Scroll ke bawah untuk membaca berita

Logo
Bisnis

Harga Beras Masih Melonjak, Bapanas Sebut Faktor Perebutan Gabah

Kepala Bapanas Arief Prasetyo Adi mengatakan lonjakan harga beras di tingkat konsumen tidak terlepas dari kenaikan harga gabah di tingkat produsen.

27 September 2023 | 10.00 WIB

Penjabat Gubernur Bey Triadi Machmudin (tengah) diapit Pangdam Siliwangi Erwin Djatniko (kiri) dan Kapolda Jabar Akhmad Wiyagus (kanan) saat panen raya padi di area persawahan organik Bios 44 di Kampung Bojong Jambu, Kecamatan Cicalengka, Kabupaten Bandung, Jawa Barat, 18 September 2023. Panen di tengah dampak El Nino saat ini malah meningkat jadi 9,2 ton gabah basah per hektare. TEMPO/Prima mulia
material-symbols:fullscreenPerbesar
Penjabat Gubernur Bey Triadi Machmudin (tengah) diapit Pangdam Siliwangi Erwin Djatniko (kiri) dan Kapolda Jabar Akhmad Wiyagus (kanan) saat panen raya padi di area persawahan organik Bios 44 di Kampung Bojong Jambu, Kecamatan Cicalengka, Kabupaten Bandung, Jawa Barat, 18 September 2023. Panen di tengah dampak El Nino saat ini malah meningkat jadi 9,2 ton gabah basah per hektare. TEMPO/Prima mulia

Baca berita dengan sedikit iklan, klik disini

Logo

TEMPO.CO, Jakarta - Laman Panel Harga Pangan dari Badan Pangan Nasional (Bapanas) mencatat harga beras medium per 27 September 2023 melonjak 1,44 persen dibandingkan bulan lalu menjadi Rp 13.340 per kilogram. Kepala Bapanas Arief Prasetyo Adi mengatakan lonjakan harga beras di tingkat konsumen tidak terlepas dari kenaikan harga gabah di tingkat produsen. 

Baca berita dengan sedikit iklan, klik disini

Logo

Dia berujar naiknya harga gabah tersebut ditengarai akibat kurangnya stok di lapangan. "Sehingga terjadi perebutan gabah yang memicu kenaikan harga di tingkat petani," kata Arief dalam keterangannya pada Selasa malam, 26 September 2023. 

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Dia mengatakan saat ini petani memang senang karena terjadi kenaikan harga gabah. Namun, tutur Arief, di tingkat penggilingan tidak bisa berjalan seperti biasa karena stok gabah di lapangan terbatas.

Bapanas menyatakan kenaikan harga gabah dapat menjadi momentum untuk mendorong peningkatan produksi karena harga di tingkat petani relatif baik. Karena itu, kata Arief, pemerintah harus memperhatikan faktor-faktor produksi. Antara lain penyediaan lahan, pengolahan, pupuk, benih, penyuluhan hingga teknologi dan mekanisasi. 

Dia mengatakan hal ini sangat penting dalam menjaga tingkat produksi di lapangan di tengah ancamana El Nino yang berdampak pada penurunan produksi. Tujuannya agar kebijakan dilakukan terintegrasi dari hulu hingga hilir. 

"Di on farm menjaga dan meningkatkan produksi harus terus diupayakan, di off farm atau pasca panennya kita menyerap hasil panen petani," ujar Arief. Upaya menyerap lebih banyak hasil panen petani dilakukan oleh BUMN pangan sebagai offtaker. Sedangkan Bapanas ditugaskan oleh Presiden Joko Widodo alias Jokowi untuk menyiapkan Cadangan Pangan Pemerintah (CPP). 

RIANI SANUSI PUTRI 

Riani Sanusi Putri

Lulusan Antropologi Sosial Universitas Indonesia. Menekuni isu-isu pangan, industri, lingkungan, dan energi di desk ekonomi bisnis Tempo. Menjadi fellow Pulitzer Center Reinforest Journalism Fund Southeast Asia sejak 2023.

close

Baca berita dengan sedikit iklan, klik disini

Logo
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus