Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
KUTU daun kesambi, selain yang sudah ada di hutan kesambi seluas 3.800 ha di Banyukerta, Probolinggo, kini sedang dibudidayakan pula di Madiun dan Banyuwangi. Tahi kutu itu, yang diolah menjadi lak oleh Perum Perhutani unit II Jawa Timur, adalah bahan pengkilap perabot dan dinding dari kayu, piringan hitam, serta produk dari kulit. Lak (dari kata India: laksa, yang berarti ratusan ribu, meski untuk mendapatkan 1 pon laksa cukup dari tahi 17.000-19.000 kutu) diproduksi Perhutani sekitar 200 ton per tahun. Sebagian besar lak itu dikonsumsikan di dalam negeri, dan sebagian lagi diekspor - yang sudah berlangsung sejak lima tahun lalu. Ekspor lak pada 1980-1981, sebanyak 20 ton, menghasilkan devisa sekitar US$ 150.000. Target ekspor tahun ini, menurut Soedjono, kepala Kantor Pelaksana Ekspor Perhutani di Surabaya, sebanyak 60 ton. Tujuan utama ke Jerman dan Jepang. Harga lak sekitar Rp 1.500 per kg.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
- Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
- Akses penuh seluruh artikel Tempo+
- Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
- Fitur baca cepat di edisi Mingguan
- Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo