Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Poin penting
Harga beras di dalam negeri mencapai titik tertingginya dalam dua tahun ini.
Kenaikan harga beras terjadi setelah pengekspor beras terbesar di dunia, India, mengumumkan larangan pengiriman beras putih non-basmati pada 20 Juli lalu.
Pemerintah juga akan kembali memberikan bantuan pangan beras pada periode Oktober-Desember untuk menjaga daya beli masyarakat dan stabilitas harga beras.
HARGA beras di Pasar Cahaya Garden Batam, Kepulauan Riau, membuat Yuliarti terkesiap. Musababnya, harga komoditas tersebut mendadak melonjak. “Kaget, tadi beli beras naik sekitar Rp 5.000 untuk beras seberat 25 kilogram,” ujarnya kepada Tempo, kemarin.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Berdasarkan tinjauan Tempo di lokasi, harga beras di Batam serempak naik. Beras merek Bumi Ayu, misalnya, naik dari Rp 300 ribu untuk satu karung menjadi Rp 330 ribu. Sejumlah pedagang mengatakan kenaikan terjadi sejak 27 Juli lalu.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Tak hanya di Batam, kenaikan harga juga terasa di Pasar Todopuli, Kota Makassar, Sulawesi Selatan. Tempo mencatat kenaikan harga beras di sana mencapai Rp 500 per kilogram. Seorang pedagang di sana, Bahar, mengatakan ada beberapa penyebab kenaikan harga beras, dari harga pupuk yang naik hingga adanya gagal panen.
Menurut Bahar, harga beras saat ini bervariasi, bergantung kualitasnya. “Paling murah harganya Rp 11 ribu per kilogram dan paling tinggi Rp 14 ribu per kilogram,” ujarnya. Ia mengatakan selama ini beras yang dijual langsung diambil dari para petani di Kabupaten Sidrap.
Lonjakan harga juga terjadi di Jawa. Misalnya harga beras di sejumlah pasar tradisional di Kota Solo, Jawa Tengah, yang naik rata-rata sekitar Rp 500 per kilogram dalam kurun waktu sebulan terakhir.
Salah satu pedagang bahan pokok di Sidodadi, Laweyan, Solo, Dini Wiryanti, menyebutkan harga beras C4 bervariasi, rata-rata mulai Rp 12.500 hingga Rp 14.000 per kilogram. Adapun jenis mentik harganya Rp 16 ribu per kilogram.
Kendati ada kenaikan harga, ia mengaku tak kesulitan mendapatkan pasokan beras dari distributor. “Tapi, karena saat ini harga agak mahal, saya tidak berani nyetok banyak-banyak. Tergantung permintaan dari pelanggan,” tuturnya.
Harga Beras di Titik Tertinggi
Panel harga badan pangan nasional menunjukkan harga rata-rata beras di dalam negeri mencapai titik tertingginya dalam dua tahun ini. Harga beras medium di tingkat pedagang eceran kini mencapai Rp 12.030 per kilogram. Sedangkan harga beras premium mencapai Rp 13.680 per kilogram.
Laman yang sama menunjukkan harga beras medium dan premium itu melampaui harga eceran tertinggi (HET) di beberapa daerah. Untuk beras medium, daerah yang harga berasnya melampaui HET, antara lain, Sumatera Barat, Sumatera Utara, Kepulauan Riau, Kepulauan Bangka Belitung, Sumatera Selatan, Lampung, Jawa Tengah, Kalimantan, Maluku, Maluku Utara, dan Papua. Adapun daerah yang beras premiumnya melampaui HET, antara lain, Sumatera Barat, Kepulauan Bangka Belitung, Kalimantan, Maluku, Maluku Utara, dan Papua.
Pemerintah menetapkannya berdasarkan sistem zonasi. Zona 1 meliputi Jawa, Lampung, Sumatera Selatan, Bali, Nusa Tenggara Barat, dan Sulawesi. Zona 2 untuk Sumatera selain Lampung dan Sumatera Selatan, Nusa Tenggara Timur, dan Kalimantan. Zona 3 untuk Maluku dan Papua. HET beras medium zona 1 adalah Rp 10.900 per kilogram, zona 2 Rp 11.500 per kilogram, dan zona 3 Rp 11.800 per kilogram. Adapun HET beras premium zona 1 Rp 12.900 per kilogram, zona 2 Rp 14.400 per kilogram, dan zona 3 Rp 14.800 per kilogram.
Tak hanya di dalam negeri, harga beras global juga mengalami kenaikan ke level tertinggi dalam 15 tahun terakhir. Menurut Thai Rice Exporters Association, harga beras putih dari Thailand naik 5 persen atau naik menjadi US$ 648 per ton. Angka ini merupakan yang tertinggi sejak Oktober 2008.
Kenaikan harga beras ini terjadi setelah pengekspor beras terbesar di dunia, India, mengumumkan larangan pengiriman beras putih non-basmati pada 20 Juli lalu. Pemerintah India menjelaskan, langkah ini diambil sebagai upaya untuk meredakan harga beras dalam negeri, yang sudah melonjak lebih dari 30 persen sejak Oktober 2022.
Larangan itu sekarang memicu kekhawatiran lantaran bisa mendorong naiknya inflasi pada harga makanan dunia. Pasalnya, beras adalah makanan pokok bagi miliaran warga Asia dan Afrika. Ancaman terakhir suplai beras berasal dari Thailand, negara terbesar kedua pengekspor beras. Otoritas Thailand mendorong para petani agar mengubah tanaman bercocok tanam mereka dari padi ke tanaman lain yang tidak membutuhkan banyak air. Pasalnya, Thailand saat ini sedang mempersiapkan diri menghadapi musim kering sebagai dampak El Nino.
Kepala Ekonom Bank Permata, Josua Pardede, mengatakan data Bank Indonesia menunjukkan kenaikan harga beras di tingkat retail sejak awal tahun—yang sebesar 7,54 persen di pasar tradisional dan 5,13 persen di pasar modern—hingga saat ini telah melampaui kenaikan untuk satu tahun penuh pada 2022. Kenaikan itu juga berada di atas rata-rata kenaikan pada pra-pandemi pada 2017-2019 yang berada di rentang 1-4 persen.
Bongkar-muat beras di Pasar Induk Beras Cipinang, Jakarta, 22 Februari 2023. TEMPO/Tony Hartawan
Penyebab Kenaikan Harga Beras
Josua menduga ada beberapa faktor kenaikan harga tersebut. Pertama, ekspektasi produksi dalam negeri yang diperkirakan menurun pada tahun ini akibat dampak El Nino. Kedua, kenaikan harga beras di pasar internasional karena beberapa negara menerapkan larangan ekspor, seperti India, serta ekspektasi penurunan produksi dari beberapa negara produsen, seperti Thailand dan Vietnam.
“Jika kenaikan harga beras saat ini terus berlangsung hingga tahun depan, tentu hal ini dapat berdampak signifikan terhadap inflasi pangan, mengingat beras merupakan komponen terbesar terhadap penghitungan inflasi,” ujar dia.
Koordinator Koalisi Rakyat untuk Kedaulatan Pangan, Ayip Said Abdullah, mengatakan pemerintah harus mewaspadai kebijakan pangan negara lain, misalnya larangan ekspor beras India, lantaran berpotensi mengganggu psikologi pasar beras global yang pada akhirnya bisa mengganggu harga beras global.
“Jika demikian, ada peluang harga naik dan jika kita belum bisa mencukupi dari dalam negeri, bisa jadi harga impor juga naik,” kata Said. Kalau harga impor naik dan pasokan beras yang tersedia untuk diimpor terbatas, hal itu dikhawatirkan bakal mempengaruhi ketersediaan dan harga beras di dalam negeri. “Bisa berimbas ke konsumen kelas menengah-bawah. Kita tidak mengharapkan itu.”
Pengamat pertanian dari Center of Reform on Economics (CORE) Indonesia, Eliza Mardian, mengatakan pemerintah harus mengoptimalkan pengawasan dan pendistribusian untuk menjaga inflasi tidak terekskalasi. Adapun potensi inflasi itu diperkirakan lebih bersumber dari dalam negeri akibat pasokan beras yang berkurang sebagai dampak El Nino. “Kami memperkirakan produksi beras yang berkurang 5 persen ini setara dengan hampir 1,5 juta ton,” ujarnya.
Pelaksana tugas Deputi Bidang Koordinasi Ekonomi Makro dan Keuangan Kementerian Koordinator Perekonomian, Ferry Irawan, mengatakan pemerintah telah mencermati peningkatan harga beras global akibat kebijakan India. Apalagi India menyumbang sekitar 40 persen dari total perdagangan beras global. Ia mengatakan indeks harga beras FAO pada Juli lalu tercatat sebesar 129,7, meningkat 2,8 persen dibanding pada Juni. Angka tersebut juga meningkat 19,7 persen dibanding pada tahun lalu.
Namun ia melihat perkembangan harga beras domestik saat ini relatif terkendali. Stabilitas itu, menurut Ferry, didukung oleh peningkatan pasokan karena memasuki periode panen gadu di beberapa wilayah sentra, antara lain di Jawa Barat, Lampung, dan Sulawesi Selatan. Selain itu, cadangan beras pemerintah (CBP) saat ini relatif terjaga, yakni sebanyak 1.264.848 ton.
“Penambahan stok terus dilakukan, baik dari penyerapan produksi dalam negeri maupun beras impor yang mulai masuk,” ujar dia. Lebih lanjut, penyaluran beras stabilisasi pasokan dan harga beras (SPHP) masih terus dilaksanakan Bulog dalam rangka menjaga stabilisasi harga beras. Hingga 11 Agustus lalu, penyaluran SPHP mencapai 689.769 ton atau 57,48 persen dari rencana SPHP 2023 sebanyak 1,2 juta ton.
Ia mengatakan pemerintah juga akan kembali memberikan bantuan pangan beras pada periode Oktober-Desember untuk menjaga daya beli masyarakat serta stabilitas harga beras menghadapi momen Natal dan tahun baru.
CAESAR AKBAR | YOGI EKA SAHPUTRA (BATAM) | DIDIT HARIYADI (MAKASSAR) | SEPTHIA RYANTHIE (SOLO)
- Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
- Akses penuh seluruh artikel Tempo+
- Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
- Fitur baca cepat di edisi Mingguan
- Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo