membaiknya kegiatan ekonomi AS, yang diperkirakan akan memerlukan dana besar. Dalam usaha memenuhi permintaan akan pinjaman itulah bank sentral membuka keran dana dengan bunga rendah. Sejumlah investor dikabarkan juga mulai melepaskan emasnya untuk memperoleh dollar, untuk investasi atau meluaskan usaha. Karena tindakan pemilik emas itulah kata sebuah teori, harga emas kini cenderung turun. Secara simultan pula, peningkatan permintaan akan dollar tadi telah menyebabkan nilai tukar mata uang itu kini menguat terhadap sejumlah mata uang Eropa. Jadi bisa diduga jika hari-hari ini banyak dana akan mengalir dari daratan Eropa ke AS. Suatu berita baru buat Indonesia yang kini masih sulit melempar komoditi nonminyak.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus