Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
TEMPO.CO, Jakarta - Gubernur Bank Indonesia Perry Warjiyo menjelaskan alasan rapat dewan gubernur bank sentral memutuskan untuk menurunkan suku bunga acuan BI 7-Day Reverse Repo Rate atau BI7DRR menjadi level 3,5 persen.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Perry menyebutkan keputusan tersebut sejalan dengan perkiraan inflasi yang tetap rendah dan stabilitas nilai tukar rupiah yang terjaga terjaga. "Serta sebagai langkah lanjutan untuk mendorong momentum pemulihan ekonomi nasional," kata Perry dalam konferensi pers virtual, Kamis, 18 Februari 2021.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Sebelumnya pada pengumuman terakhir, 21 Januari 2021, Bank Indonesia masih mempertahankan suku bunga acuan di level 3,75 persen. Saat itu, suku bunga Deposit Facility 3 persen dan suku bunga Lending Facility 4,5 persen.
Penurunan suku bunga kali ini melanjutkan tren yang sudah berlangsung sejak awal 2020. Sepanjang tahun lalu, BI telah beberapa kali menurunkan suku bunga acuan hingga total 1,25 basis poin. Pada 23 Januari 2020, suku bunga masih berada di level 5 persen.
Suku bunga kemudian turun ke posisi 4,5 persen pada 19 Maret 2020. Penurunan terjadi selang beberapa minggu setelah kasus Covid-19 perdana di Indonesia diumumkan pada 2 Maret 2020.
Setelah itu, suku bunga terus turun hingga ke posisi 3,75 persen pada 19 November 2020. Angka 3,75 persen ini kemudian yang bertahan sampai pengumuman terakhir pada 21 Januari 2021.
Sementara itu, Direktur Riset Center of Reform on Economics (Core) Indonesia Piter Abdullah mempertanyakan apakah penurunan suku bunga bakal efektif menggerakkan perekonomian. Pasalnya, suku bunga acuan sebelumnya di level 3,75 persen yang sudah sangat rendah ini tak terlalu banyak direspons oleh perbankan.
Piter menyebutkan sebelum bank sentral menurunkan suku bunga ke level terendahnya, belum terlihat kenaikan penyaluran kredit selama masa pandemi Covid-19 ini. "Suku bunga acuan tidak akan efektif kalau pandeminya masih tinggi,” ucapnya.
FAJAR PEBRIANTO | BISNIS