Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Ekonomi

Tanda Bahaya Pelemahan Ekonomi Cina

Efek pelemahan ekonomi Cina mulai merambat ke perekonomian Indonesia. Industri manufaktur mengalami gangguan suplai bahan baku.

21 Agustus 2023 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Poin penting

  • Industri tekstil kesulitan mengimpor bahan baku dari Cina.

  • Kinerja perdagangan Cina menurun.

  • Sensitivitas pertumbuhan ekonomi Cina terhadap perekonomian Indonesia sebesar 0,39 persen.

JAKARTA Efek pelemahan ekonomi Cina mulai merambat ke perekonomian Indonesia. Ketua Umum Gabungan Pelaku Usaha Ekspor Indonesia (GPEI) Benny Soetrisno mengatakan bahwa pelaku usaha mulai mengalami keresahan yang diawali dengan terjadinya gangguan suplai bahan baku untuk kebutuhan industri manufaktur dengan tujuan ekspor.

“Ini khususnya terjadi di industri tekstil di mana perusahaan-perusahaan pemasok dari Cina mengalami masalah keuangan, sehingga kami harus mencari alternatif penggantinya,” kata dia kepada Tempo, kemarin, 20 Agustus 2023. Bahan baku yang dimaksudkan antara lain kain jadi, sehingga eksportir harus melakukan penyesuaian kepada konsumen. “Akhirnya mencari pemasok pengganti yang sudah disetujui oleh branded buyer dari negara pengimpor.”

Menurut Benny, kendala rantai pasok berkepanjangan berpotensi terjadi karena sebagian besar bahan baku manufaktur untuk tujuan ekspor maupun domestik bergantung pada Cina. Selain sebagai tujuan ekspor utama, di sisi lain, Cina memang merupakan negara asal impor terbesar bagi Indonesia. “Sehingga apa yang terjadi di Cina pasti berpengaruh pada perdagangan Indonesia maupun global,” ujarnya.

Perekonomian Tiongkok memang tengah kelabu setelah mengalami deflasi dengan Indeks Harga Konsumen (IHK) pada Juli 2023 minus 0,3 persen. Kinerja perdagangan Negeri Panda pun ambles. Impor tercatat turun 12,4 persen dan ekspor turun 14,5 persen pada periode yang sama. Setelah pandemi Covid-19, perekonomian Tiongkok cenderung lebih lambat dibanding perkiraan akibat pelemahan permintaan domestik maupun luar negeri.

Direktur Center of Economic and Law Studies (Celios) Bhima Yudhistira Adhinegara mengatakan, bukan hanya kinerja perdagangan, pelemahan ekonomi Indonesia juga berpotensi merembet pada kinerja investasi. Selain sebagai negara tujuan utama ekspor dengan porsi sebesar 24,8 persen, Cina menduduki tiga besar negara asal investasi Indonesia. “Sektor-sektor usaha lain yang rentan terkena dampak gejolak ekonomi Cina adalah infrastruktur, batu bara, nikel olahan, CPO, besi baja, karton, dan kayu olahan,” katanya.

Konsekuensi lanjutan dari tekanan ekonomi Cina terhadap Indonesia, ucap dia, adalah mengubah surplus neraca perdagangan Indonesia yang berlangsung saat ini menjadi defisit. Perubahan kinerja perdagangan tersebut sejalan pula dengan berakhirnya kenaikan harga komoditas sumber daya alam yang dalam dua tahun terakhir dinikmati Indonesia.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Bongkar-muat batu bara di Pelabuhan Tanjung Priok, Jakarta, 4 Agustus 2023. TEMPO/Tony Hartawan

Sensitivitas Pertumbuhan Ekonomi Cina

Kepala Ekonom PT Bank Permata Tbk, Josua Pardede, mengatakan bahwa estimasi sensitivitas pertumbuhan ekonomi Cina terhadap perekonomian Indonesia sebesar 0,39 persen. Artinya, setiap perlambatan ekonomi Cina sebesar 1 persen berpotensi memperlambat ekonomi Indonesia sebesar 0,39 persen. “Sensitivitas ini merupakan yang tertinggi dibandingkan dengan mitra dagang lainnya seperti dengan Amerika Serikat,” ucapnya.

Dia mengimbuhkan, perlambatan ekonomi Cina juga bisa menekan harga komoditas global dan mempengaruhi perekonomian Indonesia yang banyak mengandalkan komoditas sumber daya alam, terutama batu bara dan minyak sawit mentah (CPO). "Kinerja perekonomian di daerah-daerah penghasil komoditas, seperti Sumatera dan Kalimantan, akan terpengaruh."

Tak hanya mengintai Indonesia, dampak pelemahan ekonomi di Cina juga diwaspadai oleh negara-negara lain di dunia, tak terkecuali Amerika Serikat. Menteri Keuangan AS Janet Yellen berujar, pelemahan ekonomi Cina menimbulkan risiko dan mengurangi optimisme perekonomian Amerika Serikat secara keseluruhan. “Tak hanya membayangi negara-negara tetangganya di Asia, kami pun mewaspadai dampak pelemahan tersebut,” ucap Janet. Perlambatan ekonomi Cina diproyeksikan bakal menurunkan kinerja investasi dan perdagangan, serta meningkatkan angka pengangguran.

Penguatan Konsumsi Domestik Sebagai Bantalan

Kepala Badan Kebijakan Fiskal Kementerian Keuangan Febrio N. Kacaribu mengungkapkan, dampak pelemahan ekonomi Cina diprediksi tak terlampau signifikan terhadap perekonomian domestik. “Dampaknya masih relatif terukur,” katanya. Nilai ekspor Indonesia ke Cina juga masih tumbuh tinggi, meski fluktuatif. Dari sisi dampaknya terhadap industri manufaktur, ujarnya, terbukti indeks manufaktur atau Purchasing Manager Index (PMI) Manufaktur Indonesia pun tetap solid di zona ekspansif.

Sementara itu, Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati sebelumnya menyatakan bahwa pemerintah akan mewaspadai efek pelemahan kinerja perekonomian negara-negara adidaya. Kondisi geopolitik dan pelemahan ekonomi Cina masuk sebagai faktor utama yang berisiko mempengaruhi kinerja ekspor Indonesia, khususnya pada 2024. “Bahkan, ketika ekonomi Indonesia tumbuh 5,17 persen di sepanjang kuartal II 2023, kontribusi ekspor sudah turun karena lingkungan eksternal yang menunjukkan pelemahan.”

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Sebagai bantalan, pemerintah berfokus pada penguatan konsumsi ekonomi domestik, dengan upaya stabilisasi harga-harga dalam rangka menurunkan inflasi dan menjaga daya beli. “Pemerintah akan melakukan transfer tunai untuk melindungi rumah tangga paling rentan dan melindungi daya beli,” ucap Sri Mulyani. Di sisi lain, pemerintah terus mendorong penciptaan lapangan pekerjaan melalui investasi.

GHOIDA RAHMAH

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya
Ghoida Rahmah

Ghoida Rahmah

Bergabung dengan Tempo sejak Agustus 2015, lulusan Geografi Universitas Indonesia ini merupakan penerima fellowship Banking Journalist Academy batch IV tahun 2016 dan Banking Editor Masterclass batch I tahun 2019. Pernah menjadi juara Harapan 1 Lomba Karya Jurnalistik BPJS Kesehatan di 2016 dan juara 1 Lomba Karya Jurnalistik Kategori Media Cetak Badan Pemeriksa Keuangan (BPK) tahun 2021. Menjadi Staf Redaksi di Koran Tempo sejak 2020.

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus