Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
JAKARTA — PT Pupuk Kalimantan Timur akan memasok kebutuhan amonium nitrat domestik mulai tahun depan. Fasilitas produksi komoditas untuk bahan peledak di tambang serta pertahanan tersebut sedang dibangun dan ditargetkan mulai beroperasi pada kuartal kedua 2023.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Pupuk Kaltim bekerja sama dengan PT Dahana Investama Corp untuk mendirikan pabrik amonium nitrat tersebut. Mitra Pupuk Kaltim ini adalah anak usaha PT Dahana, anggota holding industri pertahanan BUMN yang menyediakan bahan peledak hingga layanan dan jasa untuk industri dan pertahanan. Keduanya membentuk perusahaan patungan bernama PT Kaltim Amonium Nitrat (KAN).
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Direktur Utama PT KAN Dormatua Siahaan menyebutkan, pabrik yang dikerjakan sejak 2019 ini sudah berjalan 90 persen. Pembangunan proyek dengan investasi Rp 1,17 triliun ini sempat terhambat ketika masa puncak pandemi Covid-19 karena ada pembatasan kegiatan. Setelah kasus Covid-19 mulai berkurang, prosesnya dikebut. "Mudah-mudahan kami bisa menyelesaikan proyek ini pada Maret 2023, dan sebulan berikutnya sudah bisa komersial," tuturnya, pekan lalu.
Pabrik amonium nitrat ini dirancang memiliki kapasitas produksi 75 ribu metrik ton per tahun. Lokasinya berada di kawasan industri di Bontang, Kalimantan Timur, tidak jauh dari pabrik Pupuk Kaltim. PT KAN akan memanfaatkan amoniak yang dihasilkan Pupuk Kaltim sebagai bahan baku.
Dormatua menuturkan, hasil produksi PT KAN sepenuhnya akan difokuskan untuk kebutuhan domestik. "Tujuan utama kami adalah mensubstitusi impor karena kita masih mengimpor amonium nitrat," tutur Dormatua. Perusahaan tak menutup kemungkinan untuk melebarkan sayap ke luar negeri jika kebutuhan domestik sudah terpenuhi. Menurut dia, pasar yang potensial adalah negara-negara yang memiliki tambang cukup besar, seperti Australia dan Cina.
Merujuk pada data Badan Pusat Statistik (BPS), Indonesia mengimpor 24 ribu ton amonium nitrat pada 2021 dan 39 ribu ton pada 2020. Angkanya lebih rendah dari lima tahun sebelumnya karena pandemi. Pada periode 2015-2019, volume impor komoditas ini rata-rata berada di kisaran 80 ribu ton per tahun.
Senior Vice President Pengembangan Pupuk Kaltim, Indardi, menyatakan bahwa permintaan amonium nitrat bakal meningkat setidaknya hingga 2034 berdasarkan hasil kajian konsultan independen. Kebutuhannya yang masih di bawah 100 ribu ton per tahun pada 2022 bakal melonjak jadi ke kisaran 125 ribu ton dalam lima tahun ke depan. Sementara itu, pada 2034, permintaan amonium nitrat akan meningkat ke angka 200 ribu ton per tahun.
Indardi mengatakan, kenaikan permintaan ini salah satunya datang dari tambang-tambang batu bara. Meski pemerintah mulai menggencarkan program netral karbon, masih ada celah pemanfaatan amonium nitrat oleh industri tersebut. "Pemerintah masih memberi insentif untuk perusahaan yang melakukan gasifikasi," kata dia.
Selain itu, amonium nitrat bisa dimanfaatkan oleh tambang nikel. Pemerintah sendiri tengah mengejar target pengembangan industri baterai kendaraan listrik di dalam negeri. Menteri Koordinator Kemaritiman dan Investasi Luhut Binsar Pandjaitan telah memastikan Indonesia akan memproduksi baterai kendaraan listrik mulai kuartal II 2024. Pabrik baterai berkapasitas 10 gigawatt hour yang terintegrasi dengan produsen kendaraan mobil di Karawang, Jawa Barat, sedang dipersiapkan untuk mewujudkannya.
Produk Lain Amonium Nitrat
Petani menabur pupuk di area ladang kentang di perbukitan Cimenyan, Kabupaten Bandung, Jawa Barat, 11 Oktober 2022. TEMPO/Prima Mulia
Selain dibuat sebagai bahan peledak, amonium nitrat bisa dimanfaatkan sebagai bahan baku pupuk, yaitu pupuk NPK nitrat. Indardi menyatakan pupuk jenis ini cocok untuk tanaman hortikultura. Di dalam negeri ada potensi permintaan sebesar 343.500 ton pupuk, terutama dari Jawa, Sumatera, dan Sulawesi. Pupuk Kaltim juga melihat potensi sebesar 340 ribu ton di pasar Asia Tenggara.
"NPK nitrat memiliki segmen pasar yang niche, sehingga kuantum penjualan tidak terlalu besar tapi memiliki margin yang tinggi," kata Indardi. Ia menyatakan Pupuk Kaltim telah memiliki kajian untuk mengembangkan penghiliran amonium nitrat ke NPK nitrat. Namun hingga saat ini belum ada rencana memproduksi produk tersebut. Perusahaan masih berdiskusi dengan induknya, yaitu PT Pupuk Indonesia.
Dormatua menuturkan, PT KAN bisa menyesuaikan kapasitas produksi jika Pupuk Kaltim memutuskan memproduksi NPK nitrat. "Kapasitas produksi kami 75 ribu ton, tapi dari sisi desain, dengan tambahan peralatan sedikit saja dapat ditingkatkan ke 100 ribu ton," kata dia.
VINDRY FLORENTIN
- Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
- Akses penuh seluruh artikel Tempo+
- Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
- Fitur baca cepat di edisi Mingguan
- Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo