Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Poin penting
Spesifikasi setiap rangkaian LRT Jabodebek berbeda-beda.
Posisi pintu belum pas dan kendali rem belum mulus saat uji coba.
Pengujian akhir LRT Jabodebek terus berjalan hingga kemarin sore.
JAKARTA – Penundaan operasi kereta layang ringan Jakarta-Bogor-Depok-Bekasi atau LRT Jabodebek diperkirakan masih terus berlanjut selama pengaturan rangkaiannya belum seragam. Ketua Forum Perkeretaapian Masyarakat Transportasi Indonesia, Aditya Dwi Laksana, mengatakan bahwa proses integrasi persinyalan sepur berteknologi grade of automation (GOA) level 3 atau sistem non-masinis ini tergolong sangat kompleks. Dia menilai pemilihan teknologi ini yang justru menahan peluncuran komersial proyek senilai Rp 32,5 triliun tersebut.
“Kalau bukan memakai GOA 3, uji jalan LRT tidak akan serumit ini,” katanya kepada Tempo, kemarin, 9 Agustus 2023.
Belum terbitnya sertifikat kelaikan operasi dari Direktorat Jenderal Perkeretaapian Kementerian Perhubungan sebelumnya membuat sejumlah kalangan ragu akan target peluncuran komersial LRT Jabodebek. Proyek ini sempat ditargetkan beroperasi dengan tarif resmi mulai 18 Agustus 2023, bertepatan dengan momentum perayaan kemerdekaan Indonesia ke-78. Manajemen LRT Jabodebek, yang menjadi bagian dari PT Kereta Api Indonesia (Persero) atau KAI, bahkan sempat mengizinkan publik menaiki proyek tersebut dengan tarif Rp 1 sejak 12 Juli lalu. Uji coba publik itu ditutup setelah beberapa hari untuk proses sertifikasi akhir.
Baca juga: Disetop Sementara Uji Coba LRT Jabodebek
Menurut Aditya, sistem GOA 3 membutuhkan penyetelan individual di setiap rangkaiannya. Artinya, butuh waktu lebih panjang bagi operator untuk mengatur data persinyalan, kecepatan, momentum pengereman, dan aspek lain pada setiap rangkaian LRT yang masing-masing terdiri atas enam gerbong. Hal ini berbeda dengan kereta bersistem masinis yang masih dikendalikan dengan pancaindra manusia. Durasi pelatihan satu masinis untuk mengatur kecepatan seluruh rangkaian, menurut dia, jauh lebih cepat dibanding integrasi sistem otomatis.
“Karena setiap rangkaian disetel sendiri-sendiri sampai presisi, uji jalan pasti memakan waktu. Ingat, LRT Jabodebek ini terdiri atas 31 set kereta,” tutur Aditya. Pengujian LRT Sumatera Selatan maupun LRT Jakarta juga dianggap lebih singkat karena tak memakai GOA 3.
Baca juga: Ancaman Diundurkan Berulang LRT Jabodebek
Sebagai perbandingan, Aditya menyebutkan bahwa durasi uji jalan Mass Rapid Transit (MRT) Jakarta yang memakai GOA 2 saja bisa lebih dari enam bulan. Adapun sistem GOA 2 sudah dilengkapi automatic train operation (ATO) yang dapat mengatur pola operasional, seperti laju kereta dan pengereman otomatis. Skema ini juga diperkuat kontrol jarak jauh dari ruangan backup operating control center (BOCC). Namun GOA 2 masih mengandalkan peran masinis. “Sedangkan GOA 3 harus diuji berulang kali agar tidak bermasalah ketika dikendalikan dari jauh.”
Akibat Digarap Terpisah
Uji coba LRT Jabodebek di Stasiun Cawang, Jakarta, 12 Juli 2023. TEMPO/Tony Hartawan
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Walau normalnya sudah rumit, Aditya menengarai proses integrasi sistem GOA 3 LRT Jabodebek kian rumit karena digarap secara keroyokan. Armada atau rolling stock proyek itu dikerjakan PT Industri Kereta Api (Persero) atau Inka. Prasarana seperti depo, rel layang, dan ruang kontrolnya digarap PT Adhi Karya (Persero) Tbk. Adapun PT Len Industri (Persero) kebagian urusan pengadaan dan pemasangan perangkat persinyalan—itu pun harus bermitra dengan PT Siemens Mobility Indonesia yang melengkapi peranti lunak LRT Jabodebek.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Pengerjaan secara terpisah, menurut Aditya, akhirnya berdampak pada panjangnya proses uji jalan. Pasalnya, KAI sebagai operator harus mengandalkan petugas dari beberapa entitas yang berbeda jika menemui kekurangan. “Akhirnya kelihatan masalahnya ketika integrasi.”
Kendala sejenis pun sempat diungkapkan Wakil Menteri Badan Usaha Milik Negara Kartika Wirjoatmodjo, baru-baru ini. Dia menyebutkan bahwa spesifikasi setiap rangkaian LRT Jabodebek berbeda-beda, sehingga harus disesuaikan ulang. Pengembangan komponen kereta ringan yang beragam itu dianggap tak dilengkapi integrator atau penghubung. Salah satu masalah yang diceritakan Tiko adalah munculnya keluhan Siemens ketika memasang peranti lunak pada kereta buatan Inka. Karena tidak sesuai, peranti lunak itu harus diperbaiki dan memicu biaya baru.
Kereta ringan atau Light Rail Transit (LRT) di jembatan rel lengkung (longspan) LRT Kuningan, Jakarta, 3 Agustus 2023. Tempo/Hilman Faturrahman W
"Siemens suatu hari call meeting, komplain sama saya,” ucap Tiko dalam sebuah acara diskusi di Taman Mini Indonesia Indah, Jakarta, pada 1 Agustus lalu. Perwakilan manufaktur teknologi asal Jerman, ujar dia, mengeluhkan soal dimensi, berat, kecepatan, bahkan sistem pengereman setiap armada LRT yang berbeda satu sama lain.
Direktur Eksekutif Institut Studi Transportasi (Instran), Deddy Herlambang, meminta integrasi sistem GOA 3 disempurnakan sebelum peluncuran komersial. Walau keamanan LRT sudah terjamin sekalipun, kata Deddy, penumpang mengharapkan perjalanan yang mulus. Bahkan kesejajaran antara pintu kereta dan pintu pembatas di stasiun (platform screen doors/PSD) juga harus presisi. “Saya sempat ikut naik saat diuji publik. Posisi pintunya belum pas dan kendali rem saat itu belum mulus,” ucap dia. “Semoga diperbaiki ketika beroperasi secara berbayar.”
Ketika dihubungi kemarin, Direktur Jenderal Perkeretaapian Kementerian Perhubungan Mohamad Risal Wasal belum bisa memastikan kapan persisnya sertifikat kelaikan operasi LRT Jabodebek akan terbit. Yang pasti, pengujian akhir terus berjalan hingga kemarin sore. Dia membenarkan soal kebutuhan penyetelan di masing-masing rangkaian sepur ringan. “Belum semua kereta selesai upgrade, masih berproses. Kalau soal pintu dan rem, sudah oke,” ucapnya.
Hingga berita ini ditulis, manajemen LRT Jabodebek belum menyahut pertanyaan Tempo soal proses uji jalan tersebut. Setidaknya, pada Juli 2023, Manajer Hubungan Masyarakat LRT Jabodebek, Kuswardoyo, mengaku masih optimistis unitnya bisa mengantongi sertifikat operasional dari Kementerian Perhubungan. Rencananya, hanya 27 rangkaian yang diaktifkan pada layanan perdana. Manajemen masih menyimpan dua rangkaian sebagai cadangan. Sedangkan dua rangkaian yang bertabrakan saat uji coba pada 26 Oktober 2021 baru akan dikirim kembali oleh Inka ke Jakarta pada akhir September 2023. “Tentu harus dipastikan aman.”
YOHANES PASKALIS | ANTARA
- Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
- Akses penuh seluruh artikel Tempo+
- Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
- Fitur baca cepat di edisi Mingguan
- Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo